webnovel

BUKAN JODOH

Setahun sudah Bella menunggu Evan untuk membuktikan semua janjinya. Tapi semua itu hanya janji belaka, bahkan Malv tidak bisa menemukan keberadaan Evan selama setahun ini. Pria itu bagai ditelan bumi, hilang entah kemana bersama istri dan anak perempuannya. Papanya sangat marah pada keluarga Evan hingga membuat perusahaan papa Evan hancur. Bella tidak bisa berbuat apa-apa melihat semua itu. Hingga papanya mengambil keputusan untuk menikahkan dia dengan James, sahabat Malv yang seorang dokter. James sangat terkejut saat mendengar dari Malv jika papanya ingin bertemu dengannya untuk membicarakan pernikahannya dengan Bella.

" Apa kamu mencintai anak saya?" tanya Max saat itu.

" Iya, Om! Sangat!" jawab James tegas.

" Apa kamu bersedia menerima apapun keadaan dia?" tanya Max lagi.

" Bersedia, Om!" jawab James.

" Baiklah! Bawa keluargamu melamar anak saya minggu depan dan bulan depan kamu bisa menikah dengan dia!" kata Max.

" Serius, Om?" tanya James tidak percaya.

" Apa saya pernah bercanda tentang pernikahan?" kata Max tegas.

" Tidak, Om! Maafkan saya!" kata James takut.

" Saya harap kamu bisa membuat dia bahagia dan jangan pernah membuat dia menangis!" kata Max lagi.

" Saya janji akan selalu mencintai dia dan membahagiakan dia, Om!" janji James dengan wajah serius.

James segera menghubungi keluarganya di London. James memang lahir dan besar di London, tapi dia sangat mencintai Indonesia sebagai tempat kelahiran mamanya. Setelah lulus dari pendidikan Ginekolognya, dia sempat bekerja di London selama setahun dan disanalah dia mengenal Malv, saat dia masih kuliah dan bekerja di perusahaan orang tuanya. Dan sudah 5 tahun dia bekerja di Rumah Sakit di Indonesia.

" Kenapa bukan Arvin?" tanya James.

" Karena cinta Arvin tidak sebesar lo!" jawab Malv.

" Serius?" tanya James terkejut, karena dia tahu Arvin begitu memuja Bella.

" Dia memilih menikah dengan pilihan orang tuanya saat tahu Bella bersama Evan dulu.

Malv menerawang kedepan, mereka sedang duduk di lantai 2 sebuah cafe mewah untuk sekedar bertemu.

" Gue harap lo bisa membuat adik gue bahagia!" kata Malv menyesap rokoknya.

" Lo tahu gimana cintanya gue sama dia!" jawab James.

" Bukan lo yang gue khawatirin, tapi dia!" kata Malv lagi.

" Maksud lo?" tanya James mengerutkan dahinya.

" Dia begitu mencintai Evan, bahkan mereka memiliki seorang anak yang membuat ikatan cinta mereka semakin kuat!" tutur Malv.

James lupa akan semua itu, hatinya berdebar kencang, dia takut jika dia hanya dijadikan pelarian oleh Bella.

" Lo nggak usah khawatir, gue akan berusaha untuk membuat dia cinta sama gue!" kata James ragu.

" Gue harap juga begitu!" kata Malv ragu pula.

Dan mereka sudah 2 tahun menjalani pernikahan, Bella dan James. James sangat memuja Bella dan melakukan apapun untuk membuat wanita itu menjadi miliknya. Dengan penuh kesabaran dan cinta, dia memberikan perhatian dan tidak pernah sekalipun membuat Bella kecewa. Bahkan Rado sangat menyayanginya seperti ayah kandungnya sendiri.

" Dad!" panggil Rado saat Bella mengajaknya ke Rumah sakit untuk melakukan rutinitasnya memasang alat KB.

Bella memang tidak mau hamil dan James sedikit kecewa mendengar permintaan Bella saat awal mereka menikah. Hal itu membuat James jarang menyentuh Bella dan Bella tidak mempermasalahkannya sama sekali, karena dia sibuk dengan pekerjaannya.

Diluar pernikahan mereka memang terlihat baik-baik saja, tapi di dalam hanya para PRT yang tahu bagaimana Tuan mereka sangat mencintai Nyonya mereka tapi sikap Nyonya mereka hanya biasa saja.

" Hi, tough guy!" sahut James lalu mendudukkan Rado di pangkuannya setelah anak itu mengecup pipinya.

Saat itu James sedang ada pasien, tapi tidak begitu banyak.

" Dimana mama?" tanya James.

" Mama ke tempat Om Andre!" kata Rado sambil memainkan stetoskop James.

James sebenarnya sangat kecewa pada Bella, karena dia tidak mau James yang menangani dirinya, tapi dia memilih Andre, dokter muda dan masih single untuk menangani dia. James tidak suka dan dia cemburu karena Bella dipegang oleh pria lain. Tapi James memang sangat lemah jika berhadapan dengan Bella.

" Rado tunggu Daddy di ruang daddy aja, Ok! Disini nggak baik buat Rado!" kata James.

" Yes, Daddy!" jawab Rado.

" Sus!" panggil James.

" Ayo, anak cakep!" ajak perawat yang membantu James praktek.

" Rado pergi dulu, Dad!" pamit Rado lalu mencium pipi James.

" Ok!" sahut James.

Bella duduk di depan ruang praktek Andre menunggu giliran dirinya dipanggil. Dia asyik dengan ponselnya karena setelah itu dia harus meeting di kantor.

" Iya, Lin! Saya nggak akan terlambat!" kata Bella saat sekretarisnya menghubunginya.

" Bu CEO kelihatannya sibuk banget!" kata Andre yang melihat Bella masuk ke ruangannya sambil menelpon.

" Sorry, Ndre!" kata Bella tersenyum.

" It's Ok! Gue paham sibuknya seorang CEO!" sahut Andre.

" Iya, gue harus meeting setelah lo pasang lagi KB ke gue!" kata Bella santai.

" Gimana kabar Rado?" tanya Andre sambil memeriksa Bella yang telah berbaring di brankar.

" Baik! Dia semakin pintar!" kata Bella.

" Gue mau bilang makasih sama lo!" kata Andre sambil memegag nadi Bella.

" For?" tanya Bella.

" Karena adik gue bisa kerja di perusahaan lo!" kata Andre lagi, lalu memeriksa dada Bella.

" Adik lo emang mampu! Jadi bukan gue yang bantu, tapi emang dia punya keahlian!" tutur Bella.

" Dia emang pintar kayak gue!" kata Andre percaya diri.

" Cckkk! PD amat!" kata Bella berdecak.

" Hahaha! Lo memang wanita yang spesial, Bella! Pria mana yang tidak akan jatuh cinta sama lo?" kata Andre setengah merayu.

" Sorry, gue udah punya suami!" kata Bella memutar bola matanya malas.

" Boleh gue bicara?" tanya Andre serius.

" Sure!" jawab Bella tenang.

" Dari apa yang gue lihat? Kalian tidak bahagia, dalam artian James yang cinta sama lo!" tutur Andre dengan tegas.

" Sok tahu!" sahut Bella yang bangun dari atas brankar setelah Andre menyuntik bagian belakang bawah tubuhnya.

" Kenapa nggak suruh aja James yang KB jika memang lo nggak mau punya anak dari dia?" tanya Andre lagi.

" Boleh juga ide lo!" kata Bella lalu dia pergi meninggalkan Andre yang menganga heran melihat tingkah Bella.

" Dasar orang kaya!" gumam Andre.

James masuk ke dalam rumah dengan menghea nafas panjang. Setiap kali dia pulang ke rumah, hatinya terasa pilu dan sedih. Tapi dia hanya menyimpannya seorang diri, karena dia tidak mau mengingkari janjinya pada keluarga Bella. James sebenarnya sudah merasa cukup menjalani pernikahan dengan Bella, karena sebesar apapun usahanya untuk membuat istrinya itu mencintainya, semua terasa sia-sia karena dalam hati Bella hanya ada satu nama.

Sejak sebulan yang lalu James selalu pulang pada jam 12 malam dan pergi jam 7 pagi. Semua itu dilakukannya agar dia tidak terlalu banyak berinteraksi dengan Bella yang berangkat kerja jam 8 dan pulang jam 10 malam. Bahkan Bella tidak perduli dengan keadaan itu, tapi dia selalu menyempatkan diri untuk bersama Rado.

" Selamat Malam, son! Maaf daddy pulang malam terus! Daddy janji besok akan mengajak Rado pergi memancing!" ucap James mengusap rambut putra tirinya.

James mengecup rambut Rado lalu meninggalkan kamar Rado. James berjalan ke kamar sebelah, dimana dia dan Bella tidur. James perlahan membuka pintu dan melihat Bella yang tidur dengan pulas. James meletakkan tas kerjanya di sofa lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Next chapter