1 Prolog

Tanah yang basah, bekas jejak air hujan yang mengguyur kota bandung sepanjang malam. Meski hanya berupa rintik rintik kecil, tapi itu cukup membuat genangan air pada tanah yang cekung.

Pusara itu, beraroma tanah basah dan suasananya sangat sepi.

"Sayang …," terdengar dari arah belakang lelaki itu seorang wanita yang datang bersama seorang bocah dengan payung di tangan yang lainya.

"Sudah selesai mimiknya boy?" tanya lelaki itu kepada putra yang ada di dalam gendongan sang istri.

"Sudah," jawab bocah itu dengan lidah cadel ala anak kecil. Bocah itu masih berusia 3 tahun, dan masih minum susu formula.

"Pintar anak papa!" puji lelaki itu mengusap kepala anaknya, lalu mengecup pipi sang istri.

"Kemarikan," lanjut lelaki itu mengambila alih putranya dari sang istri.

Setelah menyerahkan sanga anak kepada sang suami, wanita itu berjalan mendekat kepada pusara yang rutin dibersihkan oleh penjaga makam, sehingga tidak ada rumput liar yang berlebihan di sana.

Setelah membaca doa, Wanita itu mengusap nisan yang terbuat dari keramik lalu dia berkata. "Semoga kau berbahagia di alam sana," ucapnya lalu bangkit dari posisi berjongkoknya.

"Kau tidak menyumpahi mayat karena cemburu kan?" Goda lelaki itu pada ang istri.

"Aku tidak begitu!" jawab wanita itu cemberut.

"Tapi aku memang cemburu, kau rutin mengunjunginya,"

"Baru 2 kali dengan ini!" kata lelaki itu menarik istrinya ke dalam pelukan.

Sang istri memasang wajah merajuk, lalu lelaki itu berbisik kepada sang istri. "aku ingin memakanmu ketika kamu merajuk seperti itu!"

Sang istri yang digoda oleh lelaki itu seketika menggigit lengan suaminya. Sang anak yang melihat tingkah mamanya pun ikut meniru.

"Akhh…"

avataravatar
Next chapter