2 ANALISA ALVARO

"Selamat sore Pak David, maafkan aku datang terlambat." ucap Alvaro setelah masuk ke ruang kerja David atasan tertinggi Alvaro.

"Selamat sore Alva, duduklah." ucap David dengan tenang di kursi kerjanya.

Alvaro menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah seseorang yang tidak di kenalnya.

"Kamu pasti bertanya-tanya siapa dia kan Alva?" ucap David dengan sebuah senyuman.

"Dia Damian rekan kerja kamu yang baru. Dia menggantikan Markus. Dan masih ada satu lagi rekan kerja kamu. Tapi dia masih belum setujui menerima kasus ini. Aku masih menunggu jawabannya." ucap David duduk tegak sambil menatap Damian dan Alvaro secara bergantian.

"Senang bekerja sama denganmu Alva. Aku sudah banyak mendengar cerita tentang sepak terjang kamu dalam memecahkan semua kasus. Aku bangga bisa menjadi rekan kerjamu." ucap Damian dengan ramah mengulurkan tangannya pada Alvaro.

"Terima kasih, aku juga senang bekerja sama denganmu. Semoga kita saling mendukung. Tidak seperti yang sebelumnya." ucap Alvaro sambil melirik ke arah David.

"Aku sedikit mendengar tentang hal itu. Tentang pengkhianatan Markus padamu." ucap Damian dengan serius.

"Syukurlah kalau kamu tahu, aku harap tidak ada lagi pengkhianatan tim kita." ucap Alvaro seraya menghela nafas panjang.

"Baiklah, sekarang apa yang kalian simpulkan dari kematian Rendra yang meninggal di ruang kerjanya? berita yang tersebar Rendra melakukan bunuh diri karena depresi karena di tinggal istrinya yang menikah lagi." ucap David sangat miris mendengar kabar tentang kematian Rendra teman kerjanya sekaligus pemilik perusahaan yang cukup besar di kota A.

"Seperti kesimpulan yang aku buat sebelumnya Pak. Pak Rendra tidak meninggal bunuh diri di ruang kerjanya. Aku sangat mengenal Pak Rendra, dia orang yang sabar dan mempunyai dedikasi yang tinggi. Tidak mungkin Pak Rendra bunuh diri hanya karena di tinggal istri keduanya. Apalagi Pak Rendra masih punya tanggung jawab yang besar pada Rama anak laki-lakinya yang ada di rumah sakit jiwa." ucap Alvaro mengatakan semua analisanya.

David menganggukkan kepalanya kemudian menatap serius Alvaro dan Damian.

"Damian, kamu sudah membaca semua berkas-berkasnya kan? kamu sudah membaca semua latar belakang keluarga Rendra. Menurutmu analisa Alvaro apa bisa kamu benarkan? atau kamu punya pendapat yang berbeda?" tanya David pada Damian yang baru saja pindah dari kepolisian kota Z.

"Karena sebelumnya aku tidak mengenal Pak Rendra, aku masih menyimpulkan kalau Pak Rendra meninggal karena bunuh diri. Dari pengalaman sebelumnya banyak orang yang sehat bisa saja depresi karena banyak tekanan. Pak Rendra aku lihat mempunyai banyak sekali tekanan terutama dari keluarga terdekatnya sendiri. Istri pertamanya meninggal beberapa bulan yang lalu, kemudian istri keduanya meninggalkannya dan menikah lagi. Anak kandungnya gila tinggal di rumah sakit jiwa, dan anak tirinya aku lihat latar belakangnya suka berfoya-foya dan berganti pasangan, dan satu lagi...dia terlibat dalam sindikat narkoba. Jadi, kesimpulanku bisa saja Pak Rendra memang meninggal karena bunuh diri." ucap Damian memberikan pendapatnya.

"Tunggu dulu Damian, lihat koran kemarin! kamu sudah membaca berita kemarin tidak?" tanya Alvaro seraya menunjukkan koran yang ada di meja David.

"Ada apa?" tanya Damian dengan wajah serius.

"Di koran kemarin, ada berita setelah kematian Pak Rendra. Istri keduanya dan suami barunya tinggal di rumah besar milik Pak Rendra. Dan satu lagi, perusahaan yang dulu sudah di serahkan pada anak kandungnya sekarang telah menjadi milik anak tirinya. Apa kamu tahu, Anak kandungnya Rama menjadi gila secara tiba-tiba, setelah beberapa Minggu kematian ibunya. Sebelumnya Rama tidak gila dan dia yang mengelola perusahaan Pak Rendra selama ini. Apa kamu tidak curiga tentang hal yang tiba-tiba itu. Kejadian yang menimpa mereka berurutan." ucap Alvaro memberikan alasannya pada Damian.

Damian terdiam sejenak memikirkan apa yang di katakan Alvaro sambil membaca koran yang di pegangnya.

"Dan ada info lagi, Jason anak tiri Pak Rendra sering mengadakan transaksi penjualan narkoba secara besar-besaran. Tapi dia selalu lolos dari jerat hukum. Ada orang dalam yang membantunya, selain Markus aku tidak tahu lagi. Yang pasti orang itu kekuatannya setara dengan Pak David." ucap Alvaro seraya mengusap wajahnya.

"Aku mulai paham dengan analisamu. Aku bisa menerimanya dan cukup bisa di terima oleh akal. Jadi apa langkah kita sekarang?" tanya Damian setelah memahami apa yang menjadi alasan Alvaro.

"Jadi menurut kalian kira-kira siapa dalang di balik kematian Rendra?" tanya David dengan tatapan serius.

"Jason!!" sahut Alvaro dan Damian secara bersamaan.

"Baguslah! sekarang kalian boleh pergi dan pecahkan kasus ini." ucap David seraya menerima panggilan dari seseorang.

Wajah David berubah tegang setelah menerima panggilan itu.

"Ada apa Pak?" tanya Alvaro dengan wajah serius setelah David mengakhiri panggilannya.

"Alva, Damian cepat kalian pergi ke rumah sakit jiwa. Nyawa Rama dalam bahaya, baru saja ada seseorang yang menghajar Rama hingga hampir mati. Untung saja ada perawat yang menemukannya." ucap David dengan wajah merah padam.

"Baik Pak kita segera ke sana. Ayo, Damian." ucap Alvaro bangun dari duduknya dan keluar dari ruang kerja David di ikuti Damian.

Dengan naik motor, Alvaro dan Damian tiba di rumah sakit jiwa di mana Rama di rawat.

"Aku rasa kasus ini cukup berbahaya Al!" ucap Damian seraya berjalan cepat mengikuti langkah kaki Alvaro pergi ke ruang khusus di mana Rama sedang di rawat.

"Bagiku masalah Jason tidak terlalu berbahaya, yang berbahaya adalah dalang yang membantu Jason. Dia otak semua kejadian yang terjadi. Jason hanyalah sebagai pion saja." ucap Alvaro berhenti di sebuah ruang yang sudah di jaga ketat oleh beberapa anggota kepolisian.

"Selamat malam kapten." sapa salah satu dari anggota kepolisian yang sudah mengenal Alvaro.

"Selamat malam, bagaimana keadaan korban?" tanya Alvaro dengan serius.

"Baru saja Dokter memeriksanya. Keadaannya sangat menyedihkan." jawab anggota polisi itu.

"Baiklah, aku akan melihatnya. Ingat jaga korban dengan ketat. Nyawanya saat ini dalam bahaya." ucap Alvaro seraya membuka pintu kamar dan masuk ke dalam di ikuti Damian.

Tanpa menimbulkan suara, Alvaro dan Damian mendekati Rama yang terbaring lemah di tempat tidur.

"Sungguh sangat menyedihkan, siapa yang tega ingin menghabisi keluarga Pak Rendra." ucap Alvaro dengan kedua tangan terkepal saat melihat keadaan Rama yang terluka parah akibat penganiayaan dengan benda tumpul dan tajam.

"Apa kamu sudah menemukan orang dalam itu?" tanya Damian dengan berbisik.

"Aku belum tahu, yang pasti orang itu punya dendam pada Pak Rendra." sahut Alvaro sambil memikirkan sesuatu.

"Apa yang kamu pikirkan sekarang?" tanya Damian dengan serius saat melihat Alvaro terdiam.

"Aku berpikir kalau korban akan aku bawa pulang ke Apartemen, untuk melindunginya. Aku yakin, korban bisa mengenali siapa yang menghajarnya. Kita akan kabarkan kalau korban dalam keadaan koma." ucap Alvaro dengan rencana besarnya.

avataravatar
Next chapter