webnovel

Jadikan Aku Istrimu, Bang

Siang hari yang cuacanya sedikit mendung, Anita tengah berjalan dengan begitu eloknya menyusuri pesawahan.

Saat ini Anita akan mengantar makan siang kepada para pekerja ayahnya di sawah. Meski anak semata wayang dan putri dari orang kaya, orang tua Anita tidak pernah sama sekali memanjakan Anita. Mereka tidak ingin nantinya Anita akan selalu ketergantungan dengan harta orang tua.

"Ukh ... jauh sekali lah sawah Bapak ini. Ck, coba aja bisa pake motor. Pasti aku tadi sudah bawa motor ke sini. Hm ... tapi ya nanti aku masuk ke dalam kotakan sawah dong. Haha ... sudahlah, tidak apa, nikmati saja segalanya. Oh iya, kok sedari tadi aku ga lihat ada lelaki yang lewat ya? Biasanya mereka sering berlalu lalang di sawah ini. Tapi kali ini kok ga ada? Apa karena mereka sudah tahu aku akan datang ya? Hiks, menyebalkan sekali. Kenapa ya kok ga ada lelaki yang mau sama aku? Apa aku jelek? Ya Allah ... aku ingin menikah. Sangat ingin! Usiaku sudah dua puluh lima tahun, tapi aku tak kunjung menemukan juga cinta sejatiku. Banyak orang yang mengatakan aku ini perawan tua. Emangnya aku ini udah tua ya? Masa sih tua? Akh ... sudah ah, aku ga peduli. Toh nanti juga aku pasti dapat pria yang mau memperistri diriku. Hihi, tak apa jelek atau tampan, aku akan terima. Tua atau muda, aku pasti suka," celoteh Anita.

Anita terus saja menyusuri jalanan setapak tersebut. Dan sampai akhirnya Anita pun sampai juga di sawah milik ayahnya.

"Waduh ... yang anterin makanan untuk kita kok Neng Anita sih. Gimana nih? Kita pasti bakalan digodain sama dia. Berabe juga kalau gini mah," ucap salah seorang petani.

"Iya nih, mana ada istri kita lagi. Habis kita pasti dimarahin istri. Mereka pasti ga akan berani marahin Neng Anita, kan Neng Anita majikan kita. Dan ... mereka pasti akan meluapkan amarahnya itu kepada para suaminya," sahut yang lainnya.

"Hai ... hai ... halo ..." teriak Anita seperti biasanya yang selalu saja heboh saat berjumpa dengan orang lain.

"Wah ... Neng Anita udah datang nih. Akhirnya datang juga, Neng. Udah ditungguin dari tadi loh. Kita lapar banget, Neng. Hehe, kirain bukan Neng Anita yang akan antar makanannya," ucap salah seorang petani wanita.

"Maafkan Anita ya, semuanya. Hehe ... tadi itu Anita harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan untuk datang ke sini. Tenang saja, saat ini Anita membawa makanan yang begitu banyak dan sangat enak untuk kalian semua. Para ibu cantik dan para lelaki tampan incaran, Anita. Yuhuy ... mari makan," ucap Anita.

Seketika itu juga semua petani pun langsung beranjak dari sawah dan langsung duduk di pinggiran sawah yang dipenuhi oleh rerumputan hijau yang sangat bersih. Mereka biasa menjadikan tempat itu sebagai tempat peristirahatan mereka saat lelah bekerja.

Melihat para petani sudah beranjak dari sawah, Anita pun langsung saja menyiapkan makanannya.

"Mmm ... semuanya, Anita kayaknya harus cepat pulang deh," terang Anita saat dirinya telah selesai menghidangkan makanan.

"Loh, kok tumben sih, Neng? Ga mau ikut makan sama kita gitu, Neng?" tanya seseorang.

"Anita juga pengen sih makan bareng kalian. Apalagi makan bareng Abang ganteng yang itu," tunjuk Anita kepada salah seorang petani yang masih lajang dan juga muda.

Semua orang langsung bersorak saat setelah Anita melancarkan aksinya. Dan orang yang ditunjuk oleh Anita pun langsung saja menunduk karena malu.

"Aww ... Abang," ucap Anita dengan nada suara yang ia buat secentil mungkin agar mampu menggoda. "Abang, lirik Anita dong, Bang. Anita masih gadis loh, Bang," goda Anita.

"Wish ... beruntung banget kamu digodain Neng Anita. Ayo sana godain balik," ucap petani yang lebih tua.

"Ikh ... nggak Akh, Mang. Saya ga berani," ucapnya.

"Ga berani kenapa?" tanya petani tua itu.

"Neng Anita itu kan orang kaya, Mang. Sementara saya, hm ... apalah saya ini, Mang. Saya hanya seorang pekerja biasa. Takut saya kalau sama Neng Anita. Takut sama hartanya. Hehe," akunya.

"Owalah ... ternyata itu yang kamu takutkan," ucapnya.

"Ho'oh, Mang. Hanya itu," ujarnya.

"Abang ... ikh, kok Anita dicuekin gitu sih, Bang. Goda balik Anita dong, Bang. Abang, Abang ... ish, sebel akh, Anita dianggurin. Kalau diapelin sih Anita mau. Tapi kalau dianggurin mah ga mau," oceh Anita.

"Haha ... dia malu-malu tapi sebenarnya mau tuh, Neng."

"Iya kah, Bang? Benar begitu? Abang mau sama Anita?" tanya Anita. "Jadikan aku istrimu, Bang. Ayo, Bang, nikahi aku," goda Anita kembali.

Saat Anita tengah sibuk menggoda seorang pria, tiba-tiba saja seseorang memamggilnya.

"Neng Anita! Neng!" panggil Mang Danu. Mang Danu adalah pekerja di rumah orang tua Anita.

Mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, Anita pun langsung saja melirik orang tersebut.

"Loh, Mang Danu. Ada apa, Mang?" tanya Anita.

"Neng, disuruh pulang sama, Bapak. Cepat, Neng," terang Mang Danu.

"Emangnya kenapa, Mang?" tanya Anita.

"Ibu, Neng, Ibu," ucap Mang Danu.

"Ada apa dengan Ibu, Mang?" panik Anita.

Karena tadi sebelum Anita pergi untuk mengantar makanan, Anita memang mengetahui bahwa ibunya sedang tidak enak badan.

"Ibu sakitnya semakin parah, Neng," terang Mang Danu.

"Apa? Kok bisa sih, Mang? Bukannya tadi Ibu hanya kurang enak badan biasa saja ya?" bingung Anita.

"Nah, itu dia, Neng. Mamang juga ga tahu. Makanya cepat Neng Anita pulang saja. Yuk, Neng, ayo kita pulang," ajak Mang Danu.

"Ya udah, ayo, Mang," setuju Anita. "Semuanya, Anita pulang dulu ya," ucap Anita.

"Iya, Neng," sahut semua petani.

Anita pun langsung saja bergegas pergi untuk segera pulang. Anita sangat khawatir dengan keadaan ibunya saat ini.

'Ibu, tunggu Anita, Bu. Ibu yang kuat. Anita akan pulang sekarang juga'. Batin Anita.

Anita pun berjalan dengan begitu terburu-buru karena takut akan terjadi hal buruk kepada ibunya.

"Ibu, Anita akan pulang," teriak Anita.

Karena terburu-buru sampai membuat Anita tidak melihat ke arah depan jalanan. Dan akhirnya hal itu membuat Anita tidak sengaja menabrak seseorang.

"Akh ..." teriak Anita.

Anita merasakan sakit di sekujur tubuhnya seperti ia telah menabrak sebuah pohon besar.

Seseorang yang Anita tabrak itu adalah seorang pria yang memiliki badan yang begitu kekar. Kebetulan saat itu ia tidak mengenakan pakaian, dia hanya memakai kaos tipis tanpa lengan saja.

Anita juga bahkan tidak sengaja mencengkram bulu-bulu tipis yang terdapat di bagian dada bidang milik pria yang ia tabrak.

"Ssshhh," desis pria tersebut. Dia juga merasa perih karena Anita telah mencengkram bulu tipis di dadanya dengan sangat kuat.

Next chapter