webnovel

KELEMAHAN

" Bel! Bangun, Bel! Bel!" kata Malv sambil menepuk-nepuk pipi adiknya.

" Shitttt!" umpat Malv.

Malv mengangkat Bella ke atas ranjang lalu mencoba memberikan minyak yang diambilnya dari lemari P3K, tapi Bella bergeming. Malv meraih ponselnya lalu menghubungi Dokter pribadinya.

" Hallo!" jawab James, Dokter pribadi Malv.

" James! Can you come?" tanya Malv.

" What happend?" tanya James.

" Bel! She's fainted!" kata Malv.

" What? How can?" tanya James lagi.

" Just come, will you?" tanya Malv.

" You're so annoying, Man!" kata James.

" Thank's, Man!" jawab Malv tersenyum.

" You owe me, Man!" kata James.

Malv menutup panggilannya lalu mendekati Bella yang masih pingsan. Malv mengusap-usap tengan adiknya itu.

" Apa yang terjadi?" kata Malv ambigu.

Dia melihat kaca meja rias Bella hancur dan ponselnya juga pecah. Malv meraih ponsel tersebut lalu mengambil memory card di dalamnya. Malv berlari ke ruang kerjanya dan mengambil Laptop miliknya. Dibawanya benda tersebut ke dalam kamar Bella sambil menunggu kedatangan James. Malv menyalakan laptopnya lalu memasukkan memasukkan memory card tersebut ke benda tersebut. Jari telunjuknya dengan lincah berputar-putar di atas touchpad dan menekan sebuah icon. Mata Malv membulat sempurna dan wajahnya seketika menggelap saat melihat isi dari video yang dilihat Bella sebelum semuanya terjadi.

" Malv! Where are you?" tanya James yang berteriak dari lantai bawah.

Malv yang sedang serius melihat layar laptop, tidak mendengar panggilan James. James berlari ke arah tangga dan naik ke lantai 2. Dilihatnya pintu kamar yang terbuka, lalu dia berlari mendekati pintu tersebut.

" Malv! Don't you hear my voice?" tanya James kesal.

" Why you so serious?" tanya James lagi saat sahabatnya itu tidak merespon pertanyaannya.

James lalu mendekati Malv, dia membungkukkan tubuhnya hingga wajahnya bisa sejajar dengan wajah Malv. James melihat ke arah laptop, dia merasa heran pada Malv, karena disaat-saat seperti ini, Malv masih sempat-sempatnya melihat film seperti itu.

" Shittt! Apa lo manggil gue hanya buat nonton ini?" tanya James marah.

Malv terkejut mendengar suara James di dekat telinganya.

" Shitttt! Gila lo! Bikin gue kaget aja!" sahut Malv lalu menutup laptopnya.

" Lo yang gila! Masak lo suruh gue datang cuma buat liat film gitu!" kata James masih dalam keadaan marah.

" Nanti gue ceritain! Lo periksa Bella dulu!" kata Malv.

" Ckckk!" decak James.

James mendekati ranjang yang ditunjuk Malv, dilihatnya Bella terbaring dengan wajah sedikit pucat tapi selalu terlihat cantik. James menarik lebar kedua sudut bibirnya.

" Apa lo akan melihat dia terus?" tanya Malv kesal.

Dia tahu jika sejak dulu James menyukai Bella, tapi James tidak pernah berani mengatakan pada wanita itu. Malv juga tahu jika James sangat sakit hati dan frustasi saat mengetahui Bella hamil dan sangat mencintai ayah dari calon anaknya itu.

" Sorry!" jawab James.

Pria itu lalu berjalan mendekati Bella lalu duduk di samping wanita itu.

Kamu selalu terlihat cantik dan indah dimataku! Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa tergantikan oleh wanita manapun! batin James.

Dia memeriksa nadi Bella beberapa saat, lalu dia mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya dan memeriksa dada Bella.

" Gimana?" tanya Malv tidak sabar.

James masih diam sambil mengamati dan memandang sayu pada wanita yang telah membuat hatinya hancur berkeping-keping itu.

" James!" panggil Malv.

Jika kamu tidak bahagia, tinggalkan dia, Honey! Masih ada aku disini yang selalu mencintai kamu! batin James lagi. Matanya begitu tajam menatap wajah pucat Bella dan penuh dengan rasa cinta yang mendalam.

" Jamessss!" teriak Malv ditelinga sahabatnya itu.

" Shitttt! Are you crazy?" teriak James kaget.

" Lo yang gila! Gue udah nanya-nanya dari tadi, lo malah enak-enak ngelamunin adik gue! Mikir apa lo? Mikir mau mesum sama adik gue lo?" tanya Malv menggoda.

" Dasar kakak gila! Mana berani gue mesumin adik lo! Belum juga ngapa-ngapain, lo udah potong junior gue!" gerutu James.

" Nah itu lo tau! Awas aja kalo berani!" goda Malv lagi.

" Sialan lo!" kata James dengan nada bicaranya yang kaku karena dia bukan orang asli Indonesia.

" Jadi gimana adik gue?" tanya Malv.

" Dia nggak apa-apa! Hanya sedikit lelah dan shock aja!" kata James.

" Serius? Tapi kenapa dia nggak bangun-bangun?" tanya Malv.

" Bentar lagi juga bangun!" kata James membuka sebuah botol dan mengambil kapas lalu mendekatkan kapas yang telah di beri sedikit ammoniak tersebut ke depan hidung Bella. Beberapa saat kemudian Bella menggeleng-gelengkan kepalanya dan membuka kedua matanya. Dia melihat James yang tersenyum manis padanya lalu beralih pada Malv yang berdiri di samping James.

" Kakakkkkk!" teriak Bella dan dengan Malv menarik James lalu memeluk Bella yang telah meneteskan airmatanya.

" Sshhhhh! Kakak sudah lihat! Kamu tenang dulu!" kata Malv mengusap-usap punggung Bella.

" Bel nggak percaya dia bisa melakukan ini, Kak!" kata Bella diantara tangisannya.

" Iya! Kakak akan menyelidiki semuanya! Kamu tenang dulu, Ok!" kata Malv meredam kesedihan adiknya.

Malv mengecup kepala Bella dengan penuh kasih sayang. Ponsel Malv bergetar, tapi dia mengabaikannya. Ponsel tersebut kembali bergetar, tapi kembali lagi, Malv mengabaikan saja.

" Kamu pulang dulu, ya! Rado pasti bingung nyari-nyari kamu. Mama dan papa nanyain kamu terus!!" kata Malv.

" Tapi..."

" Kakak yang akan menyelesaikan semua! Kamu tenang saja! Kalo memang Evan melakukan itu semua dengan sengaja, aku harap kamu tidak menghalangi kakak untuk melakukan sesuatu!" kata Malv dengan wajah marahnya.

" Tapi, Kak, Bel..."

" Apa kamu ingin terus bersama pria seperti itu? Jangan membuat malu keluarga kita, Bel! Masih banyak pria lain yang memujamu!" kata Malv melirik ke arah James yang duduk di sofa.

" Aku mencintai dia, Kak!" jawab Bella pelan.

" Kita pulang dulu, Ok!" ajak Malv.

Malv mengajak Bella pulang ke rumah orang tua mereka, sementara James menolak ajakan Malv untuk ikuyt, karena dia ada kepentingan lain. Malv tahu apa maksud James dengan kepentingan lain itu.

Sementara itu Evan yang baru saja sadar dari pingsannya, membuka kedua matanya dan dia melihat ke sekeliling ruangan. Dimana aku? batin Evan yang bangun dengan kepala yang masih terasa berat. Evan berdiri sempoyongan menuju ke arah pintu.

" Sayang! Kamu sudah bangun?" tiba-tiba Dania masuk dan menahan tubuh Evan yang sempoyongan.

" Dimana...ini?" tanya Evan.

" Kamu duduk dulu, yuk! Tadi ada orang yang bermaksud jahat sama kamu!" kata Dania.

" Apa? Siapa?" tanya Evan terkejut.

" Dia suruhan Malv!" kata Dania meracuni pikiran Evan.

" Apa? Tapi...kenapa?" tanya Evan.

" Keluarga mereka dendam karena kamu telah mengecewakan Bella!" kata Dania.

" Apa? Bella? Bukankah kami sudah lama gak ketemu?" tanya Evan lagi.

" Entahlah! Mungkin mereka hanya ingin mencari kambing hitam atas kehamilan wanita itu!" kata Dania lagi.

" Hamil? Bella...hamil?" tanya Evan terkejut.

Entah mengapa jantungnya terasa berdetak hebat saat mendengar berita tentang kehamilan Bella. Ada rasa yang tak bisa dikatakan yang menghiasi rongga dadanya.

" Iya! Dia hamil entah siapa bapaknya!" kata Dania lagi.

" Maksudmu...dia..."

" Ya! Dia selalu tidur dengan banyak pria selama di Italy dan dia hamil entah siapa diantara pria-pria itu yang menanamkan benih padanya!" kata Dania sambil mengusap dada Evan.

" Jangan menggodaku, sayang!" kata Evan menggeram akibat sentuhan Dania

Next chapter