26 26. Merasa Sendiri

Vina yang melihat sikap Max menjadi heran. Sssshhhhit! Aku membayangkan Vina adalah Netta! Sialan!" batin Max.

" Kamu kenapa, Max?" tanya Vina.

" Ak...aku nggak papa, sayang! Aku hanya..."

" Apa kamu menyesal karena telah melupakan janjimu?" tanya Vina.

" Iya, sayang! Padahal aku sudah mempersiapkan semuanya! Tapi aku sangat merindukanmu!" jawab Max berbohong.

" Aku juga sangat merindukanmu, sayang!" kata Vina. Vina kemudian mencium bibir Max dengan agresif, Max mencoba membalasnya, tapi pikirannya tidak bisa lepas dari Netta.

" Vin! Sorry! Aku capek, baru aja datang!" kata Max, lalu pergi ke kamar mandi. Vina tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Max yang selama ini selalu menginginkan lebih kali ini hanya dia saja. Vina merasa seperti wanita jalang yang tidak diinginkan. Hatinya sakit tapi dia tidak mau membuat Max marah lagi.

Max segera memutar otak dan dia baru ingat jika dia akan menyentuh Vina saat ulang tahun pernikahan mereka.

" Apakah selama ini kamu menggunakan pil kb, Vin?" entah kenapa pertanyaan itu terlontar dibibir Max.

" Maaf, Max! Aku memang bersalah! Aku janji tidak akan meminum pil itu lagi!" janji Vina yang bangun lalu memeluk tubuh Max.

" Aku ingin kita memiliki anak!" kata Vina. Max membalas pelukan Vina dan tidak tahu kenapa dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan keinginan Vina. Vina melepas pelukannya dan mencium Max dengan agresif, Max membalas ciuman itu dengan lembut, tapi yang ada dalam pikirannya hanya Netta saja. Max melepas ciuman Vina.

" Maaf, sayang! Aku capek!" kata Max meninggalkan Vina dan masuk ke dalam kamar mandi. Vina terkejut melihat sikap Max, apa dia ingin membalasku? Apa begini rasanya saat dia dulu aku tolak? batin Vina kecewa dan tertekan akibat hasrat yang tak tersalurkan. Max menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Dia bersandar di dalam shower dengan pakaian masih menempel di tubuhnya. Setelah membersihkan dirinya beberapa lama, Max mengganti baju dengan kaos dan celana pendek selutut, dia keluar dari kamar mandi dan melihat Vina tertidur dengan pulas. Max keluar dari dalam kamarnya dan pergi ke ruang kerjanya sambil membawa amplop dari Feri. Dibukanya amplop tersebut sambil mendudukkan pantatnya di kursi kerjanya. Max membaca isi surat yang ada di dalamnya dan beberapa foto. Mereka tidak pernah ada hubungan! Apa yang mereka lakukan disana adalah hanya kesalahan? Tapi itu adalah kesalahan yang fatal! Dan aku sudah membuatmu membayar semuanya! batin Max. Aku nggak boleh seperti ini. Aku harus membawa Vina jauh agar bisa melupakan semua kejadian disini! batin Max.

Sementara Netta merasa frustasi karena dokumennya yang ada di laptop dan di tas semua hilang. Akibatnya dia dipecat dari perusahaan dan dituntut karena kasus pencurian dokumen. Netta dibawa oleh polisi, dia telah pasrah dengan hidupnya. Dia merasa lelah dan tidak kuat lagi menahan semuanya.

" Arnetta Johanson!" panggil seorang polisi lalu membuka pintu sel tahanan. Netta yang mendengar namanya dipanggil berusaha berdiri dengan berpegangan pada jeruji penjara. Dengan tertatih dia berjalan mendekati pintu, lalu keluar mengikuti polisi itu setelah menutup pintu selnya.

" Nona!" sapa Feri yang melihat Netta berdiri di pintu ruang interogasi.

" Feri?" jawab Netta.

" Ya Tuhan! Kenapa dengan wajah dan kaki Nona?" tanya Feri miris. Apa kau tahu keadaan Nona Netta saat ini, Bos? batin Feri. Wajah yang cantik kini menjadi kotor dengan bibir sobek dan hidung berdarah. Kaki yang indah itu sepertinya sedang bermasalah. Rambut indahnya terlihat kusam dan berantakan.

" Sudahlah! Ada perlu apa, Fer? Apa Max yang menyuruhmu? Apa dia ada disini?" tanya Netta bertubi-tubi. Dia sangat senang saat melihat Feri, dalam pikirannya Max pasti akan membebaskan dirinya.

" Iya, Nona! Bos yang memintaku membebaskanmu! Tapi dia masih di Indonesia karena lusa ada acara ulang tahun perusahaan!" jawab Feri.

" Oh, aku tahu dia nggak mungkin kesini, itu akan menjatuhkan kehormatannya sebagai pengusaha!" tutur Netta sedih. Feri hanya diam saja. Wanita ini, dia begitu cantik dan baik tapi Max menyia-nyiakan dan menyakitinya karena sesuatu yang bukan kesalahannya! batin Feri miris.

" Kapan aku bisa bebas, Fer?" tanya Netta.

" Paling lambat besok siang, Nona!" jawab Feri.

" Apa tidak bisa sekarang, Fer? Mintalah pada Max agar secepatnya membebaskan aku!" kata Netta takut.

" Kenapa, Nona? Apa mereka menyakitimu?" tanya Feri sedih.

" Iya, Fer! Mereka tidak suka dengan wanita yang memiliki wajah cantik!" jawab Netta.

" Apa karena itu wajah dan kaki Nona jadi seperti itu?" tanya Feri. Netta hanya mengangguk lemah.

" Saya akan berusaha semaksimal mungkin!" jawab Feri.

" Bilang sama Max, aku sangat mencintainya! Terima kasih, Fer!" ucap Netta lalu beranjak dari duduknya dan berjalan tertatih sambil berpegangan pada dinding. Sungguh wanita yang malang. Feri kemudian menghubungi seseorang.

" Bro! Where are you?" F

" Still in LA! Why?" K

" Can you flight now?" F

" Can't!" K

" Please! I need you!" F

" Give me what i want!" K

" Ok!" F

" Send me the case!" K

Feri mematikan ponselnya dan menghembuskan nafas panjang. Dia menghubungi Kenneth Banner, seorang pengacara yang sudah sangat terkenal di kalangan dunia bisnis dan pemerintahan. Feri tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan pada Ken, walau dia harus mengorbankan sesuatu yang berharga demi Vina.

" Mana sepupu brengsek gue?" tanya Sam.

" Dia tidak bisa datang, Tuan Sam!" jawab Feri.

" Dasar banci!" kata Sam marah.

" Tolong, Tuan! Jangan mencampur adukkan pekerjaan dengan masalah pribadi!" kata Feri tenang.

" Hebat! Beruntung banget si banci itu punya asisten kayak lo! Kenapa lo nggak kerja sama gue aja? Gue bakal kasih lo 2x lipat dari yang banci itu kasih!" tawar Sam.

" Sam?" sapa seorang wanita.

" Jenny?!" jawab Sam menatap wanita itu dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

" Yes, Sam! It's me!" jawab Jane lembut dengan tatapan yang sama dengan Sam.

" It's been a year since you gone!" ucap Sam.

" Ya! You remember! jawab wanita itu.

" Honey! Over there!" ucap seorang pria bule sambil memegang tangannya. Sam terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan pria itu.

" Why don't you sit here?" ucap Sam.

" Do you know him, honey?" tanya pria itu melihat ke arah Sam.

" I'm the owner of this restorant!" jawab Sam dengan sombongnya.

" I'm sorry Mr...?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.

" Sam Smith!" jawab Sam lagi-lagi dengan sombongnya tanpa menyambut uluran tangan pria itu.

" Itu tidak sopan, Sam!" ucap Jane sebel.

" It's Ok, honey! Ia am Zack Hudson! Jane's Fiancee!" ucap Zach. Seketika membuat wajah Sam mengeras dan ingin menghajar Zack, tapi Joe menahan tangan Sam.

" Please, Boss!" kata Joe.

" Stop it, Sam! Don't you dare!" kata Jane marah. Sam langsung terdiam dan meninggalkan tempat itu. Jane hanya menghembuskan nafas panjang.

" What's wrong with him?" tanya Zack heran.

" Maybe we shouldn't eat here!" kata Jane menyesal.

" But this is the best resto, honey!" kata Zack. Resto milik Keluarga Smith adalah yang terbaik di kota itu dan Jane tahu jika Zack ingin memberikan yang terbaik untuk dirinya.

avataravatar
Next chapter