30 30. Memikirkanmu

" Apa? Tidak!" kata Netta.

" Kamu serius, Nak Feri?" tanya Dina.

" Iya, Tante!" kata Feri.

" Tidak! Aku harus ketemu Max dan mengatakan semuanya!" kata Netta.

" Netta!!!" teriak Dina penuh amarah.

" Tante! Biar saya bicara dengan Netta!" kata Feri. Dina menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah kamarnya. Dibukanya pintu kamar tersebut dan dilihatnya suaminya sedang menangis menatapnya. Dina segera berlari ke arah Alex dan memeluk erat Alex.

" Kita akan ketemu Max nanti malam! Lebih baik kamu istirahat!" kata Feri.

" Tidak! Aku tidak mau menikah denganmu!" kata Netta.

" Kita bicarakan itu nanti!" kata Feri.

" Ok!" jawab Netta.

" Istirahatlah!" kata Feri.

Sementara itu dikediaman keluarga besar Smith, semua tengah bersiap-siap untuk menghadiri pesta.

" Mana Max, sayang?" tanya Grace pada Vina.

" Dia masih di kantor, Ma!" jawab Vina.

" Kamu baik-baik saja, sayang?" tanya Grace.

" Iya, Ma! Hanya sedikit capek!" kata Vina.

" Apa Max memperlakukanmu dengan baik?" tanya Grace.

" Iya, Ma! Hanya saja hampir sebulan ini dia sangat sibuk mengurus perusahaan dan pesta nanti malam! Aku jadi sedikit kesepian!" kata Vina.

" Menantuku yang malang! Biar mama kasih hukuman nanti, karena telah membuat menantuku kesepian!" kata Grace.

" Iya, ma!" jawab Vina. Mereka lalu pergi ke ruang tengah untuk bergabung dengan yang lain. Seno sedang menelpon Max, dari tadi dia berusaha menghubungi anak pertamanya itu tapi selalu tidak bisa.

" Kemana anak itu?" tanya Seno ambigu.

" Pa!" panggil Axel yang berdiri di pintu ruangan kerja Seno.

" Kemana kakakmu?" tanya Seno.

" Tau! Aku aja susah ketemu dia!" kata Akel.

" Apa yang dia kerjakan? Semua proyek sudah ada yang menghandle!" kata Seno marah.

" Mungkin dia tidak percaya, kalee pa!" kata Axel.

" Ah! Itu semua orang kepercayaan dia sendiri!" kata Seno.

Dikantor Max sedang menandatangani dokumen yang sebenarnya tidak begitu penting. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya. Diputarnya Kursi tersebut kesamping, terlihat gedung-gedung pencakar langit ibukota dihadapannya. Pikirannya melayang pada sosok wanita yang beberapa minggu terakhir ini telah membuat pikiran dan hatinya bimbang.

" Bos! Apa tidak sebaiknya Bos istirahat untuk acara nanti malam?" tanya Lisa.

" Pekerjaanku masih banyak!" kata Max.

" Tapi itu bisa dilakukan besok! JKarena itu tidak seberapa penting!" kata Lisa lagi.

" Semua dokumen itu penting!" kata Max lalu melanjutkan pekerjaannya. Lisa hanya bisa menatap aneh Bosnya. Dia heran dengan tingkah laku Bosnya beberapa minggu ini, yang kadang pelupa dan sering melamun.

" Untuk apa kamu memiliki ponsel mahal jika menjawab panggilan dari papa saja kamu tidak bisa!" tiba-tiba Seno sudah berdiri di depan Max.

" Maaf, Pa! Aku sibuk!" kata Max malas.

" Sibuk apa?" tanya Seno melihat Dokumen dimeja Max. Seno berjalan mendekati meja anaknya dan melihat dokumen-dokumen itu.

" Apa laporan ini yang membuatmu sibuk?" tanya Seno.

" Iya, Pa!" jawab Max.

" Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan Lisa dan Feri ini?" tanya Seno marah.

" Aku hanya membantu mereka, Pa! Selama ini mreka terlalu capek dengan banyaknya pekerjaan yang aku berikan! Jadi aku hanya mengurangi pekerjaan mereka!" jawab Max tidak mau kalah.

" Lisa! Bereskan dokumen-dokumen itu!" kata Seno.

" Apa yang papa lakukan? Aku sedang bekerja, Pa!" kata Max.

" Pulang! Beberapa jam lagi kita akan menggelar acara!" kata Seno.

" Aku tahu, Pa! Masih beberapa jam lagi bukan?" kata Max malas.

" Maximiliano! Jika dalam satu jam kamu tidak pulang, jangan harap kamu akan tercatat sebagai anakku lagi!" kata Seno kesal lalu pergi meninggalkan Max, sementara Lisa tertegun melihat kemarahan papa Max yang tidak pernah dilihatnya. Tapi apa yang dilakukan oleh Bosnya, dia hanya diam dan membuka lacinya, kemudian menutup dan menguncinya. Dia berjalan ke kamar dibelakang ruangannya.

" Persetan dengan Pesta! Aku akan pesta sendiri disini!" kata Max ambigu, lalu dia mengambil sebotol sampanye dan sebuah gelas. Dituangnya sampanye tersebut hingga separuh gelas. Max menghabiskan sebotol sampanye saat Feri masuk ke dalam kamarnya.

" Apa yang kamu lakukan? Sebentar lagi akan ada pesta perusahaan dan perkawinan lo!" kata Feri kaget melihat Max yang sedang minum.

" Apa lo ketemu bule disana hingga lo betah sampai sebulan nggak pulang?" tanya Max.

" Gue melakukan apa yang lo perintah!" kata Feri.

" Bagaimana keadaannya?" tanya Max.

" Baik! Dia mendapatkan pengacara hebat! Dan tampan!" kata Feri.

" O, ya? Pasti dia menjual tubuhnya!" entah kenapa tiba-tiba Max merasa cemburu pada pengacara itu.

" Mungkin!" kata Feri.

" Dasar wanita jalang!" kata Max marah lalu melempar gelasnya ke dinding hingga pecah berkeping-keping.

" Hahaha! Bodoh sekali! Dasar Bodohhhhhh!" ucap Max tertawa-tawa.

" Dia sedang bersenang-senang disana dengan banyak pria!" kata Max, dia mebasuh wajahnya dan membersihkan pakaiannya.

" Ayo! Kita harus memeriahkan pesta nanti malam dan gue akan berbulan madu dengan Vina! Lo tahu? Dia semakin gila saja diranjang!" bisik Max membuat tangan Feri mengepal sempurna. Dasar pria brengsek lo Max! batin Feri. Feri keluar dari kamar Max dan duduk di sofa bersama Lisa.

" Kalian harus datang!" kata Max lalu pergi.

" Huffttt! Untung aja dia pergi!" kata Lisa.

" Ada apa?" tanya Feri. Lisa menceritakan kejadian antara Seno dan Max tadi.

" Kamu kemana aja sih, Fer?' tanya Lisa.

" Ngurusi proyek Omnya si Bos!" kata Feri.

" Lama banget!" kata Lisa lagi.

" Memang kenapa?" tanya Feri.

" Bos kamu tuh aneh tau!" kata Lisa.

" Aneh kenapa?" tanya Feri.

" Beberapa minggu belakangan ini, dia selalu lembur sampai jam 12 malam, datang pagi-pagi sekali dan sering melamun!" kata Lisa.

" Melamun apa?" tanya Feri.

" Pesta nanti, kali?" tanya Lisa.

" Kita selesaikan aja dulu! Aku ada urusan soalnya!" kata Feri.

" Ok!" jawab Lisa. Mereka berdua menyelesaikan pekerjaan sampai jam 6 malam, kemudian Feri langsung menuju ke rumah Netta dengan menjinjing sebuah goody bag.

" Apa ini?' tanya Netta.

" Pakailah!" kata Feri.

" Memang kamu tahu ukuranku?" tanya Netta.

" Max selalu mengajariku!" kata Feri.

" Ow!" sahut Netta.

" Cepat!" kata Feri. Netta masuk ke kamar yang biasa ditempati Kenzi jika datang, dia memakai pakaian itu, pakaian yang sangat indah. Gaun warna hitam berbahan satin dengan model backless yang memeperlihatkan kemulusan punggung Netta dan keindahan lekuk tubuhnya. Feri tercekat melihat penampilan Netta yang sangat cantik dan anggun.

" Astaga Fer! Iler kamu netes itu!" kata Netta, dengan cepat Feri mengusap ujung bibirnya dan dia baru sadar jika Netta memperdayanya.

" Ha...ha...ha...! Lucu sekali!" kata Feri seperti orang bodoh, sementara Netta tertawa karena tidak menyangka jika Feri benar-benar terperangkap kebohongannya.

" Ayo, kita pergi!" kata Feri. Netta menggandeng lengan Feri dengan tersenyum.

" Kamu sangat tampan!" kata Netta memuji.

" Aku bisa besar kepala!" kata Feri.

" Tante! Kami pergi dulu!" kata Feri yang melihat Dina berdiri di depan pintu kamarnya.

" Netta pergi, ma!" kata Netta, Dina hanya diam saja. Netta sangat bahagia karena dia akan bertemu dengan Max dan dia akan mengatakan jika mereka kan memiliki seorang anak, walaupun Max selalu memintanya untuk meminum pil KB. Jalanan macet karena pesta yang diadakan Keluarga Smith dihadiri oleh banyak orang dari dalam dan luar negeri.

avataravatar
Next chapter