25 25. Kenikmatan Yang Berbeda

" Masuk!" kata Sam. Ketiganya dengan patuh masuk ke dalam kamar tersebut. Sam menutup dan mengunci kamar tersebut lalu menepuk sekali tangannya. Lampu kamar menyala dan betapa terkejutnya mereka bertiga melihat isi kamar tersebut. Sam memberikan dan menyuruh memakai beberapa alat sex yang ada di dalam kamar itu, kemudian Sam membuka mantel mandinya dan memperlihatkan tubuh toplesnya. Sam telah menetralisir rasa mabuknya dan saat ini dia butuh melampiaskan amarahnya pada Netta.

" Please me!" ucap Sam yang berdiri didepan ranjangnya. Ruangan itu lalu menjadi ramai oleh desahan dan erangan terkadang teriakan dari keempat orang tersebut. Setelah memuaskan Sam, Sam memulai aksinya dengan menyiksa ketiga wanita tersebut dengan alat yang melekat pada tubuh mereka yang membuat mereka berteriak kesakitan bercampur kenikmatan. Sam bermain hingga menjelang siang hari, dia keluar dengan mantelnya dan pergi masuk ke dalam kamarnya. Setelah membersihkan tubuhnya dan berpakaian rapi, dia turun untuk makan siang.

" Joe! Bawa mereka pergi ke RS biasa! Beri mereka uang seperti biasa.

" Siap, Boss!" jawab Joe kemudian pergi ke lantai bawah tanah bersama 2 orang bodyguard.

" Son!" Frank tiba-tiba datang ke rumah Sam dan Sam terlihat kaget dengan kehadiran papanya.

" Papa? Apa ada yang penting?" tanya Sam gugup.

" Papa hanya ingin tahu kenapa kamu gak datang ke kantor?" tanya Frank. Sementara itu anak buah Sam keluar dengan menggotong wanita-wanita itu. Brakkk!

" Astaga, Sam? Apa kamu sudah gila? Bagaimana jika Netta tahu? Papa tahu jika kamu tidak akan pernah bisa berubah!" teriak Frank sambil berdiri dan menggebrak meja makan. Lalu orang tua itu pergi meninggalkan sendiri anaknya yang sedang makan.

" Sial! Ini semua gara-gara lo, Max!" kata Sam marah. Sam meraih ponselnya dan melihat pesan untuk Netta masih belum terbaca.

Sementara itu Netta terbangun saat tengah malam, dia meraba ranjang disebelahnya, kosong! Dibukanya matanya perlahan, dia pergi lagi! Dan dengan bodohnya aku selalu tidak kuasa untuk memintanya tinggal, batin Netta menangis.

" Kakak! Aku nggak kuat lagi! Ini sangat sakit!" ucap Netta ambigu. Dia berjalan tertatih merasakan sakit ditubuhnya, dia berendam dengan air hangat untuk menyegarkan tubuhnya. Tidak ada siapapun di rumah itu, hanya Netta sendiri.

Keesokan harinya Netta dikejutkan oleh bunyi bel rumah, Netta terbangun dari tidurnya dan memakai piyama tidur pergi menuju ke lantai satu. Pada kemana semua orang? batin Netta. Dibukanya pintu rumah itu.

" Selamat Pagi!" ucap seorang pria.

" Pagi!!" jawab Netta.

" Maaf, Nona harus pergi dari rumah ini!" kata pria itu lagi.

" Apa? Tapi...!"

" Ini surat jual belinya, Nona!" kata pria itu. Netta membaca surat tersebut, kakinya terasa tak lagi dapat berpijak. Dijual? Tapi...Bodoh! Tentu saja dia hanya ingin mempermainkanku! batin Netta tertawa sedih.

" Beri saya waktu satu jam, Pak!" kata Netta lalu pergi membereskan semua barang-barangnya tanpa tersisa. Dia baru menyadari saat melihat ke sekeliling rumah jika semua barang milik Max tidak ada. Netta melangkahkan kainya ke jalan raya dan menghadang sebuah taksi. Airmata kembali berlinang tak terbendung dari mata Netta. Kenapa kau melakukan semua ini, Max? Apa salahku? batin Netta semakin keras.

" Nona! Apa nona tidak apa-apa?" tanya sopir taksi tersebut.

Max telah sampai di Indonesia dan langsung menuju ke kantornya tanpa memberitahu Vina. Feri terkejut melihat kedatangan Max ke kantor.

" Sudah selesai urusannya, Bos?" tanya Feri.

" Sudah! Aku bisa tenang sekarang mengurus perusahaan dan rumah tanggaku! Apa jadwalku hari ini?" jawab Max. Tapi dia merasa apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan apa yang dirasakannya.

" Hanya meeting dengan relasi lama! Kita akan memulai proyek di Aussie lusa, apa Bos akan kesana?" tanya Feri.

" Mana dokumen yang harus aku tanda tangani?" tanya Max cuek.

" Ini!" jawab Feri sambil menyerahkan beberapa tumpuk dokumen pada Max.

" Kamu yang akan menyelesaikan!" kata Max pada Feri.

" Baik!" jawab Feri tegas, sontak membuat dahi Max berkerut. Max yang duduk di kursi kebesarannya menatap asistennya itu. Tidak biasanya dia langsung setuju begitu. Max tidak perduli pikiran Feri, yang penting dendamnya telah dia balaskan.

" Ada kiriman dari John Hart!" kata Feri. Max menatap Feri tajam dan melihat Feri menyerahkan sebuah amplop pada Max.

" Buang saja! Aku tidak membutuhkannya!" kata Max. Feri menuju tempat sampah dan membuang amplop tersebut.

" Apa Nyonya Bos tahu kalo Bos datang?" tanya Feri.

" Tidak! Aku ingin memberinya kejutan!" jawab Max. Hati Feri masih saja terasa sakit meski dia sering mendengar Max mengatakan hal mesra tentang Vina. Mereka lalu larut dalam pekerjaan yang menumpuk hingga waktu menunjuk angka 11 malam.

" Aku harus ke bandara!" kata Feri lagi.

" Apa kamu nggak naik pesawatku saja?" tanya Feri.

" Tidak usah! Aku akan naik pesawat komersil saja!" jawab Feri.

" Ok! Salamku sama Om Frank dan Sam!" kata Max.

" Iya, Bos!" jawab Feri.

" O, ya! Ini semua hal tentang Nyonya Bos dan Kenzi! Saya pergi!" kata Feri sambil meletakkan amplop coklat diatas meja kerja Max.

" Hmm!" jawab Max. Max masih hanyut dalm pekerjaannya, sedangkan Feri pergi ke bandara dengan mengendarai mobilnya. Max menarik lacinya untuk mengambil kunci, matanya terpaku pada sebuah kotak bludru berwarna navy, diraihnya kotak tersebut dan dibukanya. Pikiran Max melayang pada tubuh polos dan kehebatan Netta diatas tubuhnya. Arghhh! Hanya dengan membayangkan saja juniorku sudah minta keluar! Sial! Aku harus menemui Vina. Max segera menyimpan barang itu dan menyambar amplop coklat dari Feri. Dia beranjak keluar ruangan untuk pulang ke rumah. Sial! batin Max yang sudah tidak kuasa menahan hasratnya. Max segera memacu mobilnya dan langsung turun begitu saja dan berlari menuju ke dalam kamarnya. Dilihatnya lampu kamar telah mati dan meninggalkan lampu nakas. Vina tidur dengan memakai pakaian kerjanya, pasti dia baru saja pulang kerja. Tidak menunggu lama, dibukanya celana panjangnya dan diturunkannya bersama dengan CDnya. Max menyingkapkan rok Vina dan ditariknya celana dalam Vina hingga lepas, Vina yang merasa capek hanya bergerak pelan. Seperti kerasukan, Max membuka paha Vina dan melesakkan juniornya ke liang Vina. Vina terkejut saat merasakan miliknya dihentak kasar. Matanya terbuka dan dia tersenyum melihat Max telah memaju mundurkan pantatnya.

" Kenapa, ahhh! Tidak membangun...kankuuu?" erang Vina. Max tidak menghiraukan pertanyaan Vina, dia membayangkan Netta tersenyum padanya dan mengikuti gerak irama hentakan Max.

" You so sexy, darling!" ucap Max.

" Trima kas...sih, say...yang!" jawab Vina tersenyum walau dia merasa gerakan Max sangat kasar dan menyakiti miliknya. Dia merasa melayang saat Max memujinya seksi.

" I am going out, darling!" ucap Max yang masih merasa jika yang ada di bawahnya adalah Netta.

" Iya, sayang!" jawab Vina.

" Akhhhhh!" teriak Max menyemburkan cairannya ke rahim Vina.

" I love you so much, darling!!" ucap Max lembut di telinga Vina. Vina tersenyum puas! Sudah seminggu ini dia sangat merindukan Max dan kini dia mendapatkan keinginannya.

" I love you too, Max!" bisik Vina lalu mencium bibir Max. Max membelalakkan matanya, dia langsung bangkit dari atas tubuh Vina.

avataravatar
Next chapter