17 SESUATU YANG MENYAKITKAN

Dengan perasaan sedih Alvaro menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dan tanpa sengaja tangan Alvaro menindih kalung milik Luna pemberian Zenita.

Perlahan Alvaro membuka liontin kalung tersebut. Kedua mata Alvaro berkaca-kaca melihat foto Luna yang sedang tersenyum.

"Aku tidak mengerti apa yang kamu pikirkan Luna? kenapa harus kita berdua yang menderita. Sudah terlalu lama kita berdua menyimpan semua perasaan kita ini. Apa aku salah kalau ingin mengembalikan cinta kita pada tempatnya?" tanya Alvaro sambil mengusap wajahnya menatap foto Luna yang masih terlihat tersenyum padanya.

"Drrrt... Drrrt... Drrrt "

Alvaro menoleh ke arah ponselnya kemudian memakai dua kalung pemberian Zenita yang di berikan padanya dan Luna.

Dengan tubuh yang masih lemas, Alvaro mengambil ponselnya.

"Damien? ada apa dia meneleponku?" tanya Alvaro dalam hati sambil menerima panggilan Damien.

"Hallo Al? bagaimana kabarmu? kamu ada di mana sekarang?" tanya Damien tidak tahu apa yang terjadi pada Alvaro dan Luna.

"Keadaanku kurang baik, kata Dokter aku sakit typus. Sekarang aku ada di rumah. Ada apa Dam?" tanya Alvaro sambil bersandar di sofa.

"Aku baru saja melihat keadaan Rama, dia masih belum mau bicara apa-apa. Tiara sudah berusaha untuk membuat Rama kembali seperti semula. Sepertinya Rama terlalu banyak siksaan dan tekanan, jadi dia masih belum bisa menerima kenyataan." ucap Damien menjelaskan keadaan Rama setelah mendapat penjelasan dari Tiara.

"Sekarang kamu ada di mana?" tanya Alvaro sambil mengusap keringat yang keluar terus di keningnya.

"Aku ada di apartemen Tiara, sebentar lagi aku pulang." ucap Damien sambil melihat Tiara yang begitu perhatian membersihkan badan Rama.

"Jangan sering-sering ke apartemen Tiara, sangat berbahaya bagi Tiara dan Rama kalau musuh tahu Rama ada di apartemen Tiara. Sebaiknya kamu menghubungi Tiara untuk mencari tahu keadaan Rama. Kita harus menunggu Rama benar-benar sembuh dari luka dan rasa traumanya." ucap Alvaro mengingatkan Damien akan keselamatan Tiara dan Rama.

"Kamu benar Al, baiklah sebentar lagi aku pulang. Lagi pula aku sudah berjanji pada Luna untuk datang ke rumahnya malam ini." ucap Damien tanpa sengaja sudah membuat Alvaro menjadi penasaran.

"Apa Luna yang memintamu untuk datang?" tanya Alvaro semakin merasakan luka dalam hatinya.

"Tidak juga, barusan aku menghubungi Luna kenapa dia tidak kembali ke kantor. Dia bilang ada kesibukan di rumah karena ada acara tiga harinya Zenita. Aku menawarkan bantuan padanya siapa tahu tenagaku di butuhkan di sana. Ternyata Luna dengan senang hati menerimanya. Anggap saja aku sedang proses pendekatan, aku ingin mengenal Luna lebih dekat lagi. Aku merasa penasaran dengan Luna, Al." ucap Damien dengan jujur. Terlihat sekali dari nada bicara Damien hatinya sedang bahagia.

"Aku harap kamu punya niat baik dengan pendekatanmu itu Dam. Jangan sampai Luna menjadi sebagian permainan dari wanita-wanita yang pernah berhubungan denganmu." ucap Alvaro dengan suara pelan tapi penuh tekanan.

"Hei.. Bung!! apa yang katakan?? apa kamu sudah mengetahui latar belakangku?" tanya Damien sedikit tersinggung dengan apa yang di ucapan Alvaro walau sebagian apa yang di katakan Alvaro itu benar dan ada yang tidak benar.

"Bukan hanya mengetahui latar belakang saja, tapi aku sudah mengetahui semua apa yang kamu lakukan di masa lalu kamu. Aku tidak keberatan kamu mendekati Luna, tapi tidak dengan menyakitinya." ucap Alvaro sudah menyelidiki latar belakang Damien setelah mengetahui Damien menjadi partner kerjanya. Termasuk menyelidiki loyalitas Damien dalam bekerja dan semua aktifitasnya.

"Aku jadi merasa tersanjung sampai kamu menyelidiki aku seperti itu Al. Apa alasanmu ingin mengetahui semua itu?" tanya Damian ingin mendengar kejujuran Alvaro.

"Aku harus mengetahui semua orang yang akan menjadi partner kerjaku. Aku tidak mau dikhianati untuk kedua kalinya yang bukan hanya membahayakan nyawaku tapi juga bisa menghancurkan rahasia tugas dari negara." ucap Alvaro tanpa ada yang di tutupinya.

"Setelah mengetahui semua itu, bagaimana menurutmu tentang aku? Apa kamu masih percaya padaku?" tanya Damien dengan sungguh-sungguh.

"Kalau aku tidak percaya padamu, kita tidak akan bekerja sampai saat ini. Dari awal pasti aku sudah menolak bekerjasama denganmu. Tapi tidak dengan persoalan wanita, kamu bisa mendekati wanita lain aku tidak peduli. Tapi kamu harus berhati-hati untuk mendekati Luna karena sama saja kamu berhadapan dengan aku." ucap Alvaro dengan tegas memposisikan dirinya sebagai teman dekat yang bertanggungjawab atas kebahagiaan Luna.

"Aku jadi ingin tahu, apa alasan kamu mengatakan itu padaku? apa kalian berdua ada hubungan sebelum kamu berhubungan dengan Zenita?" tanya Damien dengan nada curiga.

"Tidak ada, aku hanya bicara sebagai orang terdekat keluarga Luna. Aku ikut bertanggungjawab pada kebahagiaan Luna. Dan aku tidak mau kamu menghancurkan kebahagiaan Luna." ucap Alvaro dengan sungguh-sungguh.

"Baiklah Al, kita lihat saja nanti. Aku juga belum yakin Luna bisa menyukaiku atau tidak. Oke Al, sampai ketemu nanti di rumah Luna." ucap Damien dengan santai menutup panggilannya.

"Kenapa kalian berdua malah membahas Luna? kenapa tidak membahas Rama?" tanya Tiara mendekati Damien yang bersiap-siap mau pulang.

"Tanya saja pada Alvaro, kenapa dia menanggapi serius saat aku mengatakan akan mendekati Luna?" ucap Damien dengan tenang sambil memakai jaketnya.

"Kalian laki-laki semua sama, tidak bisa jauh dari wanita. Suka-suka kalian saja, yang terpenting jangan campur aduk dengan masalah pekerjaan." ucap Tiara mengingatkan tugas mereka yang berakibat fatal jika masalah pribadi ikut terbawa di dalamnya.

"Kamu jangan kuatir, aku bekerja profesional dan aku yakin Alvaro juga seperti itu. Semua akan baik-baik saja. Tolong hubungi aku kalau Rama sudah bisa di ajak bicara." ucap Damien dengan sebuah senyuman yang menawan.

Tiara menelan salivanya melihat senyuman Damien yang pasti mudah menggetarkan hati setiap wanita termasuk Luna.

"Hati-hati saja kamu Al, kali ini saingan kamu benar-benar nyata. Dia punya ketampanan, dan senyuman yang mudah meluluhkan hati wanita." ucap Tiara dengan tersenyum tidak bisa membayangkan bagaimana sikap Alvaro kalau Damien benar-benar jatuh cinta pada Luna.

"Ada apa Tiara? apa yang kamu pikirkan? apa kamu tertarik dengan senyumanku?" ucap Damien dengan tatapan nada bercanda.

Tiara menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.

"Maaf saja Dam, aku tipe wanita yang setia pada cinta pertama." ucap Tiara seraya mendorong punggung Damien agar cepat pulang.

Damien tertawa kemudian masuk ke dalam mobilnya.

"Hati-hati di jalan Dam." ucap Tiara seraya melambaikan tangannya saat mobil Damien mulai bergerak menjauh.

Setelah mobil Damien hilang dari pandangan, Tiara menghela nafas dalam kemudian masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Rama.

"Semoga kamu cepat sembuh Ram, aku berjanji aku akan membuat kamu kembali seperti dulu." ucap Tiara dengan perasaan sedih melihat pria yang pernah menjadi cinta pertamanya terbaring tak berdaya.

avataravatar
Next chapter