webnovel

Pekerjaan Baru

OB di kantor Netta ada 20 orang dengan 4 orang OB ditiap lantainya. Sedangkan Max saat ini berada di lantai 2, lantai dimana dia dulu bekerja, karena itu dia mengenal Ketut. Ada 3 orang OB lainnya yang datang pagi itu. 2 perempuan dan 1 laki-laki, mereka semua mengenal Max. Mereka tidak percaya jika Max menjadi seorang OB disitu. Mereka kemudian memulai pekerjaannya di lantai 2, sedangkan Max duduk di pantry sambil menunggu intruksi dari kepala OB. Telpon pantry berbunyi, Ketut mengangkat telpon tersebut.

" Halo! Pantry Lt. 2 dengan Ketut disini!" K

" Saya Bos kamu! Apa Pak Max sudah datang?" N

" Selamat Pagi, Bos! Iya, Pak MAx ada disini!" K

( Max mendengarkan percakapan Ketut ditelpon)

" Suruh dia menemui Kepala kamu agar dijelaskan tugas dia apa!" N

" Baik, Bos!" K

Netta memutuskan panggilannya dan duduk bersandar di kursi kebesarannya. Max pergi ke ruangan kepala OB yang berada di lantai 5 dan dijelaskan jika dia harus melayani pegawai di Lantai 5 dan keperluan di lantai 5.

" Tugas awal bapak adalah membawakan Bos kopi!" kata Kepala OB.

" Baik! Terima kasih atas penjelasannya! Permisi!" kata Max.

" Pak Max nggak usah seperti itu! Biarpun Saya adalah kepala OB, tapi saya harap Pak Max jangan sungkan!" kata Kepala OB itu.

" Tidak apa-apa! Kamu hanya menjalankan tugas!" kata Max. Akhirnya berita tentang Max menjadi OB telah menyebar di seluruh pegawai perusahaan Netta. Tok! Tok! Pintu ruangan Netta diketuk.

" Masuk!" kata Netta tanpa melihat ke arah pintu.

" Selamat Pagi, Bos!" kata Max. Deg deg! Deg deg! Jantung mereka berdua berdetak kencang. Suara dia masih tetap seksi saja setelah sekian lama! batin Netta. Ponselnya berdering, nama Dewa tertera di layar ponselnya.

" Saya membawakan Bos kopi!" kata Max.

" Letakkan di sini!" kata Netta menunjuk mejanya.

" Halo, Wa'!" N

( Hati Max sakit, dia cemburu pada Dewa yang akan menjadi suami, Netta)

" Sayang!" D

" Ya, Wa'?" N

" Saya permisi, Bos!" kata Max yang akan meninggalkan ruangan Netta.

" Tunggu!" kata Netta, Max berhenti di tempatnya dan memutar tubuhnya ke arah Netta.

" Nggak, Wa'! Aku lagi bicara sama OB ku yang baru!" N

(Hati Max semakin sakit mendengar sindiran Netta)

" Aku jemput kamu pulang nanti!" D

" Ok! Aku pulang jam 4 sore!" N

" Ok, sayang! I love you!" D

" Ok!" N

Netta mematikan panggilan dari Dewa.

" Saya mau kamu belikan saya nasi campur ditempat langganan saya!" kata Netta.

" Baik, Bos!" jawab Max. Netta mengeluarkan selembar uang 100 ribuan dan melemparnya diatas meja.

" Kamu boleh ambil kembaliannya!" kata Netta cuek. Max dengan perasaan sedih berjalan menuju ke meja Netta dan mengambil uang itu.

" Permisi, Bos!" kata Max. Tok! Tok! Bersamaan itu, ada yang mengetuk pintu ruangan Netta.

" Masuk!" kata Netta. Ternyata Wayan yang mengetuk pintu, dia melihat Max dengan pakaian OB.

" Bos! Wenny membawa laporan yang Bos minta!" kata Wayan.

" Suruh masuk!" kata Netta. Max berjalan menuju pintu saat itu Wenny masuk dan berpapasan dengan Max.

" Pak Max!" sapa Wenny lembut dengan tersenyum.

" Wen!" jawab Max. Netta yang melihat hal itu entah mengapa merasa sangat tidak nyaman. Dasar pria mata keranjang! Gak bisa lihat wanita cantik, langsung aja bawaannya mesum! Huh! batin Netta kesal.

" Aku sudah lapar!" kata Netta lagi.

" Iya!" jawab Max.

" Kita ketemu nanti, Pak!" kata Wenny.

" Iya!" kata Max meninggalkan Wenny yang masih menatapnya. Sialan! Beraninya mereka janjian didepanku! batin Netta marah.

" Apa kamu akan berdiri terus disitu?" kata Netta kesal.

" Maaf, Bos!" jawab Netta.

" Apa kamu menyukainya?" tanya Netta dengan raut wajah kesal.

" Hah?" jawab Wenny terkejut karena pertanyaan Netta.

" Jawab ato aku pecat!" kata Netta lagi.

" Iy, Bos!" sahut Wenny cepat.

" Iya apa?" tanya Netta.

" Iya! Saya menyukai Pak Max!" jawab Wenny dengan gugup. Netta semakin marah dengan jawaban Wenny, dia menatap pegawainya itu dari atas sampai bawah.

" Berapa usiamu?" tanya Netta.

" 22 Bos!" jawab Netta. Cih! 22 tahun, masih kencang! batin Netta miris. Wenny memang cantik, mengingatkan Netta akan dirinya saat pertama kali menggoda Max dulu. Sekarang dirinya sudah melahirkan seorang anak, pasti menurut Max tubuhnya sudah tidak seindah dulu. Ingin rasanya Netta melempar Wenny dari kantornya agar tidak bisa bertemu dengan Max lagi. Apa dia juga sepertiku yang menggoda Max? Apa Dia membalas godaannya? Apa mereka...Arghhh! Kenapa juga gue perduli? batin Netta kesal.

" Ini dokumen yang Bos minta!" kata Wenny yang melihat Bosnya hanya diam saja.

" Berikan pada Wayan dan pergilah! Jangan pacaran di kantor! Apalagi dengan teman satu kantor!" kata Netta sebel.

" Ya?" Wenny terkejut dengan ucapan Bosnya. Mana ada aturan seperti itu dipurusahaan ini? Dari dulu juga banyak yang nikah malahan.

" Apa lagi?" tanya Netta membuat Wenny terkejut.

" Eh, nggak Bos! Saya permisi!" kata Wenny lalu menyerahkan dokumennya pada Wayan yang melongo akibat ucapan Bosnya.

" Ingat ucapanku! Itu berlaku untuk semua pegawai disini!" teriak Netta. Wayan lalu berjalan mendekati meja Netta dan meletakkan dokumen itu di sana.

" Umumkan peraturan itu sekarang, Wayan!" kata Netta.

" I...iya, Bos!" jawab Wayan. Sialan! Aku gak bisa lagi main-main sama pegawai sini! batin Wayan. Wayan berjalan meninggalkan Bosnya yang seenaknya sendiri membuat peraturan. Netta tersenyum penuh kemenangan, dia merasa sangat puas.

Max pergi ke restoran nasi campur langganan Netta dengan naik motor online. Pada saat di lampu merah, mereka berhenti sejenak. Sosok dari dalam mobil melihat ke arah Max yang sedang kepanasan diatas motor.

" Mom Di!" panggil sosok itu.

" Yes, Malv!" sahut Diana yang sedang duduk disebelahnya.

" Kenapa wajah orang itu sangat banyak bulunya? Apa dia penjahat?" tanya Malv takut.

" Mana?" tanya Diana tersentak kaget lalu mendekati Malv dan melihat ke arah wajah Malv melihat, dia takut jika itu adalah seorang pembunuh bayaran. Deg! Apa dia...Max? batin Diana yang melihat Max sedang duduk diatas motor dengan memakai seragam OB kantor Netta. My God! Aku tidak percaya dengan semua ini! Tega sekali Netta menjadikan papa Malv seorang OB! batin Diana.

" No, dear! It's just a coincidence! Not everyone's hairy is a criminal! " jawab Diana. Kenapa tu lampu nggak hijau-hijau, sih! batin Diana melihat ke arah lampu lalin yang masih merah. Malv tidak berhenti menatap Max, ada sesuatu dalam dirinya yang membuat dia suka melihat orang itu. Dia merasa sangat nyaman hanya dengan melihatnya. Lampu berubah menjadi hijau, motor Maxpun pergi meninggalkan jaln tersebut. Diana mernafas lega saat mereka sudah pergi. Max masih mengingat wajah orang itu, entah kenapa dia sangat ingin bertemu dengannya.

" Aku mau makan nasi campur, Mom Di!" kata Malv.

" Baik, sayang! Pak, kita ke restoran biasanya!" kata Diana pada sopirnya.

" Baik, Nyonya!" jawab sopir tersebut. Mobil yang mereka tumpangi memutar balik arah karena jalan menuju restoran telah terlewati.

Next chapter