7 Hari Pertama

Setelah lama menunggu Ayahnya, akhirnya Ayah Aqilla sampai juga di sekolah untuk menjemput dirinya.

"Lama ya nak nunggunya? Maaf ya, tadi Ayah ada rapat mendadak soalnya."

"Iya ga apa-apa kok Yah."

"Udah makan belum? Mau makan di luar dulu?"

"Engga deh Yah. Langsung pulang aja."

"Oh gitu, oke deh. Berangkat."

Aqilla dan Ayahnya pun pulang ke rumah dengan menggunakan sepeda motor.

Sesampainya di rumah pun Aqilla langsung madi, makan, dan istirahat. Namun hari ini sedikit ada yang berbeda. Aqilla terlihat tidak seperti biasanya. Bagaimana tidak, hari ini dirinya dibuat malu oleh banyak orang. Dan kedua orangtuanya pun menanyakan hal itu kepada Aqilla. Karena Aqilla memang adalah anak yang paling dekat dengan Ibu dan Ayahnya. Aqilla pun menceritakan semuanya dari awal sampai selesai.

"Ohh jadi ceritanya gitu. Pantesan tadi dari pulang sekolah Ayah liat muka kamu kusut banget kaya belum di gosok, hehe."

"Iya Ayah... Aku bete banget soalnya."

"Yaudah ga apa-apa. Itukan cuma hukuman. Besok juga kembali seperti semula kok. Seperti ga terjadi apa-apa "

"Iya Yah, semoga.

Setelah Aqilla bercerita kepada Ayah dan Ibunya, Aqilla merasa lega. Dan akhirnya mood Aqilla kembali membaik lagi.

**********

Hari Senin, 27 Juni 2015.

Hari ini adalah hari pertama Aqilla masuk sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 21 Jakarta. Dunia seperti telah menyambut hari pertamanya ini. Dengan suasana pagi yang sejuk namun tidak hujan. Kicauan burung tetangga saling bersautan. Suasana semakin membuat Aqilla bersemangat untuk sekolah.

"Bangun sayang... Sudah jam berapa tuh," ucap Ibu Aqilla dengan suara yang agak keras tepat di telinga Aqilla.

Aqilla yang mendengar suara tersebut pun langsung membuka kedua matanya dengan perlahan.

"Iya bu iya..." Jawabnya sambil melirik Ibunya dan mengeliatkan badan sejenak.

"Jangan iya iya aja sayang... Nanti kamu telat masuk sekolah tuh.".

Mendengar ucapan Ibunya barusan, mengingatkan dirinya jika hari ini adalah hari pertama Aqilla bersekolah di SMAN 21 Jakarta.

"Iya Bu, ini bangun," ucap Aqilla dengan memberikan senyuman yang indah kepada Ibunya. Kali ini Aqilla sudah benar-benar terbangun dari tidurnya. Kemudian Aqilla beranjak bangun dari kasurnya dan segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

Karena hari ini adalah hari pertamanya sekolah. Aqilla di bangunkan lebih pagi dari biasanya oleh Ibunya. Karena Aqilla tidak ingin di hari pertamanya ini dia sudah telat. Belum lagi Aqilla harus melihat pengumuman dia masuk kelas mana. Karena murid yang di terima di sekolah Aqilla jumlahnya sangat banyak sekali. Sekitar 250 murid.

"Aqilla... Udah belum mandinya? Sarapan dulu sini." Teriak Ibu yang memanggil Aqill karena sudah setengah jam lebih Aqilla tidak juga turun ke bawah untuk sarapan.

"Iya Bu... Ini udah selesai kok." Jawabnya dengan berteriak juga dari atas kamarnya.

Kemudian Aqilla menuruni anak tangga demi anak tangga. Aqilla langsung menuju meja makan. Di sana sudah ada Ayah, Ibu, dan kak Ardiana.

"Pagi Bu, Yah, Kak. Pagi semua."

"Pagi sayang," ucap Ibu Aqilla sambil menciym pipi anak kesayangannya itu dengan kehangatan. Mereka pun sarapan bersama.

"Yaudah, aku berangkat dulu ya Bu sama Ayah"

"Iya nak. Hati-hati ya. Yang rajin belajarnya. Jangan nakal di sana."

"Iya Ibu... Kaya anak kecil aja aku."

"Emang kamu masih kaya anak kecil. Makan aja harus di ingatin setiap hari. Bangun pun masih di banguni Ibu."

"Hehe, iya deh iya. Assalamualaikum Ibuku yang cantik dan baik hati."

"Dasar kamu. Waalaikumsallam naik." Aqilla, Ayah, dan kak Ardiana pergi untuk kesibukannya masing-masing. Di rumah kini hanya tinggal Ibu dan kakakku yang sakit itu.

Hari itu Aqilla sampai di sekolah pada pukul 06:00 pagi yang di antar oleh Ayahnya menggunakan sepeda motor.

Hari yang sangat bahagia bagi Aqilla dan teman-teman yang lainnya. Hari dimana ini adalah hari pertama mereka mamasuki masa putih abu-abunya. Semua siswa dan siswi di antar oleh orangtuanya. Dengan rawut wajah yang bahagia dan penuh semangat mereka memasuki pintu gerbang sekolah dan akan memulai dunia SMA. Dunia yang katanya di masa SMA ini semua orang mengetahui apa arti pertemanan yang sebenarnya. Apa arti solidaritas yang sesungguhnya. Dan apa arti cinta yang semestinya.

"Aku sekolah dulu ya Yah. Doain aku supaya di permudah semuanya." Pamit Aqilla kepada Ayahnya.

"Iya nak, yang rajin ya sekolahnya. Ayah tau kok kamu anak yang pintar." Jawab Ayahnya.

"Assalamu'alaikum." Izinnya lagi Aqilla kepada Ayahnya sambil mencium tangan Ayahnya.

"Waalaikumsallam."

Lalu Aqilla pergi meninggalkan Ayahnya dan masuk ke dalam sekolahnya. Sedangkan sang Ayah masih terus melihat punggung anak kesayangannya itu dari kejauhan sampai akhirnya lama kelamaan punggung tersebut semakin jauh dan tidak terlihat.

Aqilla langsung melihat papan pengumuman di mading yang berisikan pengumuman kelas dan nama-nama murid. Aqilla mencari-cari namanya. Dan akhirnya ketemu. Dia mendapatkan kelas X-IPA.1 yang berlokasi di gedung A lantai 1 sekolahnya.

Belum puas melihat jika hanya sekedar melihat pengumuman namanya dan kelasnya saja, Aqilla melihat nama-nama yang akan menjadi temannya di kelas dia nanti.

Ternyata terdapat nama Galih Mahardika, alias Dika di dalamnya. Yang artinya Aqilla akan bertemu lagi dengan Dika Karena kini Aqilla satu kelas dengan lelaki itu.

"Kenapa harus sama Dika si," batin Aqilla.

Pikirannya pasti Aqilla akan menjadi bahan ledekan oleh teman-temannya di kelas nanti. Dan pasti akan sangat malu rasanya jika di ingat-ingat lagi masa itu. Masa-masa aku membacakan surat cinta di depan Dika. Bagaimanapun, pasti kejadian itu sulit sekali untuk di lupakan oleh banyak orang.

Kring... Kring.. Kring...

Bel masuk pun berbunyi. Semua siswa dan siswi di arahkan untuk mengikuti upacara bendera terlebih dahulu sebelum memasuki kelasnya masing-masing. Pada saat itu upacara bendera di isi oleh kepala sekolah langsung sebagai pembina upacara.

Kepala sekolah banyak berpesan untuk siswa dan siswi baru. Mengarahkan siswa dan siswi baru supaya bisa menjadi angkatan yang lebih baik dari angkatan sebelumnya.

"Dika lagi," batin Aqilla yang melihat jika di sampingnya terdapat Dika yang sedang berbaris dengan rapih. Ternyara Dika pun melirik balik Aqilla.

"Kenapa?" Tanya Dika. Tiba-tiba Aqilla langsung memalingkan wajahnya seakan-akan dia tidak kenapa-kenapa dan tidak melihat Dika.

"Ga apa-apa." Kemudian Aqilla berusaha untuk kembali fokus mengikuti upacara bendera yang sedang berjalan.

***********

Upacara bendera telah selesai.

Sekarang siswa dan siswi di persilahkan untuk memasuki ruang kelasnya masing-masing sesuai dengan arahan yang sudah di umumkan di papan mading sebelumnya. Aqilla kemudian melangkah kakinya ke arah ruang kelasnya.

Sebenarnya dengan langkah yang aga berat menurutnya. Apa lagi semenjak mengetahui jika dirinya akan sekelas dengan Dika. Cowo yang menjadi bahan hukuman waktu MOS nya dahulu.

"Aqilla..." Sapa seseorang dari belakangnya.

-TBC-

avataravatar
Next chapter