1 Tentang Dirga - Aeera

"Maaf, aku nggak bisa dateng. Lain kali aja ya?"

"Gimana sih, ini bukan sekali dua kali kamu kaya gini! Udahlah terserah kamu aja!"

Sambungan telepon itu diputus sepihak oleh Aeera. Perempuan itu kesal setengah mati. Rasanya ingin mengamuk saja tapi ingat jika dirinya di tempat umum seperti ini.

Sia-sia saja Aeera berdandan cantik dan datang 30 menit lebih awal ke tempat dimana dirinya dan Dirga berjanji untuk berkencan. Seperti biasa kekasihnya itu membatalkan janjinya secara sepihak.

Saat kesal masih melanda, ponselnya kembali bergetar, satu pesan masuk dari Dirga terlihat. Aeera segera membukanya. Bukannya tenang, emosinya jadi makin menjadi-jadi saat membuka pesan dari Dirga.

'Sayang, jangan marah. Kerjaan aku masih banyak. Gak bisa dianggurin. Date-nya nanti minggu depan aja yah. Aku janji.'

"Janji aja terus! Nanti juga dibatalin lagi," dumel Aeera tanpa mau membalas pesan kekasihnya.

Dirga si pacar super sibuk yang pasti selalu mementingkan pekerjaannya. Aeera sampai heran apa yang mau dicapai Dirga. Setahu Aeera, dulu kekasihnya itu nggak se-workaholic seperti sekarang. Malah terkesan menomor satukan Aeera. Dan sesudahnya, Aeera sama sekali nggak tahu apa yang terjadi sampai Dirga seperti sekarang.

Udahlah, daripada semakin kesal Aeera memilih menghubungi Jina. Menyuruhnya untuk datang kesini dan menemaninya menonton film. Padahal Aeera sudah membeli tiket untuknya dan Dirga.

"Sialan emang si Dirga!"

***

Tiga hari berikutnya setelah acara ngambek Aeera, perempuan itu sama sekali nggak menggubris Dirga. Pesan lelaki itupun Aeera abaikan sebagai bentuk protesnya. Biarkan saja. Aeera ingin tau apa yang akan Dirga lakukan.

"Aeera!"

Aeera menoleh, mengikuti arah suara yang memanggil namanya. "Eh, Jun?" Itu Jun, sahabatnya yang berada di fakultas yang sama dengan dirinya. Oh, Aeera tahu kalau Jun sudah menghampirinya seperti ini. Pasti ingin mengajaknya ke café Yafie bersama yang lain.

"Oh, mau ngajak ke café bang Yafie ya?"

Jun menggeleng cepat. Aeera jadi kebingungan. Ditambah dengan keringat di dahi Jun yang menandakan bahwa laki-laki ini pasti belari saat kemari.

"Terus?"

"Itu ada bang Dirga. Gue disuruh manggil lo. Katanya cepetan makanya gue buru-buru. Mana mukanya nyeremin lagi," jawab Jun bergidik. Pantas saja, Dirga kan emang judes. Aeera jadi kasihan.

"Terus sekarang dia dimana?" Tanya Aeera.

Sebenarnya senang sih, jarang banget Dirga bisa datang ke kampus cuma buat menemuinya. Tapi rasa senangnya masih belum bisa menghilangkan kemarahannya pada lelaki itu.

"Itu depan gedung fakultas."

"Ya udah. Gue kesana. Ini minum, masih baru kok. Kasian lo cape,"

Aeera menyerahkan sebotol minuman isotonic yang baru dibelinya buat Jun. Hitung-hitung sebagai rasa terima kasih pun nggak tega liat sahabatnya kelelahan seperti itu.

Jun tersenyum sambil menyambar botol minuman di tangan Aeera tanpa malu dan langsung meneguknya. Aeera jadi terkekeh, menganggap tingkah Jun lucu.

"Thanks."

"Iya, sama-sama. Gue pergi dulu deh ya. Dah!"

Baru setelah Jun mengangguk dan melambaikan tangan, Aeera pergi, sedikit berlari untuk sampai ke tempat dimana Dirga berada.

Butuh 5 menit dan Aeera bisa melihat Dirga tengah bersandar di samping mobilnya, sudah menunggu Aeera. Buru-buru Aeera merapikan penampilannya, memasang wajah jutek di depan Dirga.

"Kenapa kesini?"

Dirga menegakkan tubuhnya begitu suara kekasihnya terdengar. Ia langsung menatap Aeera di depannya dan tersenyum lebar. Kelihatan senang sekali menemukan Aeera di dekatnya. Berbeda dengan Aeera yang mengeluarkan aura permusuhan yang kentara sekali.

"Mau ketemu pacar. Emang nggak boleh ketemu pacar sendiri?" Aeera tersenyum sinis sembari bersedekap menatap Dirga.

"Masih inget kalau kamu punya pacar? Kirain udah lupa tuh," jawab Aeera ketus sekaligus menyindir.

Dirga menghela nafas. Mengerti kalau si kekasihnya ini marah. Bahkan pesan dan panggilannya selama 3 hari ini diabaikan oleh Aeera. Untuk itu Dirga kemari, menemui Aeera.

"Kamu kok ngomongnya gitu?"

Aeera berdecak keras. Menghennggakkan kaki melihat sikap Dirga yang masih tenang seakan nggak ada masalah di antara mereka berdua.

"Emang aku ngomong kaya gimana, hah? Emang bener kan? Kirain aku kamu tuh lupa punya pacar. Pacar ngambek bukannya di rayu, ini 3 hari baru didatengin!" Ucap Aeera kesal setengah mati.

"Aku baru bisa ketemu kamu sekarang, sayang. Ini juga aku nyempetin buat ketemu kamu. Maaf yah, kerjaan aku banyak banget," jawab Dirga merasa bersalah. Pemuda itu meraih tangan Aeera dan menggenggamnya. Sementara Aeera memalingkan muka masih terlihat kesal.

"Ya tapi tetep aja kan harusnya kamu usaha kek. Kamu tuh nyebelin tau nggak? Bukan sekali dua kali kamu kaya gini, tapi udah berulangkali sampai nggak bisa dihitung pake jari!"

Dirga nggak membantah, lagipula ucapan kekasihnya memang benar. Tapi serius, Dirga bukannya berencana melakukan itu, tapi memang dia sendiri punya alasannya.

"Aku tau. Makanya aku kesini mau minta maaf bukan mau ngajak ribut kamu."

"Siapa juga yang mau ribut!" Seru Aeera membuat Dirga tersentak.

"Itu suara kamu kaya yang ngajak ribut," jawab Dirga santai sedikit terkekeh. Apalagi melihat Aeera yang kini jadi salah tingkah.

"Sekarang naik mobil,"

"Mau kemana?" Tanya Aeera heran begitu Dirga membuka pintu mobil untuknya.

"Ngegantiin jadwal kencan yang kemarin. Nggak mau?" Goda Dirga.

Aeera sedikit tersenyum, inginnya sih tersenyum lebar. Tapi gengsi. Jadi sebisa mungkin Aeera menahannya. Tanpa menjawab, perempuan itu masuk mobil dan duduk tenang. Tingkahnya jadi membuat Dirga terkekeh geli, merasa lucu.

***

Pukul 8 malam, Aeera sampai di rumahnya. Tentunya dengan Dirga yang mengantarnya. Kali ini senyumannya merekah, tanda bahwa kencan yang nggak direncanakan ini sukses. Hal itu secara nggak langsung membuat Dirga pun ikut tersenyum lebar merasa bahagia.

"Udah nggak marah lagi kan?" Aeera mengangguk cepat. Senyumnya masih nggak luntur sejak tadi.

"Nggak dong. Kamu mau mampir? Sekalian aku kenalin sama mama papa yah?" Tawar Aeera.

Dirga menolak, ia menggelengkan kepala sambil senyum yang mana cuma bisa dijawab helaan napas dari Aeera.

"Kenapa? Kita udah jalan 4 tahun tapi kamu masih nggak mau aku kenalin ke orang tua aku. Padahal aku aja udah kenal banget sama keluarga kamu." Balas Aeera nggak mengerti.

Beberapa detik Dirga cuma diam sebelum akhirnya tersenyum dan mengelus surai Aeera. "Belum waktunya. Nanti, nanti aku pasti bakal temui orang tua kamu," balas Dirga yakin.

Aeera balas tersenyum nggak mau memperpanjang percakapan. Pacarnya ini cukup keras kepala, jadi Aeera menolak memaksa. Apalagi dengan keadaan dirinya yang baru saja berbaikan dengan Dirga.

"Ya udah. Aku masuk yah. Makasih buat hari ini, sayang."

Aeera mengecup pipi Dirga, membuat pria itu tertawa dan mengangguk sebelum merelakan gadisnya untuk keluar mobil. Aeera masih diam berdiri menunggu Dirga untuk pergi. Nyatanya si lelaki masih setia menatapnya.

"Sana pulang!"

"Kamu dulu yang masuk."

"Kamu dulu! CEPET!" Bentak Aeera. Dirga akhirnya mengalah, nggak mau denger omelan-omelan dari kekasihnya.

"Iya, galak! Nih aku mau pulang," jawabnya sambil ketawa.

"Hati-hati, jangan ngebut. Telpon aku kalau udah nyampe."

"Hmmm, dah!"

"Dah!"

***

Seminggu kemudian, di cafe milik Yafie, Aeera dan sahabat-sahabatnya udah kumpul seperti biasa. Sudah ada Elen, Jina, Nana, Abimana, Qais, Lucas, Hendery, dan Jun disana. Tengah merayakan ulang tahun Aeera. Semantara si empu masih duduk gelisah. Masih nunggu Dirga yang janji buat datang.

Kegelisahan Aeera nggak luput dari perhatian yang lain. Baik Jina, Nana, Elen, Abimana, Qais, Lucas, bahkan Yafie si pemilik café bisa melihat kecemasannya. Yang lain berusaha menenangkan sebab tahu penyebabnya.

Sama seperti Aeera, yang lain pun tengah menunggu kedatangan Dirga. Sayangnya yang ditunggu nggak kunjung datang. Kue ulang tahun yang sudah disiapkan pun masih utuh dengan lilin yang udah habis setengahnya.

"Ra, tenang dulu. Bang Dirga pasti dateng kok," ucap Abimana menenangkan. Sayangnya ucapan Abimana sia-sia karena Aeera tetap saja gelisah.

"Gue takut dia nggak dateng. Dia emang udah janji dateng, tapi nggak menutup kemungkinan kalau dia nggak bakal dateng, Bi. Kalian tahu sendiri gimana Dirga. Kesannya mungkin gue kaya anak kecil, tapi gue bakalan marah banget kalau dia sampai nggak dateng. Udah dua kali Dirga nggak ada saat gue ulang tahun. Tapi kali ini dia udah janji dan gue nggak akan maafin dia kalau sampai dia nggak dateng kesini," jawab Aeera buat mereka diam.

Suasana jadi semakin nggak enak, padahal seharusnya mereka senang-senang disini. "Udah hubungin Bang Dirga-nya?"

"Udah Cas, tapi nggak diangkat terus." Balas Aeera. Bahkan Lucas yang biasanya nggak bisa diam kini malah milih diam dibanding memperkeruh suasana.

"Aeera! Ini bang Dirga nelpon gue. Mau ngomong sama lo!" Yafie datang dari arah dapur sambil ngulurin ponselnya kearah Aeera. Pun langsung Aeera ambil dan menjawab sambungan telepon dari Dirga.

"Kamu dimana? Kenapa telpon aku nggak diangkat?" tanya Aeera langsung tanpa mau denger ucapan Dirga terlebih dulu.

"Aku tadi telpon kamu balik tapi kayanya hp kamu lowbat," kata Dirga di sebrang telepon. Aeera langsung mengecek ponselnya yang memang sudah mati total. Ia jadi ngerti kenapa Dirga malah menghubungi ponsel Yafie ketimbang dirinya.

"Terus sekarang kamu dimana? Aku dari tadi nungguin kamu. Kamu nggak lupa kan ini hari apa?" tanya Aeera lagi. Hatinya was-was. Perasaannya jadi nggak enak setelah mendengar suara Dirga.

Dirga terdiam lama. Nggak mampu menjawab pun masih memikirkan ucapan apa yang sekiranya nggak membuat sang kekasih marah.

"Aku inget kok. Selamat ulang tahun, sayang. Dan aku mau bilang kalau aku -"

"Nggak bisa dateng?" lirih Aeera kecewa. Dirga diam tanda ucapan Aeera memang sepenuhnya benar. Teman-temannya bahkan kembali dibuat terdiam. Ikut merasakan sedih yang dirasakan Aeera.

"Aku bisa jelasin. Aku tiba-tiba disuruh nge-handle proyek di luar kota, sayang. Kalau aku terima ini aku bisa dipromosiin. Aku janji tahun depan bakalan rayain ulang tahun kamu. Dan aku udah kasih hadiah spesial buat kamu. Kamu -"

"Aku nggak butuh hadiah dari kamu, Ga. Nggak ada tahun depan buat kita. Aku mau putus!"

Secepat itu Aeera memutuskan sambungan telponnya. Yang lain terpana, nggak menyangka keputusan Aeera yang terlampau cepat. Semarah apapun Aeera pada Dirga, gadis itu nggak akan sampai meminta putus mengingat betapa cintanya gadis itu pada Dirga. Tapi kali ini berbeda.

"Ra, lo yakin?" tanya Nana memastikan.

"Gue yakin, Na. Maaf ya acaranya jadi berantakan. Gue mau pulang dulu."

Tanpa menunggu jawaban, Aeera segera pergi. Yang lain nggak berusaha untuk menghentikan, mengerti bahwa saat ini Aeera butuh sendiri dan memikirkan kembali perkataannya.

***

Dua minggu berikutnya, Aeera sengaja menemui Dirga setelah dua minggu ini juga gadis itu benar-benar mengabaikan segala bentuk usaha Dirga yang ingin menghubunginya. Café milik Yafie jadi tempat mereka berjanji bertemu. Aeera datang dan nggak disangkanya Dirga sudah duduk dengan tenang disana.

Nggak mau membuang waktu, Aeera segera menyusul Dirga, duduk di depan lelaki itu yang kini tersenyum penuh kelegaan. Sayangnya Aeera mengabaikannya. Atau lebih tepatnya berusaha untuk mengabaikannya.

"Hei, aku mau -"

"Gue nggak mau denger permintaan maaf lo," potong Aeera cepat. Dirga tercengang. Apalagi dengan kalimat Aeera yang bahkan nggak terdengar lembut. Tapi Dirga mengerti. Mungkin Aeera masih marah padanya. Nggak apa-apa asal masalah mereka terselesaikan sekarang tanpa ada kata putus lagi.

"Gue cuma mau kasih undangan ini," Aeera mengeluarkan satu undangan di depan Dirga.

Wajahnya datar nggak bisa ditebak. Dirga yang mengerutkan kening bingung perlahan mengambil undangannya dan membuka. Membaca sekata demi sekata setiap tulisan yang tertera dalam undangan tersebut. Dan begitu Dirga selesai membacanya, dia terbelalak. Menatap Aeera meminta kejelasan lebih.

"Bilang kalau ini nggak bener, Aeera."

Aeera berusaha memalingkan muka, nggak mau menatap wajah sedih plus kecewa Dirga. Aeera nggak sanggup.

"Gue dijodohin. Dan seminggu lagi bakal tunangan sama cowok pilihan orang tua gue, Dirga. Gue harap lo bisa dateng."

avataravatar