11 Terungkap

"Itu Aqilla? Sama kak Rian?"

Bisik-bisik dari salah satu siswi dengan siwswi yang lainnya.

Bagaimana tidak menjadi bahan pembicaraan bagi anak-anak yang lain. Aqilla dan kak Rian kan memang sudah terkenal sejak waktu masa orientasi siswa kemarin. Dan apa lagi kak Rian memang sangat terkenal di sekolah. Dia adalah senior yang paling di sukai oleh adik-adik kelasnya. Bukan hanya adik-adik kelasnya saja, bahkan satu angkatannya pun banyak sekali yang suka kepadanya. Sayangnya kak Rian tidak tertarik dengan salah satu dari mereka, baik itu temannya sendiri ataupun adik kelasnya.

Tubuhnya yang tinggi dan berisi, kulitnya yang putih serta potongan rambutnya yang sangat di sukai oleh para wanita. Di tambah lagi hidungnya yang mancung dan bentuk dagunya yang memberikan efek dia menjadi sangat terlihat laki-laki sekali membuat kebanyakan wanita yang melihatnya langsung menaruh hati kepada dirinya.

Namun walaupun demikian, kak Rian adalah sosok laki-laki yang tidak suka menyakiti wanita. Karena menurutnya wanita itu harus di jaga sebagaimana seseorang yang sangat menjaga barang berharganya dan jangan sampai rusak. Semuanya itu terbukti dengan tindakannya sampai saat ini yang tidak suka menggunta ganti pasangan.

Mantannya pun tidak banyak. Hanya 2 saja. Itupun waktu kak Rian masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Bisa si bilang pada masa itu adalah masih masa-masa cinta monyet. Seseorang yang belum mengerti cinta sesungguhnya itu seperti apa.

Sampai saat ini, sampai kelas 11 atau 2 SMA, kak Rian belum menemukan dambaan hatinya lagi. Bagaimana wanita tidak begitu berusaha untuk mendapatkannya bukan? Termasuk Aqilla?

**********

"Gimana kalo kita jalan-jalan dulu Qill?"

"Jalan-jalan kemana kak?"

"Yaa kemana aja, lu mau ga?"

"Hmmm." Aqilla tidak bisa menjawab pertanyaan kak Rian tersebut. Karena Aqilla binggung harus menerima ajakannya kak Rian atau tidak.

"Berarti dari jawaban lu itu artinya iya. Yaudah yu ikut gua aja."

"Apa deh, perasaan gua ga bilang apa-apa tapi dia udah ambil kesimpulan sendiri." Pikir Aaqilla.

Sore itu pun adalah hari yang sangat cerah dan cantik. Seperti pagi hari tadi. Akhirnya Aqilla menemukan hari indah seperti ini lagi setelah tadi pagi telah Aqilla sia-siakan.

Dan sepertinya Aqilla memang harus menikmati hari di sore ini. Karena pada pagi hari tadi Aqilla tidak bisa menikmati pagi yang cerah nan indah. Apa lagi sore ini di temani dengan seniornya yang sangat terkenal di sekolahnya, tetapi juga sekaligus membuat Aqilla malu karena ketahuan membuat surat cinta untuknya.

"Ngapain kak kita ke sini?"

Setelah Aqilla turun dari motor kak Rian dan melihat sebuah pemakaman di depan matanya. Tempat pemakaman umum yang berada di daerah Jakarta. Kami berdua berhenti tepat di pemakaman dengan batu nisan yang bertulisan Haris bin Akram.

Tanpa berjata apa-apa kak Rian hanya terdiam dan hanya mengenggam tangan Aqilla untuk mengikuti dirinya terus sampai saat ini.

"Ini makam siapa kak?"

"Ini makam bokap gua."

"Innalillahi. Ayah kakak udah meninggal?"

"Iya, dia udah meninggal waktu gua kelas 3 SMP."

"Meninggal kenapa kak?"

"Meninggal karena waktu itu gua lagi bandel-bandelnya banget dalam pergaulan. Dulu gua kalau main suka ga kenal waktu sama temen-temen gua. Sampai-sampai gua jarang pulang ke rumah. Paling kalaupun pulang, gua pulang larut malam. Kadang jam 1 malam, jam 2, bahkan terkadang juga jam 4 pagi. Bahkan gua juga jarang masuk sekolah. Tapi keajaiban dunia ke 8 memang kalo gua bisa naik kelas dan lulus SMP, haha."

"Ih kakak, lagi serius juga. Berarti sekarang kakak cuma punya Ibu?"

"Iya. Semenjak itu juga gua taubat. Gua berusaha untuk jadi anak yang baik buat Ibu gua. Karena gua ga mau kejadian itu terulang lagi. Gua kehilangan bokap gua di saat gua lagi bandel-bandelnya. Dan gua sayang banget sama Ibu gua. Makanya gua juga sekarang udah ga mau nyakitin perempuan lagi, karena gua berpikir kalau yang gua sakitin itu Ibu gua sendiri gimana?"

Aqilla pun terdiam. Aqilla tidak bisa menjawab penjelasan kak Rian lagi. Rasanya cowok yang ada di depannya kini merupakan malaikat yang berwujud manusia. Walaupun dia awalnya sangat nakal, tetapi sekarang dia sudah berubah 360 derajat. Bahkan pikirannya pun sudah sangat dewasa. Dia sudah bisa menghargai waktu, orang lain, dan menghormati Ibunya.

"Kok lu nangis? Kenapa? Terharus yaa sama guaa. Biasa aja kali, gua emang gitu orangnya, haha."

Kak Rian malah meledeki Aqilla ketika dia melihat Aqilla menangis. Kemudian tanpa aba-aba kak Rian langsung menghapus air mata Aqilla yang berada di pipinya dengan menggunakan sapu tangan yang di ambilnya dari sakunya.

"Jangan nangis dong," ucapnya.

"Bukan kak, aku jadi keinget Ayah aku."

"Emang Ayah lu kenapa?"

"Ayah aku lagi sakit kak. Sekarang lagi dii rawat di rumah sakit udah 2 hari ini."

"Sakit apa kalo boleh tau?"

"Lumpuh kak. Seluruh badannya udah ga bisa di gerakin lagi sekarang."

"Ya ampun. Yaudah yu kita ke rumah sakit, jenguk Ayah lu. Rumah sakitnya dimana emang?"

"Di RSUD Sehat Sejahtera kak."

"Yaudah yu. Daerah rumah lu juga kan, sekalian gua anterin lu pulang."

"Iya kak, boleh." Kemudian Aqilla dan kak Rian kembali menaiki sepeda motor milik kak Rian. Kali ini mereka berdua akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ayah Aqilla.

Setelah sekitar kurang lebih 30 menit Aqilla dan kak Rian berada di atas motor. Menghirup udara segar di sore hari ini. Dan menikmati pemandangan matahari yang akan segera tenggelam dan di gantikan oleh rembulan sebagai penganti penghias langit dan penerang pada malam ini.

"Loh kak, kok belok kiri? Arah rumah sakit kan belok ke kanan kak."

"Bentar. Ikut gua dulu sebentar. Setelah itu gua janji bakalan ke rumah sakit jenguk Ayah lu." Lagi-lagi Aqilla di ajak oleh kak Rian ke suatu tempat yang tidak Aqilla ketahui.

Di sepanjang perjalanan itu Aqilla hanya bisa menenggok-nenggok ke arah kanan dan kirinya untuk melihat pemandangan di sekitarnya. Karena untuk mengobrol Aqilla masih malu dengan kak Rian. Padahal kak Rian sesekali mengajak Aqilla untuk berbicara, tetapi hanya di jawab dengan seadanya oleh Aqilla.

Di atas motor Aqilla juga sangat kaku dan tegang sekali. Wajar saja, Aqilla tidak pernah berboncengan dengan lelaki lain selain Ayahnya. Kini dia hanya berpegangan pada besi motor yang berada di belakangnya. Mungkin orang lain yang sedang melihatnya mengira jika mereka itu adalah pasangan yang sesang bertengkar.

Suasana hening terus berlanjut hingga akhirnya mereka berdua sampai di tempat yang kak Rian tuju.

-TBC-

avataravatar
Next chapter