28 28. Rasa Bersalah

" Hoekkkk! Hoekkk!" Netta berlari ke wastafel kamarnya.

" Hoekkk! Hoekkk!" dia kembali memuntahkan cairan dari dalam perutnya.

" Netta!" panggil Feri.

" Aku disini Fer!" teriak Netta di kamar mandi. Feri segera masuk ke dalam kamar Netta dan melihat wanita cantik itu sedang menunduk ke arah wastafel.

" Kamu kenapa?" tanya Feri yang langsung memijat tengkuk Netta.

" Entahlah! Mungkin masuk angin karena semalam aku tidak tidur!" kata Netta.

" Kenapa tidak tidur? Apa masih memikirkan pekerjaan?" tanya Feri. Netta hanya tertunduk sedih.

" Terima tawaran temanku!" kata Feri.

" Tidak, Fer! Aku mencintai Max! Aku akan menunggunya!" kata Netta tegas.

" Mereka tidak akan bercerai, Netta!" kata Feri pelan.

" Apa maksud kamu?" tanya Netta kaget. Feri membuka ponselnya dan menekan sebuah foto di galeri ponselnya.

" Lihatlah!" kata Feri. Netta melihat ponsel Feri, betapa hancur hatinya saat dilihatnya undangan ulang tahun perusahaan dan perkawinan Max dan Vina dilaksanakan sabtu depan.

" Ini bohong'kan, Fer?" tanya Netta tidak percaya.

" Ini kenyataan Netta!" kata Feri tegas dan sedih.

" Apa dia marah karena aku yang masuk penjara sebulan yang lalu?" tanya Netta masih mencoba untuk membela Max.

" Bukan! Netta! Buka mata kamu! Max tidak pernah mencintaimu! Dia hanya mencintai Vina saja!" kata Feri keras.

" Tidak! Dia bilang dia mencintaiku!" kata Netta dengan mata berkaca-kaca.

" Ikutlah denganku nanti malam!" kata Feri. Netta hanya diam sambil meneteskan airmatanya, Feri mendekati wanita malang itu dan memeluknya.

" Katakan itu semua bohong, Fer! Kamu adalah teman dan orang kepercayaannya! Kamu pasti tahu jika dia akan bercerai dengan Kak Vina!" kata Netta dalam pelukan Feri.

" Aku akan membuka mata kamu, Netta! Kamu akan tahu siapa Max sebenarnya!" kata Feri pelan. Netta semakin terguncang, dia ingin membantah ucapan Feri, tapi dia takut jika semua itu adalah kebenaran. Netta benar-benar ikut dengan Feri ke Indonesia, disamping dia rindu dengan keluarganya, dia juga ingin menghadiri ulang tahun perkawinan Max dan Vina.

" Kamu yakin?" tanya Feri. Netta menganggukkan kepalanya.

" Apa kamu akan memberitahu Kenzi?" tanya Feri.

" Tidak!" jawab Netta.

" Ken juga akan ada disitu!" kata Netta.

" Kenapa dia menginginkanku?" tanya Netta pada Feri.

" Siapa yang tidak?" jawab Feri jujur.

" Heh! Apa kamu juga?" tanya Netta bercanda.

" Apakah kamu mau jika aku mau?" tanya Feri pelan, tapi cukup untuk membuat tubuh Netta terpaku akan keberanian pria itu mengucapkannya.

" Sudahlah!" kata Netta.

" Kita pergi?" tanya Feri.

" Kamu belum memberitahuku kenapa Ken menginginkanku?" tanya Netta sambil berjalan bersama Feri ke luar apartement Feri.

" Dia menyukai wanita cantik!" kata Feri.

" Jika sudah memiliki lalu akan dibuang seperti wanita-wanitanya yang sebelum aku?" tanya Netta dengan nada menyindir.

" Kau kenal Ken?" tanya Feri mengernyitkan keningnya.

" Aku memang tidak mengenalnya, tapi aku tahu dari Sam!" kata Netta yang duduk di bagian belakang mobil bersama Feri.

" Apa yang kamu dengar tentang dia?" tanya Feri.

" Tidak banyak! Karena Sam tidak menceritakan secara detail tentang dia! Ken adalah seorang penjahat kelamin!" kata Netta tanpa rasa sungkan.

" Hahaha! Kau pikir semua pengusaha tidak?" tanya Feri.

" Entahlah! Mungkin kamu benar! Rasanya sangat tidak mungkin di jaman seperti sekarang ini mencari pengusaha yang benar-benar setia apalagi masih perjaka!" kata Netta.

" Jangan menyama ratakan semua orang!" kata Feri tersinggung.

" Hahaha! Jangan bilang kamu masih perjaka!? Are you?" tanya Netta kepo. Ditatapnya dengan intens pria disampingnya itu. Memang dia tidak mengenal Feri dengan dekat, tapi selama 3 minggu ini dia sedikit mengenal bahkan memahami seorang Feri Hardian.

" Jangan menatapku seperti itu, nanti kamu bisa jatuh cinta padaku!" kata Feri bercanda.

" Huh! Kamu bisa nggak bicara serius?" tanya Netta sebel.

" Ayo! Kita sudah sampai!" kata Feri setelah hampir sejam mereka mengendarai mobil.

" Apa kamu sudah nggak mual?" tanya Feri.

" Nggak lagi! Entah kenapa aku malah merasa seneng banget naik pesawat!" kata Netta. Lalu mereka naik pesawat jet yang ternyata adalah milik Max. Netta sangat menikmati pesawat tersebut, dia merasa sangat nyaman dan bahagia dengan aroma khas pesawat itu. Tanpa disadari, Netta makan apa saja yang ditawarkan oleh pramugarinya.

" Apa kamu segitu laparnya? Bukankah aku sudah memberimu sarapan tadi?" tanya Netta.

" Isss, kamu Fer! Pelit amat!" kata Netta mencibir. Feri hanya tersenyum melihat bibir Netta yang manyun seperti itu. Ingin rasanya dia mencium bibir itu. Ahh! Apa yang gue pikirkan? Gue mencintai Vina bukan Netta! batin Feri menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Kenapa kepala kamu?" tanya Netta mengagetkan Feri dari lamunan mesumnya.

" Hanya pegal saja!" jawab Feri tanpa melihat kepada Netta, karena dia takut jika Netta akan melihat warna merah dipipinya karena malu. Netta minum air mineral yang diambilnya sampai habis, lalu diletakkannya gelas tersebut di meja. Tak lama kemudian Feri mendengar dengkuran halus dari Netta yang kekenyangan. Cantik! Bodoh lo Max jika tidak jatuh cinta pada gadis ini! Apa Max telah menikmati tubuhmu, Netta? batin Feri sedih. Ingin rasanya Feri membelai pipi tirus itu dan mengusap bibir pink yang kissable itu, tapi dia tidak mau membuat Netta beranggapan jika dirinya adalah pria kurang ajar.

Pesawat sampai di Bandara Soekarno-Hatta setelah menempuh perjalanan hampir 6 jam, Netta yang telah bangun dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi pesawat merasa jantungnya berdetak keras. Dia memoles sedikit wajahnya agar terlihat segar dan cantik. Apakah Max tahu jika dia datang? batin Netta.

" Siap?" tanya Feri dengan senyum manisnya.

" Ya!" jawab Netta gugup.

" Ayo!" ajak Feri pada Netta. Netta memegang lengan atas Feri dan berjalan ke arah mobil yang telah menunggunya. Netta duduk di belakang dengan Feri, sepanjang jalan dia menikmati perjalanannya kembali ke Indonesia.

" Kita kemana?" tanya Feri.

" Bisakah ke rumahku?" tanya Netta.

" Ok!" jawab Feri. Feri menatap Maman dan menggoyangkan kepalanya kedepan tanpa sepengetahuan Netta. Netta memejamkan kedua matanya, entah kenapa dia merasa mengantuk setiap melakukan perjalanan.

" Kita sudah sampai!" ucap Feri setelah hampir sejam mereka mengendarai mobil.

" Dimana ini?" tanya Netta saat melihat sebuah rumah sederhana berwarna putih.

" Masuklah!" kata Feri.

" Rumah siapa ini?" tanya Netta penasaran. Dia turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu rumah yang terlihat dari luar. Tok! Tok! Tok! Netta melihat ke sekitar rumah setelah mengetuk pintu.

" Netta?" panggil seseorang dari dalam rumah. Netta tertegun mendengar suara itu, dia memutar tubuhnya untuk meyakinkan pendengarannya.

" Mama?" ucap Netta terkejut.

" Sayang!" ucap Dina memeluk anak perempuannya dengan airmata bercucuran.

" Kenapa mama ada disini? rumah siapa ini?" tanya Netta lagi.

" Masuklah!" kata Dina menggandeng putrinya. Netta berjalan mengikuti mamanya, dia takut dengan apa yang akan dilihatnya di dalam. Apa ini semua karena kegagalannya? Netta semakin merasa bersalah.

" Papa?" Netta tercekat melihat pria setengah baya duduk diatas kursi roda dengan wajahnya yang terlihat lelah.

" Sayang?" sapa papanya tersenyum.

" Papaaaaa! Maafin Netta, Pa! Netta sangat bodoh! Netta sangat bersalah pada Papa!" Netta menangis tersedu-sedu di pangkuan Papanya.

avataravatar
Next chapter