12 SATU TIM DENGAN SINGA BETINA

Alvaro dan Damian menegakkan punggung mereka seraya memutar kursinya dan melihat siapa tim kerja mereka.

Alvaro dan Damian saling pandang, setelah mengetahui siapa yang datang.

"Luna?!!" panggil Alvaro dan Damian secara bersamaan.

"Benar, tim kerja kalian yang baru adalah Luna Darries." ucap David dengan tersenyum menyandarkan punggungnya dengan perasaan lega karena singa betina yang dia andalkan akhirnya menerima tawarannya.

"Luna, duduklah. Aku senang akhirnya kamu menerima pekerjaan ini." ucap David bangun dari duduknya dan menyambut kedatangan Luna.

Luna tersenyum tipis, duduk di kursi sambil melihat sekilas ke arah Alvaro dan Damian.

Alvaro menatap Luna dan David dengan tatapan rumit.

"Bagaimana bisa anda tidak mengatakan pada kita sebelumnya Pak?" tanya Alvaro dengan pikiran tak menentu.

"Aku sengaja memberi kejutan pada kalian, terutama Alva. Sudah lama kalian berdua tidak menjadi satu tim kerja kan? Kalian tahu kan Luna dulu andalan kita sebagai singa betina instansi kita." ucap David dengan tersenyum memuji Luna.

Luna hanya tersenyum tidak kentara mendengar David memujinya di depan Alvaro dan Damian.

"Terima kasih atas pujian anda Tuan David." ucap Luna berusaha menenangkan hatinya.

"Tidak perlu berterima kasih Luna. Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku yakin Alvaro mengetahui hal itu." ucap David sambil melihat ke arah Alvaro.

Alvaro hanya menelan salivanya tidak memberi komentar apa-apa tentang pujian David yang di berikan pada Luna.

"Selamat datang Luna, aku tidak percaya akhirnya aku bisa menjadi satu dengan icon andalan instansi kepolisian ini." ucap Damian seraya memberi selamat pada Luna.

Luna tersenyum menganggukkan kepalanya.

"Aku juga senang bisa menjadi satu tim denganmu Damian, terutama bisa menjadi satu tim lagi dengan Alva." ucap Luna sambil melihat ke arah Alvaro yang lebih banyak diam.

"Bagaimana Alvaro? Damian? apa sudah cukup acara perkenalan kalian dengan partner kerja kalian yang baru?" tanya David menatap Alvaro, Damian dan Luna secara bergantian.

"Aku rasa kita langsung pada tugas selanjutnya." ucap Alvaro dengan wajah serius.

"Baguslah, kalian bisa melanjutkan kasus Rendra dengan mengawasi keluarga Rendra. Terutama Jason dan Rama." ucap David dengan wajah serius.

"Alva, bagaimana dengan hasil otopsi orang yang jatuh semalam dari apartemen Zenita?" tanya David sambil menegakkan punggungnya.

Mendengar ucapan David seketika itu juga Luna menatap ke arah Alvaro.

"Apa benar ada orang yang jatuh dari Apartemen Zenita semalam? apa kamu pulang cepat karen hal itu? kenapa kamu tidak bilang padaku?" tanya Luna dengan tatapan tajam.

Alvaro menghela nafas panjang, berusaha untuk tetap tenang menghadapi sikap Luna yang selalu serius di setiap ada kasus.

Bagi Luna semua kasusnya harus selesai dengan sempurna.

"Saat itu aku tidak bisa menjelaskan padamu, karena hal itu sudah termasuk tugas rahasia Luna." ucap Alvaro merasa serba salah menghadapi Luna sebagai partner kerja barunya.

"Tapi Alvaro?! Zenita adalah saudaraku?! bagaimana aku bisa tidak tahu tentang apa yang terjadi?" ucap Luna dengan suara pelan tapi penuh dengan tekanan.

"Bukan masalah kamu saudara Zenita, tapi apa yang aku kerjakan itu sudah berhubungan dengan pekerjaanku. Dan tidak mungkin aku melibatkan kamu, karena kamu bukan partner kerjaku." ucap Alvaro sambil menekan pelipisnya.

"Sekarang aku partner kerjamu! kamu harus tahu itu?!" ucap Luna dengan nada keras.

David dan Damian saling pandang meminta ketegangan di antara Alvaro dan Luna.

"Jangan libatkan perasaan kalian dalam menangani kasus ini. Kalian bertiga harus solid untuk mengungkap kasus masalah Rendra bukan masalah Zenita." ucap David memastikan tugas Alvaro dan yang lainnya.

"Aku mengerti Pak David, tapi seperti apa yang aku katakan antara kasus kematian Pak Rendra bisa kita gabungkan dengan kasus kematian Zenita. Sebenarnya Zenita meninggal bukan karena bunuh diri tapi dia juga telah dibunuh." ucap Alvaro akhirnya menceritakan semuanya pada David agar menyetujui keinginannya untuk mengungkap kasus kematian Zenita.

"Apa kamu memiliki bukti-bukti yang mengatakan Zenita tidak bunuh diri tapi di bunuh?" tanya David dengan wajah serius setelah mendengar semua cerita Alvaro.

Segera Alvaro mengambil kancing jaket juga testpack yang ada di dalam kantongnya dan di berikan pada David.

"Kenapa kamu tidak mengatakan hal ini dari awal? kenapa baru sekarang? aku tidak percaya ini? bagaimana bisa Zenita hamil sebelum kalian menikah?" tanya David sambil menegakkan punggungnya mengamati kancing dan testpack yang dipegangnya.

Alvaro menelan salivanya mendengar ucapan David yang secara tidak langsung menuduhnya telah menghamili Zenita sebelum menikah.

"Karena hal itulah Pak, yang membuat aku merasa yakin kalau Zenita meninggal bukan karena bunuh diri. Tentang kehamilan Zenita bukan aku yang menghamilinya tapi orang lain. Apa Pak David mengerti maksudku?" ucap Alvaro dengan tatapan penuh.

"Zenita tidak bermain di belakang kamu kan Alvaro?" ucap David sambil melirik ke arah Luna yang sedang menatapnya dengan wajah merah padam.

"Maaf Luna bukan aku menyinggung perasaanmu. Aku hanya memastikan saja untuk menerima kasus ini bersamaan dengan kasusnya Rendra." Ucap David dengan wajah serius.

"Aku sangat yakin kalau Zenita tidak akan melakukan hal itu Pak. Aku sangat mengenal saudaraku. Tapi sebaiknya, biar Alvaro yang menjawabnya karena dia tunangannya yang lebih mengenal Zenita." ucap Luna sedikit tersinggung dengan ucapan David meragukan kesetiaan Zenita.

"Apa pendapatmu tentang Zenita kalau kamu yakin Zenita adalah korban dari pembunuhan? Dan tentang kehamilan Zenita apakah orang tua Jenita sudah tahu tentang hal ini?" tanya David dengan tatapan penuh.

"Untuk saat ini orang tua Zenita belum tahu sama sekali kalau Jenita telah hamil dan meninggal karena telah dibunuh oleh seseorang. Aku akan menyelidiki kasus ini lebih dulu. Berikan izinmu Pak David, aku akan mengungkap semuanya." ucap Alvaro dengan penuh keyakinan.

David terdiam setelah mendengar penjelasan Alvaro. Karena merasa yakin dengan kemampuan Alvaro juga pada Luna dan Damian, akhirnya David memberikan izin pada Alvaro untuk mengungkap kematian Zenita juga.

"Baiklah aku memberi izin pada kalian untuk mengungkap kematian Rendra dan Zenita kalau menurut kalian kasus mereka saling berhubungan." ucap David sambil menyerahkan kembali bukti kancing dan testpack pada Alvaro.

"Terima kasih Pak David, aku tidak akan mengecewakan kepercayaan anda pada kita bertiga. Secepatnya kita akan mengungkap kasus kematian mereka berdua." ucap Alvaro seraya menegakkan punggungnya.

"Baguslah! kalau begitu kalian bisa pergi dan lanjutkan penyelidikan kalian. Aku harap kalian benar-benar mengungkap kematian mereka dengan waktu secepatnya." ucap David dengan tatapan penuh.

"Damian, dari tadi kamu diam saja? apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya David dengan tatapan heran.

Damian hanya tersenyum seraya memutar kursinya.

"Tidak ada yang ingin aku katakan Pak. Aku hanya merasa senang saja, karena bisa menjadi satu tim dengan orang-orang yang hebat di instansi ini. Terutama bekerja sama dengan singa betina andalan Pak David." ucap Damian sambil melirik ke arah Luna.

Wajah Luna memerah mendengar ucapan Damian yang secara terang-terangan memujinya di hadapan Alvaro dan David atasannya.

avataravatar
Next chapter