webnovel

Pertemuan Kedua (1)

TEORI CINTA

Pertemuan pertama, membuat jantungku berdetak tak karuan, aku tidak tahu arti detakan ini, aku terlalu kecil untuk memahaminya. Memahami sebuah detakan yang berirama seperti nyanyian ketika kita bertemu atau hanya sekedar ingin tahu dan mengingatmu.

Aku ingin merasakan untuk kedua kalinya, bertemu, bercakap dan merasakan getaran itu. Getaran yang sangat mengikatku padamu, my first love.

Akankah itu bisa terulang dengan cerita yang berbeda.

Sebuah cerita yang aku angan-angankan.

~Marlon~

@@@@@

PERTEMUAN KEDUA

*Pandangan pertama begitu menggoda dan membekas untuk dilanjutkan.

Hari ini kurang beruntung bagi Riby. Dengan kesal ia masuk ke rumah setengah membanting pintu rumah dan berlari menaiki tangga menuju kamar kakaknya, Ryan, yang berada di lantai dua. Tanpa menunggu lama Riby langsung membuka pintu kamar kakaknya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Dengan wajah yang masih cemberut, Riby melempar tasnya sembarang ke sisi double bed Ryan.

" Mas Ryan, gue mo curhat ni " keluhnya.

" Mas Ryan keluar, By " ucap seseorang yang tengah sibuk mengamati layar laptop di meja belajar tempat Ryan biasanya mengotak-atik laptopnya atau sekedar membalas email dari pacarnya.

Riby tersentak kaget, mencerna ingatannya dan mengingat suara berati itu.

" Mas Adit " ucap Riby kegirangan sambil berlari menghampiri Adit.

" Mas Adit jahat, pulangnya nggak bilang-bilang " ucap Riby manyun.

" Maaf " ucap Adit sambil mengacak rambut Riby dan memeluk Riby layaknya seperti adik sendiri.

Aditya Kusuma sahabat Ryan satu kampus dan satu jurusan, mereka berteman sangat akrab. Saking akrabnya mereka diberi julukan one heart one man dan lebih parahnya ada yang menganggap mereka sebagai pasangan H*** alias G *** ( ngertilah yah maksudnya, hehehe). Tapi dasar mereka berdua cowok cool dan easy going, jadi kalem-kalem aja menghadapinya.

" Kamu kenapa? " tanya Adit sembari mengamati wajah Riby yang semakin cantik, sekilas terlihat seperti Mikha Tambayong. Adit tersenyum kecil, ternyata adiknya in8 telah menjelma menjadi seorang gadis remaja yang sangat cantik. Memiliki wajah bulat telur (oval) yang hampir sempurna dengan hidung kecil yang mancung proporsional dan bibir merah muda yang penuh dengan warna kulit kuning langsat, rambutnya panjang di kucir ekor kuda. Benar-benar telah beranjak remaja.

" Bad mood Mas, bayangi aja ulangan yang aku hafal semalam suntuk tiba-tiba dibatalin gitu aja sama gurunya. Siapa yang nggak kesal terus teman-teman malah bersorak kesenangan " gerutunya panjang lebar dengan satu tarikan napas saja.

Adit tersenyum geli mendengar ocehan Riby, " Ya sudah, daripada kamu marah-marah mendingan kamu temenin Mas makan di taman, kita sudah lama nggak makan bareng " bujuknya.

" Ya Mas, Riby juga lapar " ucapnya sembari bangkit dari tempat tidur Ryan, walau masih menyisakan rasa kesal, Riby buru-buru menuju kamar tidurnya yang berseberangan dengan kamar Ryan. Hanya beberapa menit Riby kembali lagi ke kamar Ryan.

" Mas Adit langsung ke belakang aja ya, By ke dapur bilangin Bi Nah untuk siapin makanannya ".

Adit menganggukan kepalanya.

" Oya ... Mas Ryan ke mana sih Mas, kok lama banget keluarnya ".

" Dia ke mini market depan, sebentar lagi juga balik, By ".

Tanpa bertanya lagi, Riby menuruni tangga setengah berlari menuju dapur, tepat sekali Bik Nah baru selesai bikin sayur.

" Mmm ... lezat ni Bik " goda Riby sambil mengamati Bik Nah yang menyalin sayur ke mangkok sayur. Bik Nah tersipu.

" Langsung bawa ke gazebo aja ya Bik, aku sama Mas Adit makan di sana " lanjutnya.

" Ya Non ".

@@@@@

Suasana di belakang sangat nyaman, semenjak orang tuanya menetap di Los Angeles, Riby dan Ryan sedikit merombak tatanan taman depan maupun belakang , mereka sama-sama menyukai gaya minimalis modern, sentuhan taman hijau kentara di halaman itu yang ditumbuhi rumput jepang dan beberapa sudut strategis sengaja ditumbuhi rumpun bambu hias dan menimbun sebagian kolam renang untuk dijadikan kolam ikan dan mendirikan gazebo di atasnya. Suasana alami, damai dan menenangkan bersatu di dalamnya.

" Mas Adit nginap disini ya? " tanya Riby.

Adit menjawabnya dengan tersenyum.

" Iihh ... kok senyum sih " ucap Riby cemberut sembari memalingkan mukanya, kesal.

" Iya, Mas nginap di sini, gitu aja ngambek " godanya.

Seketika raut wajah Riby kembali cerah mendengar ucapan Adit sebentar ini, sudah hampir dua bulan ini Adit tidak menginap di rumahnya lantaran harus pulang ke Bandung. Tapi bukan itu juga alasannya meminta Adit untuk menginap, Riby ingin curhat sama Adit, sudah lama ia ingin berbagi cerita dengan Adit. Adit selalu tahu cara merespons curahannya beda dengan Ryan yang suka meledeknya.

" Sekarang Riby sudah punya pacar belum, soalnya Mas sudah lama nggak dengar kamu curhat mengenai itu ".

Uugh ... uugh ... Riby keselek dibuatnya.

Tuh kan baru aja di bilangin, Mas Adit sudah tahu cara memancing isi hatinya untuk terbuka.

PACAR!! Gimana ya .. yang naksir sih banyak tapi tidak ada satu pun yang mengena di hati, batin Riby.

" Gimana ya Mas, mmm ... nggak ada yang sebaik Mas Adit dan mas Ryan. Mereka remaja yang sok-sokan dewasa, Riby nggak suka " ucap Riby merona, malu sendiri dengan pernyataannya tapi memang itu kenyataannya. Laki-laki di sekolahannya semuanya hanya mengumbar cinta monyet.

" Kamu ini ".

Sebenarnya bukan tidak ada yang baik, salah satunya Cicho yang beberapa hari yang lalu menyatakan suka padanya, tapi Cicho enaknya dijadikan teman buka pacar. Tapi tidak untuk seseorang yang dikaguminya, seorang senior yang begitu dikaguminya, seorang senior yang bisa membuat hatinya meletup-letup bagai popcorn sesuai lirik JKT48.

Akh, tapi sekarang keberadaannya tidak diketahui. Riby begitu kangen terhadap senior itu dan berharap suatu saat bertemu kembali. Entah kapan itu.

Sekarang ini Riby duduk di bangku SMP kelas 3 semester akhir, beberapa minggu lagi bakalan mengikuti Ujian Akhir Nasional.

" Apa masih ke pikiran senior itu? " celetuk Adit.

Muka Riby merah padam menahan malu, Adit blak-blakan menebak isi pikirannya.

Belum sempat menjawab Ryan tiba-tiba muncul di tengah obrolan mereka sembari membawa kantong berisi makanan ringan.

" Kebetulan gue laper banget " serobotnya dan mengambil makanan Riby yang masih sisa setengah piring.

" Dari mana aja Mas? ".

" Mini market depan " jawab Ryan nggak jelas, mulutnya asyik menguyah makanan sambil melemparkan tubuhnya di bantalan yang sengaja di tata di gazebo tersebut.

" Mas Ryan ... " Riby menggantung ucapannya memikirkan kata-kata yang tepat.

" Apa? ".

" Dua minggu lagi ujian akhir, entar belajarnya dampingi ya Mas, Mas Ryan kan lumayan pinter tu " bujuknya memelas sambil memainkan senyumnya.

" Iyah ... Oh ya, tadi mami sama papi titip salam, tadi telpon ".

Raut wajah Riby berubah seketika mendengar ucapan Ryan mengenai kedua orang tuanya yang cuek. Mereka terlalu sibuk mengurus bisnis keluarga termasuk memutuskan untuk menetap di sana. Mereka balik ke Jakarta bisa d8 hitung dengan jari bukan lebih tepatnya hitungan jam. Tiap kali protes mereka mengutarakan alasan klise| ini untuk kalian di masa depan.

" Mas Ryan ... Mas Adit ... aku duluan yah " Riby beranjak, ia nggak mau berdebat masalah orang tuanya dengan Mas Ryan karena ujung-ujungnya dia juga yang terluka. Lagian saatnya untuk belajar kalau kelamaan bersama mereka disaat riskan begini, ujung-ujungnya Riby tidak jadi belajar dan asyik ngerumpi.

Adit memandangi siluet Riby yang menjauh masuk ke dalam ruang TV yang tampak dari dinding kaca ruang keluarga yang langsung menghadap taman belakang kemudian hilang dibalik anak tangga menuju lantai dua.

" Sepertinya dia masih kesal sama orang tua lo " ucap Adit memandangi Ryan yang tengah melahap suapan terakhirnya.

" Seperti yang lo lihat Dit, dia lebih betah bareng gue abangnya ketimbang tinggal di luar negeri bareng mami " ucap Ryan sembari membetulkan posisi duduknya.

" Dan gue juga punya rencana swhabis ujian , gue mo ngajakin dia liburan bareng ke Anyer " lanjut Ryan.

Adit tersenyum puas untuk ide Ryan kali ini.

@@@@@

Selama dua minggu ini Riby begitu semangat mengikuti proses pembelajaran. Termasuk memberikan virus jitu untuk menghadapi ujian kepada teman-temannya yang beehasil diterapkan. Bayangkan saja dari yang pemalas langsung melek gara-gara virus ini.

Mo tahu virus belajarnya Riby.

Mula-mula persiapkan alat tulis dan note kecil terus tulis pertanyaan yang dirasa sulit untuk diselesaikan sendiri. Nah, prinsipnya seperti ini. Tiap pertanyaan yang sulit langsung di tanyakan kepada teman diskusi terus nanti dicocokkan kepada kelompok diskusi lain dan finisnya kepada guru pembimbing per bidang studi, ini memang terkesan mudah tetapi dengan diskusi seperti ini cukup efektif untuk diterapkan.

Seperti skema lurus ini.

Siswa-pertanyaan sulit-kelompok-jawaban-guru-koreksi-jawaban tepat.

Dengan kerja keras pasti tersimpan hasil yang memuaskan. Rewardnya Riby dan teman-temannya dinyatakan LULUS.

" HHOOREEEEE ... " teriakan siswa SMP tingkat akhir tersebut membahana di lapangan sekolah setelah mendengar pengumuman Kepala Sekolah dari pengeras suara sampai sudut penjuru sekolah.

Para guru menatap haru di teras majelis guru dan berdecap kagum pada prestasi siswa didik angkatan sekarang yang lulus dengan nilai memuaskan, setelah beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan.

" Baiklah anak-anakku tercinta pada kesempatan ini bapak selaku Kepala Sekolah sangat bangga atas prestasi kalian termasuk para guru yang senantiasa mendampingi kalian dalam keadaan sulit beberapa minggu belakangan ini. Dan kalian mungkin tidak sabar untuk mendengarkan siapa yang menjadi siswa teladan pada angkatan kalian " ucap Bapak Kepala Sekolah sembari melap keringatnya, cuaca lagi teriknya tapi tidak membuat kendor semangat mereka dalam mendengarkan ucapan Kepala Sekolah yang panjang lebar untuk kali terakhirnya. Hehehe.

" Dan tahun ini yang mendapat penghargaan sebagai siswa berprestasi jatuh kepada ... Rimawan Biyanca Ashillaputri, karena kreativitasnya telah memberikan kemudahan bagi kita semua cara menerapkan penghafalan dan pemecahan pertanyaan dengan efektif dan efisien ".

Tepukan tangan menggema di telinga Riby tatkala namanya disebut, dengan bangga Riby menerima penghargaan dari Kepala Sekolah.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Next chapter