1 PERTEMUAN

Alvaro memasuki restoran dengan rambut dan badan yang sedikit basah terkena air hujan.

Sambil melihat jam tangannya Alvaro pandangannya mencari keberadaan Zenita tunangannya yang sebentar lagi akan menikah dengannya.

"Alva aku disini!" panggil Zenita yang duduk di meja restoran paling sudut dekat taman samping restoran.

Dengan mengibaskan air hujan yang membasahi rambutnya, Alvaro berjalan mendekati Zenita yang sedang melambaikan tangan padanya.

"Maafkan aku sayang, aku datang terlambat. Kamu tahu sendiri kan? pekerjaanku, hari ini begitu sangat padat." ucap Alvaro yang bekerja sebagai polisi di kawasan kota A.

"Tidak apa-apa sayang aku juga baru datang." ucap Zenita duduk kembali setelah Alvaro duduk di sampingnya.

"Apa kamu sudah pesan makanan sayang?" tanya Alvaro masih sibuk dengan mengibaskan rambutnya yang basah.

"Aku sudah memesan makanan kesukaanmu bubur ayam Jawa. Keringkan rambutmu sayang." ucap Zenita sambil memberikan saputangannya pada Zenita.

"Baiklah kalau kamu sudah memesan makanan. Kamu sendiri sudah pesan kan? Maafkan aku Nita, aku tidak bisa lama-lama di sini, karena aku ada janji dengan Pak David." ucap Alvaro yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Seharusnya kamu bisa mengambil cuti beberapa hari sebelum dan sesudah pernikahan kita. Tapi kamu tidak melakukannya. Kamu tetap saja bekerja. Kamu ingatkan kalau besok kita akan menikah?" tanya Zenita dengan tatapan kecewa.

"Iya sayang, apa yang kamu katakan benar. Seharusnya aku bisa mengambil cuti sebelum dan sesudah pernikahan kita. Tapi kamu tahu sendiri kan kasus yang aku hadapi sekarang tidak bisa aku biarkan begitu saja aku harus bisa mengungkap kasus masalah kematian Pak Rendra." ucap Alvaro seraya menekan pelipisnya.

"Tapi Alva, kasus itu kan bukan hanya kamu saja yang menyelesaikannya? masih ada Pak David yang lebih senior daripada kamu?" ucap Zenita dengan tatapan kecewa.

"Maafkan aku Nita? Pak Rendra adalah senior yang sangat baik padaku. Aku tidak bisa menghentikan penyelidikanku." ucap Alvaro dengan wajah serius.

"Ingat Alva, Pak Rendra meninggal karena kasus balas dendam mafia bagaimana kalau mereka juga mengincarmu? kamu harus melepas kasus ini Alva." ucap Zenita dengan hati yang tidak rela kalau Alvaro menghabiskan waktunya hanya pada kasus kematian Pak Rendra.

"Kamu jangan berpikir yang macam-macam Nita, aku akan baik-baik saja. Kamu tenang ya? sungguh aku tidak ingin membuatmu kecewa. Aku janji padamu, besok setelah kita akan menikah hidup kita akan bahagia selamanya. Setelah kasus ini selesai aku janji padamu untuk mengajakmu berlibur selama beberapa hari." ucap Alvaro seraya menggenggam tangan Zenita.

"Sudah berapa kali, kamu berjanji padaku untuk menyisakan waktu luang untuk kita berdua." ucap Zenita dengan kedua matanya berkaca-kaca.

"Nita...kamu jangan menangis. Aku janji, aku menggantikan semua waktu kalau masalah kasus ini selesai. Aku tidak bisa mundur dari tugas ini." ucap Alvaro seraya mengusap air mata yang menetes di pipi Zenita.

"Benarkah, kamu berjanji akan mengganti waktu kita yang hilang?" tanya Zenita dengan tatapan penuh.

"Iya sayang, aku berjanji padamu setelah masalah kasus ini selesai. Aku akan memberikan waktu yang sebanyak-banyaknya untuk kita berdua." ucap Alvaro seraya menggenggam tangan Zenita dan mengecup punggung tangannya.

"Baiklah aku pegang janji kamu sayang." ucap Zenita dengan sebuah senyuman.

"Aku senang kamu bisa tersenyum lagi sayang." ucap Alvaro merasa lega setelah melihat senyum manis Zenita.

"Hem... tapi, untuk saat ini aku ingin kamu lebih lama bersamaku." ucap Zenita dengan tatapan penuh harap.

"Sungguh, aku tidak bisa sayang. Waktuku hanya 30 menit untuk menemanimu. Sekarang kita harus menikmati waktu yang singkat ini." ucap Alvaro seraya menggeser duduknya saat pelayan datang dengan membawa beberapa makanan pesanan Zenita.

"Makanlah dulu Alva, aku masih kenyang. Aku ingin melihatmu makan bubur ayam kesukaanmu." ucap Zenita dengan tatapan penuh cinta.

"Hem... baiklah kalau begitu aku akan menyuapimu. Kita makan bersama bubur ayam ini." ucap Alvaro seraya meniup bubur panasnya untuk menyuapi Zenita.

Zenita hanya bisa tersenyum mendapat perlakuan manis dari Alvaro yang jarang dia dapatkan.

Dengan canda dan tawa, Alvaro memberikan perhatian dan kata-kata yang manis pada Zenita agar rasa kecewa Zenita hilang menjadi kebahagiaan.

"Apa kamu bahagia Nita?" tanya Alvaro dengan sebuah senyuman melihat Zenita terlihat bahagia.

"Tentu aku sangat bahagia Alva, bagaimana aku tidak bahagia... karena dari semua wanita yang mencintaimu, akhirnya kamu memilihku dan menikahiku." ucap Zenita dengan wajah berseri-seri.

"Aku bahagia kalau kamu bahagia Nita." ucap Alvaro dengan sungguh-sungguh.

"Tapi Luna pasti tidak bahagia, aku tidak tahu bagaimana keadaan Luna sekarang. Apa dia masih membenciku?" tanya Zenita menatap sedih Alvaro.

"Aku yakin, Luna pasti bahagia dan mengerti dengan hubungan kita." ucap Alvaro sedikit terusik dengan sebuah nama Luna. Saudara kembar Zenita, sahabatnya lamanya sebelum Luna mengenalkannya pada Zenita yang baru datang dari Luar Negeri.

"Aku tidak merebutmu dari Luna kan Alva?" tanya Zenita dengan tatapan sedih.

Alvaro menggelengkan kepalanya.

"Tidak sayang, aku dan Luna memang saling menyayangi. Tapi hanya sebatas sahabat tidak lebih. Kamu jangan pikirkan hal itu lagi ya?" ucap Alvaro seraya mengusap lembut wajah Zenita yang anggun. Sungguh Alvaro tidak ingin Zenita tahu kenapa Luna pergi ke Basis Utara. Karena dirinya juga terluka atas kepergian Luna yang pergi hanya karena keinginannya.

"Tapi...kalau Luna tidak merasa tersakiti, kenapa Luna pergi dari kita? kenapa Luna harus mengambil tugas di luar sana?" tanya Zenita sangat bersalah pada Luna.

"Luna menerima tugas di sana bukan karena ada hubungannya dengan kita Nita. Tugas itu sudah Luna inginkan dari dulu, Luna ingin mengabdikan diri di basis Utara." ucap Alvaro berusaha menenangkan hati Zenita.

"Benarkah itu Alva? kamu tidak hanya menenangkan hatiku saja bukan?" tanya Zenita dengan tatapan penuh.

"Aku mengatakan yang sebenarnya Nita. Percayalah padaku, Luna pergi ke sana tidak ada hubungannya dengan kita. Semua itu keinginan Luna sendiri dan pasti dia akan kembali saat pernikahan kita. Aku yakin Luna akan datang dan akan mendampingimu." ucap Alvaro menggenggam erat tangan Zenita.

"Syukurlah Al, karena aku tidak bisa melepas rasa bersalahku pada Luna. Kamu tahu Al? aku telah menyiapkan hadiah kejutan buat Luna, hadiah itu akan aku berikan besok saat kita menikah." ucap Zenita dengan tersenyum.

"Baguslah sayang. Sekarang, ayo...kita habiskan bubur ayam ini, karena aku harus segera menemui Pak David." ucap Alvaro seraya menyuapi Zenita dengan penuh kasih sayang.

"Sudah Al, aku sudah kenyang. Sekarang pergilah, kamu pasti sudah di tunggu Pak David." ucap Zenita sudah merasa tenang hatinya.

"Yakin, kamu mengizinkan aku pergi?" tanya Alvaro dengan serius.

Zenita menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

"Pergilah, hati-hati dalam bekerja." ucap Zenita seraya mengusap lembut wajah Alvaro dengan tatapan yang tak berkedip.

"Aku pergi sayang, nanti malam aku ke tempatmu." ucap Alvaro dengan tersenyum seraya mengecup kening Zenita kemudian pergi meninggalkan Zenita yang masih menatapnya.

avataravatar
Next chapter