59 Hamil?...Lagi?

Netta memijit kepalanya yang berdenyut mendengar ancaman Dewa itu. Salahku juga! Kenapa aku bermain api! batin Netta. Kamu kemana, sayang? Kenapa nggak kasih aku kabar? Apa sakit mamamu segitu parahnya? batin Netta melihat foto Max dilayar laptopnya.

Ternyata Dewa tidak main-main dengan ancamannya, dia benar-benar membawa iring-iringan lamaran ke apartement Netta.

" Netta!" panggil Diana.

" Hmm?" jawab Netta.

" Ada banyak orang di depan pintu!" kata Diana.

" Siapa?" tanya Netta bertanya-tanya.

" Dewa!" jawab Diana.

" Apa? Dia beneran kesini? Sudah gila itu orang!" kata Netta.

Lalu Netta beranjak dari ranjang dan akan keluar dari kamarnya, tapi dia berbalik lagi.

" Kok, balik?" tanya Diana.

" Aku ada ide!" kata Netta. Lalu Netta mengambil sesuatu di dari dalam walk in closetnya lalu dipakainya dan dia memoles wajahnya.

" O, My God! Are you gonna meet him like this?" tanya Diana.

" Yes! Bawa anak-anak keatas!" jawab Netta tersenyum, Diana hanya geleng-geleng kepala dan membawa anak-anak naik ke lantai 2. Netta berjalan keluar dari kamar dan membukakan pintu apartementnya.

" Dewa? Kamu beneran datang?" tanya Netta tersenyum. Dewa terkejut melihat dandanan Netta malam itu.

" Apa-apaan ini Dewa? Kamu bilang dia wanita terhormat, terpelajar dan sopan, tapi mana?" tanya papa Dewa yang melihat Netta seperti seorang jalang. Netta memang sengaja memakai celana jeans yang sangat pendek, dengan kaos tank top berwarna merah dan berdandan menor.

" Ayo kita pulang, Ma! Bikin malu saja!" kata papa Dewa marah.

" Tunggu, Pa! Dia tidak seperti itu, Pa! Dia begitu karena menolak menikah dengan Dewa!" kata Dewa.

" Apa? Dasar anak tidak tahu malu! Sudah ditolak masih saja memohon-mohon! apa tidak ada gadis lain lagi di dunia ini?" kata papanya.

" Tapi Dewa maunya dia!" kata Dewa lagi.

" Sayang!" panggil Netta saat melihat Ken datang.

" Ada apa ini, Ta?" tanya Ken. Netta menarik Ken dan melumat bibirnya di depan orang tua Dewa. Mata mereka semua membulat menyaksikan adegan tersebut, terutama Diana yang berada di belakang mereka.

" Ahhh! Pa? Wanita ini! Ahhh!" ucap mama Dewa memegang kepalanya yang terasa berdenyut dan berputar.

" Kenalkan Om! Tante! Ini adalah mantan suami saya! Dia tinggal serumah dengan saya!" kata Netta.

" Pulang sekarang juga! Apa kamu mau menghancurkan kehormatan keluarga kita? Wanita itu sudah pernah menikah! Dan dia masih tinggal dengannya!" teriak papa Dewa. Wajah Dewa menggelap karena amarah, dia menatap tajam ke arah Netta.

" Dewa!" panggil papanya. Dewa kemudian berjalan mengikuti mereka, lalu Netta dan Ken memutar tubuh mereka sambil tertawa.

" Hahahaha! Rasain!" kata Netta.

" Di...diana? Sejak kapan kamu disitu?" tanya Netta kaget. Ken hanya menundukkan wajahnya.

" Sejak adegan romantis kalian!" jawab Diana dengan tangan bersidekap.

" I...itu hanya spontan, Di! Bukan serius!" kata Netta.

" Tapi dia menikmatinya!" kata Diana menunjuk Ken.

" Aku? Tidak, sayang! Aku hanya..."

" Tidur diluar selama seminggu!" kata Diana yang pergi meninggalkan mereka berdua.

" Arghhhh! Jangan bawa-bawa aku lagi dalam masalahmu! Sayanggggg!" kata Ken kesal pada Netta. Netta hanya tersenyum lucu dan juga kasihan pada Ken.

Sejak saat itu Dewa memang tidak pernah datang lagi menemui Netta, karena Ken menyuruh anak buahnya berjaga di dekat Netta. Tapi Netta jadi sering mendapat telpon atau SMS gelap yang berupa ancaman. Tapi Ken adalah pengacara hebat di negara ini, dengan cepat dia mengumpulkan bukti-bukti dan menuntut Dewa akibat perbuatannya itu. Netta bisa lega karena keluarga Dewa menjamin anaknya tidak akan melakukan itu lagi.

Hampir sebulan Max tidak memberi kabar sama sekali pada Netta. Netta menjadi gelisah dan takut jika Max akan meninggalkannya lagi. Dia sedikit lupa karena masalah Dewa yang menguras pikirannya. Setelah masalah itu selesai, dia kembali teringat pada Max, hingga di kantor dia uring-uringan terus dan menyebabkan pegawainya merasa serba salah akibat sikapnya.

" Apa kalian gak becus bekerja? Apa kalian hanya makan gaji buta? Ayo kerjakan lagi! Semua orang hari ini lembur!" teriak Netta.

" Kenapa sih, si Bos? Marah-marah mulu! Lama-lama nggak ada yang mau kerja disini!" kata salah seorang pegawai.

" Iya!" jawab yang lainnya.

" Lagi PMS kali! Xixixi!" sahut lainnya.

Netta bersandar di kursinya kebesarannya, sebulan lebih sudah Max menghilang tanpa kabar berita. Pagi itu dia merasa kepalanya pusing dan perutnya sangat mual. Dia berlari ke kamar pribadinya dan muntah-muntah di wastafel. Hoekkkk! Hoeekkkk! Ahhhh! Kenapa dengan badan gue? Kenapa rasanya lemas sekali. Lalu dia berdiri dan berbaring di ranjang, diraihnya telpon di atas nakas. Tutu...tut....tut....

" Halo, Bos!"

" Komang! Kamu handle dulu semua pekerjaan! Saya agak nggak enak badan!" N

" Apa saya panggilkan dokter, Bos?" K

" Nggak usah! Nanti juga sembuh! Hanya sedikit pusing saja!" N

" Baik, Bos!" K

" Batalkan meeting pagi ini! Mudah-mudahan siang nanti saya sudah baikan!" N

" Baik, Bos! Semoga cepet sembuh, Bos!" K

" Trima kasih!" N

Netta meletakkan gagang telpon lalu memejamkan matanya untuk tidur. Netta bermimpi bertemu dengan Max di rumah Max.

" Max! Kamu datang!" ucap Netta, Max tersenyum dan memeluk Netta.

" Iya, sayang! Aku merindukanmu! Maaf jika aku membuatmu menunggu!" kata Max. Lalu Max melumat bibir Netta dengan lembut lalu berubah panas.

" Max, Ahhhh!" desah Netta. Netta merasa tubuhnya bergetar dan merinding akibat sentuhan Max. Eh! Tapi kenapa rasanya memang ada yang menyentuhku? Tapi kan aku sedang bermimpi? batin Netta.

" Ahhh!" desah Netta lagi saat ada yang meremas dadanya dan memilin ujung dadanya. Netta menggeliat seperti ular akibat rasa nikmat di bagian dadanya.

" Bangunlah, sayang! Aku tidak mau bercumbu denganmu dalam keadaan seperti ini!" Netta mendengar bisikan seseorang. Netta membuka matanya dengan cepat.

" Max? Ini beneran kamu?" tanya Netta saat melihat prianya telah berada diatas tubuhnya.

" Iya, darling! It's me!" jawab Max tersenyum. Netta masih belum percaya, dia menangkup wajah tampan Max dan mengusapnya. Hik...hik...hik... Netta menangis karena kesal.

" Sayang! Kenapa menangis? Ini beneran aku!" kata Max panik.

" Kamu jahat! Kenapa nggak pernah kasih kabar apa-apa?" tanya Netta masih menangis.

" Maaf, sayang! Aku harus merawat mama dan perusahaan papa!" jawab Max. Max memeluk Netta dengan erat dan mencium puncap kepala wanita itu. Netta sangat nyaman di pelukan Max, dia merasa sangat suka dengan harum tubuh Max lebih dari sebelumnya. Kepalanya seketika sudah tidak pusing dan mualnya juga hilang.

" Kita makan siang!" kata Max.

" Aku masih mau begini, sayang!" kata Netta dengan mata terpejam.

" Tapi aku takut dia bangun, sayang! Sudah sebulan dia mencari pasangannya!" kata Max yang membuat Netta membuka matanya dan merasakan sesuatu yang keras mengganjal perutnya.

" Maxxx! Dasar mesum!" teriak Netta, lalu bangun dari ranjangnya dan membasuk wajahnya, Max hanya tertawa saja melihat tingkah kekasihnya itu. Lalu mereka memesan makanan dan memakannya di dalam ruangan kerja Netta.

avataravatar
Next chapter