52 Belum Saatnya

Max sedang duduk di ruang tunggu untuk pembeli yang memesan makanan dibawa pulang. Tidak lama kemudian dia pergi ke toilet saat Diana keluar dari mobil dengan menggandeng putrinya, sementara Malv berjalan sendiri di belakang Diana dan masuk ke dalam resto.

" You stay here with your brothet! Mommy going to talk with the manager!" kata Diana yang menyuruh kedua anak tersebut untuk duduk di ruang tunggu.

" Yes, Mommy!" jawab Kenda. Lalu Diana pergi untuk menemui manager di resto tersebut yang merupakan teman dari Ken. Max berjalan keluar dari toilet setelah selesai buang air kecil, lalu dia duduk di ruang yang sama dengan kedua anak tersebut. Ponsel Max berbunyi, nama Mama tertera dilayar ponselnya.

" Halo, Ma!" M

" Apa kabar sayang?" Mm

" Baik, Ma! Mama gimana?" M

" Mama merindukanmu, sayang!" Mm

" Ma! Mama harus melupakan aku! Jika papa tahu, dia akan marah!" M

" Mama bisa mati Max jika tidak ketemu kamu lagi!" Mm ( Mama Max menangis tertahan, Max menghembuskan nafasnya)

" Aku harus pergi, Ma! Ada meeting sebentar lagi!" M

" Apa bisa kita bertemu dikantormu sebentar?" Mm

" Jangan! Maksudku, jangan di kantor! Nanti akan aku beritahu!" M

" Baiklah, sayang! Mama sayang kamu, nak!" Mm

" Aku juga sangat menyayangi mama!" M

Mama Max mematikan panggilannya dan mata Max berkaca-kaca mendengar ucapan mamanya. Sebuah tangan kecil menyodorkan tissue ke hadapan Max. Max mengangkat kepalanya, sebuah senyum terbentuk diwajah kecil tersebut.

" Kata kakakku laki-laki tidak boleh menangis!" kata anak tersebut. Max mengambil tissue ditangan anak tersebut dan menghapus airmatanya lalu tersenyum pada ank tersebut.

" Kakak kamu benar! Mana dia?" tanya Max.

" Itu!" kata anak tersebut menunjuk ke arah seorang anak yang duduk membelakangi Max.

" Dia pasti kakak yang hebat!" kata Max.

" Tentu saja! Dia selalu menjagaku!" kata anak itu lagi.

" Siapa namamu?" tanya Max.

" Kenda! Dan itu kakakku..."

" Pesanan dengan nama Max!" panggil waiter di tempat bagian pengambilan makanan.

" Sebentar ya, sayang!" kata Max lalu berdiri mendekati waiter tersebut dan mengambil bungkusannya lalu kembali mendekati Kenda.

" Om pergi dulu, ya! Salam pada kakakmu! Bilang padanya jika di apasti akan menjadi pria yang hebat!" kata Max. Kenda menganggukkan kepalanya.

" Nama Om siapa?" tanya Kenda.

" Maximiliano Smith!" kata Max, lalu tersenyum dan melambaikan tangannya pada Kenda.

" Kamu melambaikan tangan pada siapa, sayang?" tanya Diana tiba-tiba.

" Hanya pada orang lewat!" kata Kenda.

" Ah, sayang! Jangan berbuat itu lagi, ya! Nanti dikira mereka kamu mengenal mereka dan yang jahat akan membawamu, sayang!" tutur Diana dengan raut wajah takut.

" Iya, mommy!" kata Kenda.

" Ayo kita makan! Mana Malv?" tanya Diana.

" Aku disini, Mom Di!" kata Malv yang telah berjalan mendekati Diana dan Kenda. Mereka bertiga duduk di ruang VIP seperti biasa dan makan dengan tenang.

" Siapa namanya?" tanya Malv saat Diana keluar untuk ke toilet.

" Tunggu, Kak! Aku'kan masih kecil jadi sedikit susah mengingat!" kata Kenda.

" Huh! Dasar IQ kamu saja yang biasa aja!" kata Malv.

" Maxi..."

" Ayo, K! Nanti Mom Di keburu datang!" kata Malv tidak sabar.

" Sabar, Kak! Maxi...li...no...Smith! Seperti itu deh!" kata Kenda.

" Aku tahu aku tidak bisa mengandalkanmu!" kata Malv sedikit kesal pada adiknya itu.

" Kakak jahat! Aku sudah berusaha! Huuuuuu..."

" Diamlah! Nanti Mom Di tahu! Iya aku minta maaf!" kata Malv lalu mencium hidung adiknya itu seperti biasa jika dia ngambek atau marah sama Malv. Kenda langsung berubah menjadi ceria lagi dan memakan makanannya.

Max langsung ke ruang Netta saat tiba dari resto dengan naik motor online lagi. Semua orang yang melihatnya langsung berbisik-bisik, tapi Max tidak perduli tentang mereka.Tok! Tok!

" Masuk!" jawab Netta. Max membuka pintu ruangan Netta dan melihat Netta sedang duduk di pangkuan Dewa.

" Maaf, Bos! Saya tidak tahu jika ada tunangan Bos disini!" kata Max dengan perasaan campur aduk.

" Letakkan disini!" kata Netta dengan sengaja. Max berjalan dengan jantung berdetak keras karena amarah dan cemburu. Kamu masih saja suka duduk di pangkuan seorang pria! batin Max. Dengan tangan bergetar Max meletakkan bungkusan itu dan segera berbalik.

" Buatkan tunanganku kopi! Kamu biasa minum kopi apa, sayang?" tanya Netta. Dewa yang tidak menyangka Netta akan memanggilnya sayang, sangat senang dengan perhatian tersebut.

" Apapun akan aku minum, sayang! Asal kamu yang memesannya!" kata Dewa.

" Apa kamu tidak memiliki sikap sopan santun?" kata Netta. Max tahu jika Netta akan mempermasalahkan tubuhnya yang membelakangi dia.

" Maaf!" kata Max lalu memutar kembali untuk menghadap pada Netta. Tanpa diduga oleh Netta, Dewa memanfaatkan keadaan itu untuk mencium leher Netta. Max mengepalkan tangannya melihat adegan itu, sementara Netta yang terkejut tidak bisa berbuat apa-apa karena dia yang telah memancing di air keruh.

" Buatkan kopi pahit!" kata Netta dengan cepat. Tapi Max bergeming, dia melihat ke arah Dewa yang masih saja menciumi leher dan tulang selangka Netta.

" Pergilah!" kata Netta yang kesal melihat Max tidak kunjung pergi meninggalkan mereka.

" Apa anda ingin melihat kami bermesraan, Pak Max?" tanya Dewa tanpa melihat Max. Wajah Max menggelap, tapi dia cukup tahu diri, dia bukan siapa-siapa lagi bagi Netta.

" Permisi!" kata Max lalu memutar tubuhnya dan berjalan menjauh dari Netta dan Dewa. Ponselnya kembali berdering, Max mengambilnya dan melihat nama Wenny dilayar ponselnya.

" Ya, Wen?" M

...

Netta sekilas mendengar ucapan Max yang menyebut nama Wenny, wajahnya menggelap, dia beranjak dari pangkuan Dewa, membuat Dewa terkejut dan menarik kembali Netta hingga terjatuh dalam pelukan Dewa.

" Lepasin! Aku ada meeting sebentar lagi!" kata Netta.

" Aku mau kamu Netta!" kata Dewa.

" Tidak sekarang!" jawab Netta.

" Tapi tadi..."

" Maaf, aku kelepasan!" jawab Netta santai, lalu dia berdiri dan keluar dari ruangannya. Dia mengejar Max ke pantry.

" Mana Max?" tanya Netta pada Ketut yang melongo melihat Bosnya masuk ke dalam pantry.

" Eh, bukannya pergi beli nasi campur?" kata Ketut.

" Arghhh! Kemana dia!" kata Netta marah. Netta menyuruh Wayan dan security untuk mencari Max. Sementara Netta pergi ke ruang CCTV untuk mencari Max. Pegawai bagian CCTV terkejut melihat Bosnya yang tiba-tiba datang ke ruangan mereka.

" Cari Pak Max!" kata Netta.

" Siap, Bos!" jawab mereka yang ada 3 orang sebagai pegawai bagian CCTV. Mereka mengoperasikan seluruh CCTV yang ada di kantor kecuali ruang direktur dan meeting.

" Maaf, Bos! Sepertinya Pak Max tidak ada dimana-mana!" jawab salah satu pegawai.

" Putar rekaman CCTV 10 menit yang lalu!" kata Netta.

" Baik Bos!" jawab pegawai itu. Layar CCTV menemukan Max yang sedang menerima telpon keluar dari ruangan Netta dan naik ke atas atap. Disana ternyata telah menunggu Wenny sedang berdiri di pagar pembatas.

" Apa bisa mendengar percakapan mereka?" tanya Netta menahan amarah.

" Maaf, Bos! CCTV hanya bisa mendengar suara yang dekat saja, mereka terlalu jauh, Bos!" kata pegawai itu. Sial! Apa yang mereka bicarakan! batin Netta.

" Apa mereka masih disitu?" tanya Netta.

" Sepertinya masih, Bos!" jawab pegawai itu. Netta keluar dari ruang itu dan berlari menuju ke lift miliknya.

avataravatar
Next chapter