1 Prolog

PROLOG

"Tempat apakah ini? Kenapa aku bisa ada disini?" Gayatri membuka matanya dan terkejut bukan main saat mendapati dirinya terbaring di atas batu besar yang dialasi dengan dedaunan.

Gayatri berusaha bangun dan duduk, tapi tiba-tiba kepalanya terasa berat dan membuatnya pusing. "Aduuh … kenapa pusing begini?"

Sambil kedua tangannya memijit-mijit kepalanya yang terasa sakit. Gayatri mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia berada di tepian sebuah sungai. Airnya terdengar gemericik mengalir di antara sela bebatuan.

Gayatri melihat pepohonan yang berada di kanan kiri sungai. Pohon-pohon tumbuh tinggi menjulang, seperti hendak menggapai langit. Batang pohon itu sangat besar, mungkin diperlukan beberapa orang dewasa yang saling berpegangan tangan untuk bisa mengukur diameternya. Baru kali ini Gayatri melihat ada pohon sebesar itu. Pohon raksasa.

Di bawah pohon raksasa, tumbuh bunga liar beraneka warna. Warnanya terlihat mencolok karena bunga-bunga itu seolah memancarkan cahaya. Ya, bunga itu memang bersinar! Dan lagi-lagi ukurannya juga super besar. Mungkin selebar payung. Indah sekali.

Belum hilang rasa bingungnya, Gayatri tiba-tiba dikejutkan dengan daun-daun umbi yang terlihat bergerak-gerak. Seseorang ada di balik pohon umbi raksasa itu. Jantung Gayatri berdebar, ia pun memilih untuk pura-pura pingsan lagi, sambil sesekali memicingkan mata mengawasi siapa yang datang.

Seorang perempuan tinggi besar muncul dari balik rimbun dedaunan, tangannya membawa air dalam wadah daun. Kulitnya berwarna coklat kemerahan, rambutnya ikal panjang, juga berwarna cokelat kehitaman. Seperti penampilan wanita pedalaman yang sering Gayatri lihat di majalah National Geographic. Cantik dan eksotik.

Gayatri masih diam saja dan memejamkan mata saat perempuan itu mendekat. Dia mengangkat tangannya yang berisi air kemudian terlihat komat-kamit seperti membaca mantra. Setelah itu diambilnya sedikit air lalu dipercikkan ke wajah Gayatri.

"Hidup, Hiduplah! Bangun, Bangunah!" ucapnya dengan logat bahasa yang asing. Anehnya Gayatri mengerti apa yang diucapkan wanita itu.

Gayatri belum juga mau membuka mata. Ia ingin tahu apalagi yang hendak dilakukan oleh orang asing di depannya itu.

Cubitan kecil tiba-tiba terasa menyengat pipinya. Spontan Gayatri mengaduh.

"Aduuuh!!" Gayatri terkejut mendengar suaranya sendiri yang berubah seperti suara anak kecil. Dibuka mata dan cepat mengawasi tubuhnya sendiri. Terlihat seperti anak-anak!

"Ini siapa? Aku dimana?!" tanyanya panik. Kembali, suara anak perempuan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Kamu Ashfaraa, anak Amma. Kenapa main-main sendiri di hutan dan tidak ijin Amma dulu?" tanya wanita itu.

"Amma? Siapa itu Amma?" tanya Gayatri.

Tak menjawab, wanita itu menunjuk dirinya sendiri. "Amma," ucapnya.

Gayatri meniru menunjuk dirinya sendiri, "Ash-fa-raa?" ucapnya dengan nada bertanya.

Wanita itu mengangguk.

"Kita dimana?" tanya Gayatri lagi.

"Di hutan. Kamu main terlalu jauh, Raa. Beruntung Amma cepat bisa menemukanmu." Ucapnya sambil menarik nafas panjang.

"Maaf … kepalaku sakit," ucap Gayatri. Memang benar rasa pusing yang hebat kembali menyerangnya akibat terlalu banyak pertanyaan yang tak bisa dijawab.

"Kita pulang," ucap Amma sambil menggendong 'Ashfaraa'.

"Pulang ke mana?" tanya Ashafara.

"Ke rumah."

"Di mana rumah kita, Amma?"

"Lemuria."

***

avataravatar
Next chapter