8 SEBUAH KEJUTAN

"Kejutan? hadiah kejutan? dan Zenita sudah menyiapkannya, apa hadiah itu sudah ada di kamarnya?" tanya Luna dengan wajah pucat.

Dengan rasa penasaran Luna mencari hadiah dari Zenita di seluruh kamarnya.

"Aku harus menemukannya, siapa tahu kejutan itu memberi petunjuk pada pembunuh Zenita." ucap Luna membongkar semua yang ada di dalam kamarnya.

Hampir satu jam lamanya, Luna mencari hadiah di kamarnya tak juga dia temukan.

"Ya Tuhan! di mana aku harus mencarinya? apa mungkin hadiah itu ada di kamar Zenita?" tanya Luna dengan kening mengkerut.

Bergegas Luna berlari keluar kamar dan masuk ke dalam kamar Zenita.

Dengan wajah serius Luna mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Zenita.

"Di mana kira-kira Zenita menyimpannya? hanya ada dua tempat yang biasanya Zenita menyimpan barang-barangnya." ucap Luna dalam hati sambil berjalan ke almari pakaian Zenita.

Dengan hati berdebar-debar Luna membuka almari tersebut dan melihatnya dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

Pakaian Zenita tersusun dengan rapi. Zenita memang sangat berbeda dengan dirinya. Zenita yang begitu anggun dengan semua pakaian wanitanya. Sedangkan dirinya, hanya kemeja, kaos dan celana yang selalu melekat di badannya.

Luna menghela nafas panjang, hatinya begitu sangat merindukan Zenita.

"Zenita, aku sangat merindukanmu. Kenapa semua ini harus terjadi padamu. Harusnya hari ini kalian menikah. Dan seharusnya hari ini juga kita akan bertemu setelah sekian lama berpisah. Zenita, aku masih belum bisa menerima semua ini." ucap Luna seraya mengusap air matanya.

Dengan hati sesak, Luna kembali mencari hadiah yang di berikan Zenita padanya sebagai ungkapan kasih sayang.

Sesaat tubuh Luna tak bergerak ketika melihat sebuah kotak yang berbentuk ada di dalam almari paling bawah.

"Apa ini hadiah dari Zenita?" tanya Luna seraya mengambil kotak cinta dengan tangan gemetar.

"Aku tidak menyangka Zenita memberikan sebuah hadiah padaku, sedangkan aku tidak berpikir apa-apa untuk memberi sesuatu pada Zenita." ucap Luna dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

Dengan kaki yang terasa lemas, Luna duduk di tempat tidur Zenita. Perlahan Luna melepas ikatan pita yang terikat di hadiah kotak cinta itu.

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"

Luna menghentikan gerakan tangannya saat mendengar suara ponsel di kantong celananya.

Sambil memegang kotak cinta dari Zenita, Luna mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.

"Alva? ada apa dia menghubungiku? apa dia masih di sini?" tanya Luna sambil menerima panggilan Alvaro.

"Luna, apa kamu sudah baik-baik saja? kalau hati kamu sudah tenang, aku akan pulang." ucap Alvaro dengan suara serak.

Seketika hati Luna tercubit mengetahui Alvaro sejak tadi tidak pulang. Alvaro selalu ada untuknya dan selalu memastikan keadaannya baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja, sekarang aku ada di kamar Zenita." ucap Luna sambil menahan nafasnya.

"Syukurlah, kalau begitu aku pulang. Jaga dirimu baik-baik." ucap Alvaro dengan perasaan sakit mengingat Zenita dan Luna dalam waktu bersamaan.

"Kamu jangan pulang, kemarilah di kamar. Aku di kamar Zenita." ucap Luna ingin menunjukkan pada Alvaro tentang hadiah yang di berikan Zenita padanya.

"Baiklah, aku ke sana." ucap Alvaro dengan suara hampir tidak terdengar.

Luna menutup panggilannya, kemudian menunggu kedatangan Alvaro.

Tidak berapa lama kemudian, pintu terbuka. Terlihat Alvaro berdiri tegak dengan wajah terlihat lelah dan merah.

"Kemarilah Al, duduklah di sini." ucap Luna sambil menggeser duduknya memberi tempat untuk Alvaro.

"Ada apa?" hanya Alvaro tidak mengerti kenapa Luna memintanya ke kamar Zenita.

"Kamu lihat ini? seminggu yang lalu Zenita menghubungiku dan bilang kalau dia sudah menyiapkan hadiah untukku. Dan hadiah itu akan di berikan padaku saat aku pulang di hari pernikahannya. Hari ini harusnya hari pernikahan kalian kan? aku menemukan hadiah ini di almari Zenita. Aku ingin kamu tahu apa isi di dalamnya, siapa tahu ada hubungannya dengan kematian Zenita." ucap Luna sambil memberikan kotak cinta pada Alvaro.

Alvaro hanya terdiam mendengar ucapan Luna. Melihat hadiah dari Zenita, Alvaro jadi ingat sesuatu tentang apa yang di katakan Zenita seminggu yang lalu.

Memang saat itu Zenita bilang sudah menyiapkan hadiah buat Luna. Dan saat dia bertanya tentang hadiahnya dari Zenita, Zenita bilang hadiah khusus untuknya jadi satu dengan hadiah yang di berikan pada Luna.

"Ada apa Al? kenapa kamu diam saja? apa kamu tidak mau membukanya?" tanya Luna dengan kening mengkerut.

"Lebih baik kamu saja yang membuka kotak ini. Bukankah hadiah ini untukmu?" ucap Alvaro kembali memberikan kotak cinta itu pada Luna.

Hati Alvaro merasa gelisah tidak tahu kejutan apa yang di berikan Zenita padanya melalui Luna.

Melihat Alvaro diam saja, Luna membuka kotak cinta itu dengan tangan gemetar.

Luna dan Alvaro sesaat terdiam setelah melihat kotak cinta itu terbuka. Ada dua kotak kecil yang sudah ada nama Luna dan Alvaro di kedua kotak kecil itu.

"Al, ada dua kotak di sini yang satu ada namamu dan yang satu lagi ada namaku. Apa kotak kecil ini untukmu?" tanya Luna sambil memberikan kotak kecil yang ada nama Alvaro.

Masih tanpa bicara Alvaro menerima kotak kecil yang di berikan Luna padanya.

"Biar aku buka kotak kecil punyaku dulu." ucap Luna dengan tangan sedikit gemetar membuka kotak kecil yang di pegangnya. Entah hatinya mengatakan ada sesuatu kejutan yang di berikan Zenita padanya.

Alvaro hanya menganggukkan kepalanya, dengan wajah terlihat pucat, saat ini dirinya benar-benar tidak sehat. Kematian Zenita benar-benar membuatnya shock dan terluka.

"Sebuah kalung dan ada liontin cinta." ucap Luna setelah membuka kotak kecilnya.

"Buka saja liontinnya." ucap Alvaro dengan suara pelan semakin merasa lemas.

"Hem." sahut Luna kemudian membuka liontin yang berbentuk cinta.

"Al, apa maksudnya ini?" tanya Luna dengan kedua matanya berkaca-kaca saat melihat foto Alvaro di dalamnya.

Wajah Alvaro semakin merah dan pucat.

"Aku tidak tahu, coba kamu buka kotak kecil punyaku?" tanya Alvaro dengan perasaan tegang.

Segera Luna membuka kotak kecil milik Alvaro.

"Isinya sama Al, sebuah kalung dan ada liontin cinta." ucap Luna dengan perasaan tidak mengerti apa maksud dari pemberian Lovely padanya dan pada Alvaro.

"Buka saja liontinnya." ucap Alvaro merasakan sesuatu yang lebih sakit dari sebelumnya.

"Ada fotoku di liontin milik kamu. Apa Zenita salah memberi nama pada hadiahnya?" tanya Luna dengan perasaan semakin tidak enak.

"Aku tidak tahu, apa ada yang lain di dalam kotak cinta itu?" tanya Alvaro merasa tidak punya kekuatan lagi untuk duduk. Keringat dingin mulai keluar di keningnya, tengkuk lehernya terasa sangat dingin.

Segera Luna melihat kotak cinta itu.

"Ada surat di dalamnya." ucap Luna seraya mengambil surat di dalam kotak cinta itu.

avataravatar
Next chapter