3 Sebuah Harapan

Tidak terasa waktu begitu sangat cepat berlalu. Sekarang Aqilla sudah memasuki kelas 9 atau kelas 3 SMP. Dimana sekarang Aqilla sudah harus fokus untuk menghadapi berbagai macam ujian di sekolahnya. Mulai dari ujian harian, ujian sekolah, sampai nanti ujian nasional yang akan menentukan kelulusan Aqilla. Aqilla sekarang lebih giat lagi dalam belajar. Setiap pagi hari, siang, sore, malam, Aqilla selalu belajar. Baik itu di sekolah maupun di rumah.

Wanita itu bercita-cita ingin mendapatkan nilai Ujian Nasional (nem) terbaik di sekolahnya. Bahkan se-Indonesia kalau bisa katanya. Karena Aqilla ingin sekali membuat Ayah dan Ibunya bangga kepadanya.

Jam belajarnya pun dia tambah lagi. Tidak lupa salatnya pun semakin rajin. Yang sebelumnya dia hanya salat wajib saja, sekarang salat sunah pun dia lakukan di setiap sepertiga malamnya. Dan tidak lupa juga dia selalu meminta do'a kepada kedua orangtuanya supaya dia diberikan kepandaian dan kemudahan ketika menjawab semua soal-soal ujian nanti.

Saking fokusnya kepada ujian, Aqilla tidak sempat untuk memikirkan cowok. Apalagi untuk berpacaran. Aqilla juga sebelumnya tidak pernah berpacaran. Untuk saat ini si tidak, tidak tahu kalau besok, hehe.

Dari SD sampai saat ini memang Aqilla tidak pernah mempunyai pacar. Padahal Aqilla termasuk wanita yang cantik, pintar, baik kelakuannya, baik ibadahnya, baik kepada sesama, apalagi kepada orang yang lebih tua darinya, dan orangnya sangat asik. Hampir sempurna semua yang ada di diri Aqilla. Namun bukannya Aqilla tidak ada yang mau, tetapi karena Aqilla yang belum bisa membuka hati untuk lelaki mana pun. Karena lelaki terdekatnya dia dari dahulu sampai sekarang hanyalah Ayahnya. Cinta pertama Aqilla pun adalah Ayahnya sendiri. Namun itu adalah hal yang wajar bagi anak perempuan jika cinta pertamanya adalah Ayahnya sendiri.

*****

Singkat cerita.

Ujian-ujian sekolah pun sudah Aqilla lalui. Ujian Nasional pun sudah Aqilla hadapi. Dan sekarang hanya tinggal menunggu hasil pengumuman lulus atau tidaknya.

Saat itu adalah moment yang sangat menakutkan bagi Aqilla dan juga seluruh temannya. Padahal Aqilla adalah termasuk siswi yang pandai. Banyak orang lain dan teman-temannya yang percaya kalau Aqilla akan lulus dengan nilai yang baik, tetapi Aqilla tidak sesombong itu. Dia tetap terus berdo'a kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dia bisa lulus 100%. Dan akan lebih bersyukur lagi jika dia mendapatkan nilai yang memuaskan.

Jakarta, 03 Mei 2015.

Ini adalah hari dimana pengumuman kelulusan dan wisuda dilakukan dengan cara bersamaan. Jadi pada saat itu semua murid melakukan wisuda padahal mereka belum tahu mereka itu lulus atau tidak. Karena pengumumannya akan dibacakan pada saat acara wisuda itu juga. Akan merasa sangat malu dan sedih jika sudah mengikuti acara wisuda tetapi ketika dibacakan ternyata tidak lulus.

Dan kali ini Ayah Aqilla menyempatkan waktunya untuk datang ke acara wisuda anak tercintanya. Padahal di sekolah Ayahnya juga sedang ada acara yang sama. Acara wisuda dan pengumuman kelulusan di sekolah milik Ayahnya. Dimana seharusnya pada saat ini juga Ayah Aqilla harus mengumumkan hasil ujian karena dia menjabat sebagai kepala sekolah di sekolahnya sendiri. Namun semua itu akan di wakilkan oleh wakil kepala sekolah saja katanya dan lebih memilih datang ke acara wisuda Aqilla kali ini. Lagi pula Ayah Aqilla sangat jarang sekali bisa mengikuti acara sekolah anaknya sendiri. Ayah Aqilla selalu di sibukkan dengan acara sekolahnya yang selalu memiliki acara yang berbarengan dengan acara di sekolah Aqilla. Biasanya Ibunya saja yang selalu menemani Aqilla di berbagai macam acara di sekolahnya.

Aqilla semakin deg-degan. Karena dia takut. Dia takut Ayahnya sudah bela-belain datang ke acara wisudanya dan meninggalkan tugasnya sebagai kepala sekolah, tetapi hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan keinginannya atau mengecewakan Ayahnya. Selain Ayahnya, Ibu Aqilla juga datang ke acara wisudanya. Sehingga Aqilla datang ke acara wisudanya itu bertiga bersama Ibu dan Ayahnya. Acara wisuda akan di mulai. Perasaan semua murid di sekolah Aqilla semakin cemas dengan hasil yang akan di umumkan nanti.

Suasana semakin menegangkan. Setelah pembukaan acara, sabutan-sambutan, hiburan yang lang lain sebagainya, kini tiba waktunya kepala sekolah Aqilla membacakan hasil pengumuman kelulusan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh," jawab semua tamu undangan di sana.

"Selamat pagi Bapak-bapak, Ibu-Ibu dan wali murid yang saya hormati, serta anak-anakku yang saya banggakan. Tepat hari ini, tanggal 03 Mei 2015 akan di umumkan hasil kelulusan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 09 Jakarta Tahun kelulusan 2015 angkatan ke 18. Bismillahirahmanirrahim. Dengan ini di nyatakan seluruh siswa dan siswi lulus 100%."

Begitulah pengumuman yang dibacakan oleh kepala sekolah Aqilla. Sangat singkat, padat, jelas, dan membuat seluruh perasaan murid serta orangtua murid lega mendengarnya.

Tangis haru dan bahagia pada saat itu juga menjadi satu. Akhirnya harapan mereka semua terwujud. Mereka semua lulus dengan 100% tanpa ada yang tertinggal kelas satu pun. Tanpa harus ada yang mengulangnya di tahun berikutnya.

Aqilla sangat lega sekali sampai dia meneteskan air mata. Bisa lulus saja Aqilla sudah sangat bahagia sekali. Walaupun Aqilla masih berharap kalau namanya disebut ketika pengumuman 3 besar di umumkan nanti. Dia terus berharap, berdo'a, dan bershalawat.

Bukan hanya Aqilla yang melakukan hal itu. Ayah dan Ibunya juga sedari dulu sudah membantu Aqilla dengan cara menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan Aqilla untuk belajar dan juga mendo'akannya supaya segala cita-cita dan keinginan anaknya itu bisa di capai olehnya.

"Ibu, Ayah," ucap Aqilla kepada Ayah dan Ibunya ketika acara sedang berlangsung.

"Iya, kenapa nak?" jawab Ibunya.

"Aku takut."

"Takut kenapa nak? Kan pengumuman kelulusan sudah di bacakan. Hasilnya juga membuat kita semua lega dan bersyukur kan?" tanya Ibu Aqilla kepadanya.

"Aku takut buat Ibu dan Ayah kecewa karena aku ga bisa jadi juara kali ini. Karena biasanya kan ketika ujian nasional itu, yang tidak pintar bisa mendapatkan nem bagus. Begitu juga sebaliknya."

"Kamu jangan berbicara seperti itu. Menurut Ayah dan Ibu, melihat kamu bisa lulus dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi Ayah sama Ibu juga sudah merasa bahagia sekali. Jika nanti Aqilla mendapatkan juara, itu hanyalah bonus, nak. Semoga saja kamu mendapatkan bonus itu ya kali ini. Kalaupun tidak mendapatkannya, Ayah sama Ibu tetap bangga kok sama kamu."

Kali ini yang mengangkat pembicaraan adalah Ayah Aqilla. Ayah Aqilla berusaha untuk menenangkan putri kesayangannya. Walaupun sebenarnya Ayah dan Ibu Aqilla juga mengharapkan jika anaknya akan mendapat juara di sekolah, tetapi mereka berdua tidak mau menjadikannya itu sebagai beban untuk Aqilla. Oleh karena itu, Ayah dan Ibu Aqilla berusaha bersikap tenang-tenang saja kali ini.

"Iya, makasih Yah, Bu."

Setelah mendengar perkataan Ayah dan Ibunya barusan, Aqilla merasa lebih lega. Dia sudah tidak tegang dan terlalu berharap seperti tadi. Namun tetap saja, jika di tanyakan apakah Aqilla masih ingin menjadi juara di sekolahnya, jawabannya adalah iya.

-TBC-

avataravatar
Next chapter