16 KECEWA

" Jadi kamu membuat proyek itu?" tanya papa Evan.

" Iya, Pa!" jawab Evan lagi.

" Memang dengan perusahaan mana?" tanya papa Evan lagi.

" Perusahaan AJ Corp, Pa!" jawab Evan jujur.

" Bukankah itu perusahaan milik Netta?" tanya papa Evan.

" Iya, Pa!" jawab Evan.

" Bukannya yang pegang sekarang Bella, teman kecilmu dulu?" tanya papa Evan lagi. Raut wajah Dania berubah saat papa mertuanya menyebutkan teman kecil Evan dan Evan menyadari perubahan itu.

" Iya, Pa!" jawab Evan.

" Baguslah kalo kalian bisa kerjasama! Papa yakin perusahaan kita akan bertambah maju setelah kerjasama kalian diumumkan, karena Perusahaan Netta itu bukan Perusahaan biasa, apalagi Papa dengar kalo Bella berhasil memajukan Perusahaan itu!" kata papa Evan yang tidak tahu jika menantunya tengah di landa rasa cemburu.

" Papa ada yang perlu dibicarakan denganmu! Ayo, ikut Papa ke ruang kerja!" kata papa Evan.

" Iya, Pa!" jawab Evan mengikuti papanya yang beranjak dari duduknya. Dania menatap sendu suaminya yang berjalan mengikuti ayah mertuanya. Lalu dia pergi ke dapur menyusul ibu mertuanya.

" Mama mau masak apa buat makan siang?" tanya Dania.

" Papa tadi pengen rendang, tapi kata Mbok Ijah dagingnya habis! Mama mau ke supermarket dulu?" kata mama Evan.

" Dania ikut ya, Ma?" pinta Dania.

" Apa Evan nggak akan mencarimu? Bukannya kamu sangat rindu padanya?" goda mama Evan.

" Dia pasti lama, Ma!" jawab Dania sedikit sedih.

" Ya, Sudah, Ayo!" kata mertuanya.

" Sebentar Dania ambil tas dulu!" kata Dania.

Beberapa jam kemudian Dania dan mama Evan telah sampai kembali dirumah setelah belanja keperluan dapur. Jalanan macet karena ada sebuah truck yang mogok yang kebetulan berhentinya di tengah jalan.

" Apa papa sama suamimu belum selesai?" tanya mama Evan.

" Sepertinya belum, ma!" jawab Dania. Tidak lama setelah mereka asyik di di dapur, kedua ayah dan anak itu berjalan keluar dari ruang kerja.

" Aku mau istirahat dulu, Pa!" kata Evan.

" Iya!" jawab papa Evan.

" Antar suamimu ke kamar dulu!" kata mama Evan saat mendengar Evan mau naik ke atas.

" Iya, Ma!" jawab Dania tersenyum.

Dengan cepat Dania bergelayut manja di lengan Evan, membuat Evan sedikit terkejut. Mereka lalu naik ke lantai 2 menuju ke kamar Evan.

" Aku mandi dulu, tubuhku terasa sangat lelah!" kata Evan lalu masuk ke dalam kamar mandi. Dania menatap punggung pria yang dicintainya itu lalu menyiapkan pakaian ganti untuknya. Evan keluar setelah selesai dengan bathrobe menempel ditubuhnya. Dania menatap suaminya dengan wajah heran, karena selama mereka menikah, baru kali ini suaminya memakai bathrobe setelah mandi. Bukan kebiasaan Evan yang biasanya hanya memakai handuk yang diikatkan dipinggangnya.

" Apa kamu tidak ingin bekerja lagi?" tanya Evan tiba-tiba sambil mengeringkan rambutnya.

" Kamu ingin aku bekerja?" tanya Dania yang mengambil alih handuk yang dipegang Evan.

" Tidak perlu! Biar kukeringkan sendiri!" ucap Evan. Deg! Kenapa dengan suamiku? Dia biasanya tidak pernah menolak jika aku membantunya mengeringkan rambutnya! batin Dania lagi.

" Aku hanya ingin menjawab permintaan kamu beberapa bulan yang lalu saat kamu bilang kamu kesepian di rumah tanpa kegiatan!" kata Evan.

" Apa kamu memintaku menjadi sekretarismu?" tanya Dania dengan nada menggoda.

" Tentu tidak! Kamu tahu jika aku sudah memiliki sekretaris! Perusahaan kita di Surabaya saat ini membutuhkan seorang CEO sementara!" kata Evan.

" Bukankah kamu yang menjadi CEO disana?" tanya Dania.

" Kalo proyek besar ini gol, maka aku harus lebih fokus disini, karena aku tidak mau mengecewakan banyak orang yang berharap akan terwujudnya proyek ini! Aku harap kamu mau menggantikanku untuk sementara waktu disana!" kata Evan yang meraih pakaiannya dan memakainya di kamar mandi. Dania semakin heran dengan tingkah suaminya yang sangat tidak biasa. Dania memainkan ponselnya di sofa sambil memikirkan tingkah aneh suaminya.

" Aku akan pulang saat weekend saja!" kata Evan saat keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang telah menempel di tubuhnya. Evan bicara dengan santai tanpa perduli jika hati Dania merasa sedih mendengar permintaan suaminya itu.

" Apa kamu tidak sedih jika berjauhan denganku?" tanya Dania dengan raut wajah sedihnya.

" Astaga, Nia! Kamu kenapa kok kekanakan gini'sih? Ini demi masa depan kita! Lagipula mama bilang dia merasa sangat senang bisa menemani kamu nanti disana!" kata Evan kesal. Dania memeluk Evan saat Evan merapikan rambutnya, roma wood menyeruak dari tubuh suaminya. Evan yang merasakan pelukan Dania merasa sedikit tidak nyaman dengan keadaan itu. Entah kenapa perasaan itu timbul begitu saja, padahal Dania adalah istrinya. Evan memutar tubuhnya, Dania meregang pelukannya lalu menyesap bibir Evan secara tiba-tiba. Evan hanya diam saja, dia tiba-tiba merasa jika ciumannya dengan Dania terasa hambar dan biasa saja.

" Sayang! Kamu kenapa berubah? Apa aku punya salah?" tanya Dania melepaskan ciumannya karena sikap Evan yang semakin terasa aneh.

" Tidak ada! Itu hanya perasaanmu aja! Udah' ah! Nggak usah mikir aneh-aneh! Aku cuma capek aja! Tubuhku rasanya sangat lelah!" kata Evan.

" Tidurlah! Aku harus membantu mama memasak makan siang!" ucap Dania yang tidak ditanggapi oleh Evan, karena dia merasa hanya tidur sebentar saja setelah pergulatan panasnya dengan Bella. Arabella! Akhhhh! Kenapa harus jadi begini? Ini tidak boleh! batin Evan. Saat Dania akan beranjak pergi, Evan menarik tangan istrinya hingga terjatuh di atas tubuhnya.

" Aaaaa!" teriak Dania kaget.

Tanpa menunggu reaksi Dania, Evan melumat bibir istrinya itu, dia ingin melupakan kejadian semalam dan perasaan gilanya untuk sahabatnya itu. Mungkin setelah bercumbu dengan istrinya, semua akan kembali seperti semula. Dania merasa suaminya sedikit kasar dalam penyatuan ini. Walau benaknya bertanya-tanya, tapi entah kenapa Dania sangat menyukai sikap kasar suaminya itu.

" Sayangggg! Ahhhh!" desah Dania. Evan menghujamkan juniornya dengan sedikit kasar, dia menatap Dania tapi perlahan wajah istrinya itu berubah menjadi wajah Bella. Evan memejamkan kedua matanya, lalu membukanya perlahan. Bella tersenyum manis dibawah gerakan tubuhnya, gerakan Evan semakin keras dan cepat. Pergilah Ara! batin Evan yang kembali memejamkan kedua matanya dan menambah kecepatan dan tenaganya.

" Sayang!" panggil Dania yang merasa perih di bagian intinya akibat Evan yang terlalu kasar dan tak kunjung keluar.

" Aaaa...aku tidakkk ...kuatttt!" ucap Dania lalu memukul paha Evan. Deg! Evan tersadar dilihatnya istrinya yang meringis kesakitan. Evan melepaskan juniornya.

" Sakit, Van!" kata Dania meringis, airmatanya menetes dikedua pipinya.

" Maaf!" ucap Evan yang perlahan juniornya melemah, lalu dia bangun dan pergi ke dalam kamar mandi. Sial! Kenapa wajah kamu selalu membayangiku, Ra! batin Evan menahan gejolak hatinya. Evan keluar dari kamar mandi dan melihat Dania yang telah selesai memakai pakainnya. Dania masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

" Aku mau bantu mama siapkan makan siang!" kata Dania pada suaminya yang sedang berbaring.

" Hmm!" sahut Evan. Dania menghela nafas panjang lalu turun untuk membantu mama mertuanya.

Dania merasa sedih karena tidak bisa memuaskan hasrat Evan. Sebutir air mata jatuh di sudut matanya, dia merasa gagal menjadi seorang istri.

Bella pergi ke kantor cabang perusahaannya yang ada di Jakarta saat matahari telah naik. Dia ketiduran kembali saat Evan pergi tadi.

" Siang, Bu Bella!" sapa seorang satpam yang membukakan pintu mobilnya.

" Siang Ris!" jawab Bella.

" Selamat Siang Bos!" sapa Anton, Manager perusahaan Bella.

" Siang Pak Anton!" balas Bella . Lalu dia berjalan masuk ke dalam lift diikuti oleh Anton.

Bella masuk di sebuah ruangan yang dipakai Anton untuk memimpin perusahaan Bella.

" Saya ingin baca kontrak kerja yang kita lakukan dengan Bhakti Corp!" kata Bella.

avataravatar
Next chapter