webnovel

Ketika Cinta Terbalut Dosa

Bab 3

Usai membuatkan Dion sarapan, bertepatan juga dengan Dion yang baru saja selesai mandi. Ia kemudian masuk kamar damn mengenakan baju rumah dengan kaos dan celana pendek.

"Ni sarapan dulu. Hari ini nggak kuliah? Tanyaku sambil menyodorkan piring berisi sandwich ke arahnya.

"Ke kampus kok siangan. Itu juga kalo lagi nggak males" katanya sambil nyengir. Aku yang mendengar alasan dari Dion tentu saja manyun di buatnya. Padahal berapa kali aku menyarankan agar ia lebih rajin kuliah. Namun ya gitulah, Dion suka seenaknya sendiri. Hana menatap Dion yang asyik menyuapkan menu sarapan yang baru ia buat. Tentu ia sangat senang melihat Dion lahap makan, anak ini tak teratur urusan makanan. Maklum orang rumah sibuk, kadang kalau malas keluar ia rela saja tak makan. Kalau aku marah-marah menyuruhnya makan yang teratur biar dia tidak gampang sakit tapi ya begitulah tetap saja dia malas-malasan lagi dan lagi.

Usai sarapan, Dion mulai mendekatiku yang sedang membereskan bekas sarapannya tadi. Aku sedang membilas piring dan gelas kotor yang tadi di pakai Dion. Ia mebelit pinggangku dengan kedua tangannya. Membisikkan kata-kata mesra dan mulai bergerilya dengan mencium leherku. Aku diam saja walaupun sebenarnya jantungku juga berpacu lebi cepat dari sebelumnya. Sentuhan, rabaan dan helaan napas yang begitu dekat membuat adrenalin semakin berpacu.

"Sayang, yuk" sambil menggendongku ia membawaku ke kamarnya. Aku yang sudah tahu apa yang diinginkannya tak kuasa menolak. Ia pun membopongku ke kamarnya dan merebahkan aku di kasur miliknya tersebut. Aku sadar sepenuhnya apa yang kami lakukan ini adalah sebuah kesalahan namun aku tak seakan terpedaya, sehingga aku pun ikut menikmatinya. Satu per satu pakaian yang kupakai dilucutinya, begitu pun dengan dirinya. Sentuhan kulit kami membuat kami berdua macam tersengat listrik api asmara, beberapa kali kami melakukannya dan seakan candu sehingga kami mengulanginya terus. Semakin lama, Ketika dua tubuh saling menyatu, desahan mulai terdengar, cengkraman demi cengkraman yang membuat kami mampu memporak porandakan kasur hingga tak berbentuk itu. Lenguhan panjang kemudian terdengar pertanda selesainya aktifitas memadu kasih di antara kami. Hari sudah mulai menginjak siang, aku merebahkan tubuhku di atas dadanya. Kesalahan yang selalu bisa kami nikmati. Suatu hal yang di larang namun sulit bagi kami untuk mengakhirinya. Dion lah yang membuat aku mengenal rutinitas seperti ini, awalnya aku tak menyangka bahwa kami akan bertindak sejauh ini namun bisikan setan dan rasa ingin tahu yang besar membuatku pasrah dan berusaha untuk menikmatinya. Lama kelaman aktifitas yang kami lakukan justru membuat kami ketagihan, lebih tepatnya Dion. Ia selalu berusaha mengajakku untuk melakukan hal tersebut ketika kami bertemu, bisa di rumahnya, apartemen bahkan hotel berbintang.

Poloskah aku, dengan sedikit sentuhan saja dari seorang yang bernama Dion sudah membuatku macam tersetrum aliran listrik yang bisa membuat diri ini lemah tak berdaya Mengiyakan apa yang diinginkannya walaupun semua tahu apa yang akan dan telah dilakukannya tersebut adalah hal yang sangat salah.

"Kok kita kayak gini terus sih yang, kan ini dosa" tanyaku sambil menarik selimut guna menutupi tubuhku yang tak menggunakan sehelai kain itu. Usai memadu kasih, kami sama-sama kelelahan dan memutuskan untuk uring-uringan sebentar di atas kasur.

"Ya mau gimana lagi yang, Namanya kita saling cinta dan sayang kok. Udahlah nggak usah dipikirin, aku nggak akan ninggalin kamu. Kita akan sama-sama terus kok" ujarnya sambil mencium keningku kemudian mencium bibirku perlahan

Kulihat jam dinding di kamar Dion telah menunjukkan jam sebelas siang lewat, aku pun bergegas madi untuk membersihkan tubuh ini. Ku lihat dia masih asyik di atas kasur sambil memainkan game di gawainya yang terdengar bunyi tembak-tembakan itu. Aku pun buru-buru melepaskan diri dari hangatnya selimut yang menutupi tubuhku dari hembusan angin pendingin udara yang sedikit memecah suasana panas selama pergulatan tadi. Peluh yang keluar pun sedikit terbantu dengan angin yang dialirkan oleh pendingin udara. Aku pun mandi namun di tengah-tengah prosesi mandi, ku dengar pintu kamar mandi terbuka. Ternyata Dion ingin ikut mandi juga rupanya, alamat bakal lama ni acara mandiku karena Dion pasti akan menggangguku.

"Beib, ngapain buru-buru sih mandinya. Lama-lama aja di sini, aku kan masih kangen kamu" sungguh ucapannya selalu membuat hatiku berdebar. Lagi aku tak bisa menolak untuk memadu kasih bersama dirinya di bawah guyuran shower kamar mandi rumah Dion. Aku yang harusnya hanya menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh, paling lama lima belas menitan lah menjadi lebih setengah jam lebih karena ada Dion yang menggangguku namun jujur gangguannya itu membuat aku semakin cinta. Merasa semakin di cintai walaupun dengan cara yang salah, mencintai dengan cara yang berbeda atau mungkin sama saja dengan gaya percintaan pasangan lai di kota-kota besar. Ketika asmara sudah menyelimuti hati tentulah apapun yang dikata orang takkan sanggup mengubah kesalahan itu dengan secepat kilat, semua butuh waktu. Mungkin benar apa yang Dion katakana, cukup jalani saja apa yang kami lakukan sekarang, toh kami saling mencintai. Tak usah pedulikan hal lainnya, toh selama ini kami selalu main aman. Kami tak ingin ambil risiko, aku dan Dion paham apapun yang dilakukan pasti semua ada risikonya. Tinggal bagaimana cara kita mengantisipasi risiko yang ada sehingga tak akan banyak kerugian yang di dapatkan.

Usai mandi bersama, kami makan siang berdua sebelum mulai untuk beraktifitas kembali. Kebetulan karena kami tak mau repot, kami berdua memesan makanan melalui aplikasi Go F**d saja. Menikmati makan siang bersama dengan kekasih, saling suap-suapan menambah kemesraan kami walaupun terkadang cekcok kadang hadir juga. Anggap saja sebagai bumbu dalam hubungan kami selaku anak muda yang sedang di mabuk cinta. Waktu semakin merapat ke pukul dua belas, aku pun harus segera ke kampus karena mata kuliah pertama hari ini akan dimulai pukul satu siang.

Ketika aku baru saja mau masuk ke dalam mobil, satu mobil berhenti di depan pagar rumah Dion. Tentu aku tahu mobil siapa itu. Aduh, kamar Dion masih berantakan nggak ya? Terus kamar mandi sudah kering belum ya, setelah kami pakai untuk mandi tadi? Apa ada barang-barangku yang tertinggal di kamar Dion ya?. Alhasil, aku menjadi was-was karenanya.

"Loh ada Hana, mau ke kampus?" tanya Tante Ami, mama Dion

"Emm, ia tante. Hana mau ngajakin Dion ngampus bareng, tapi kayaknya Dion berangkat sendiri nanti tan karena jam ngampusnya nggak barengan" ujarku sambil mencium tangan mama dan papa Dion secara bergantian. Ya, mereka sudah cukup mengenalku, karena Dion beberapa kali mengajakku ke rumahnya. Orang tua Dion sangat baik kepadaku. Semoga saja setelah mereka masuk nanti, tak ada kejanggalan yang terjadi sehingga mereka tak curiga. Untung saja, mereka datang setelah semua aktifitas kebersamaan kami sudah selesai.

Next chapter