6 Di Permalukan

"Hallo Dika,

Nice to meet you Dik, dan salam kenal dari aku, Aqilla Myesha Safira. Mungkin ini akan menjijikan untuk di dengar oleh kamu. Sebab surat ini aku tulis bukan hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan MOS dari kakak-kakak OSIS tetapi surat ini memang benar-benar aku tulis dari dalam dasar hatiku. Semenjak aku melihat kamu, aku sudah merasakan hal yang beda. Aku tahu walaupun kita berbeda kelompok, tetapi entah kenapa hatiku jatuh di diri kamu. Aku suka kamu mulai dari senyuman kamu dan sikap kamu. Senyuman yang hangat sehangat sang mentari. Yang susah untuk aku lupakan begitu saja dari ingatanku. Aku tahu, aku hanyalah orang biasa yang tak ada apa-apanya di bandingkan dengan wanita lain yang lebih menarik dari aku. Dan aku tidak berharap lebih. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja kepadamu. Salam hangat dari aku, teman barumu. Aqilla."

Begitulah isi surat cinta yang di buat dan di bacakan Aqilla untuk kakak seniornya tetapi malah nyasar ke teman MOS nya yang berbeda kelompok dengannya pada saat itu.

Prok.. Prok.. Prok..

Suara tepuk tangan yang bergerumuh dari seluruh pasang mata yang melihatnya.

Semua para peserta MOS dan kakak-kakak senior memberikan tepuk tangan kepada Aqilla. Betapa malunya Aqilla pada saat itu. Rasanya dia ingin lari begitu saja dari kerumunan orang-orang yang sangat banyak itu. Dan yang Aqilla pikirkan sekarang adalah dia takut akan di kenang oleh banyak orang dengan peristiwa yang memalukan ini.

"Wihh, bagus yah isi suratna, tapi ngomong-ngomong nih, sebenernya itu suratnya buat siapa yah?" Tanya kak Jihan dengan perasaan ingin tahunya.

"Mampus gua, gimana nih. Udah bagus surat gua tadi ga ke pilih buat di bacain sama kakak senior, tapi kok sekarang malah jadi lebih malu kejadiannya ya. Tau gitu gua lebih baik di bacain aja dah tadi. Lah ini semua orang udah kenal gua. Muka gua, nama gua, ya ampun," ucap Aqilla di dalam hatinya.

Namun Aqilla tidak menjawab pertanyaan dari kak Jihan. Dia hanya diam seribu bahasa dan tiba-tiba tubuhnya kaku begitu saja. Dan jika tubuhnya di pegang, saat ini Aqilla sedang panas dingin karena di beri pertanyaan seperti itu oleh kak Jihan.

"Coba sini aku liat suratnya." Kata kak Jihan yang sembari menyodorkan tangannya ke arah Aqilla.

"Buat apa kak? Kan di perjanjiannya tadi ga gitu."

"Ya coba sini liat aja. Pada setuju kan kalo suratnya kita liat buat siapa si sebenarnya. Karena isinya itu kayanya dalem banget, ciee."

Lalu tanpa seizin dari Aqilla kak Jihan langsung mengambil surat cinta itu dari tangan Aqilla.

"Ohh buat kak Rian katanyaa, ooooo"

Woooww.... Cieee...

Suara semua orang yang ada di sana pun menyuraki Aqilla dan Rian.

Wajar saja jika Aqilla membuat surat cinta itu untuk kam Rian. Bagaimana tidak. Kak Rian adalah wakil ketua OSIS di sekolah Aqilla sekarang. Belum lagi kak Rian itu orangnya tampan, tinggi, tubuhnya ideal, dan senyumannya itu yang membuat Aqilla suka dengannya. Bukan cuma Aqilla saja, pasti banyak para peserta MOS yang suka dengan kakak OSIS yang satu ini. Buktinya, setiap kali kak Rian lewat di hadapan mereka, mereka semua langsung menengok ke arah kak Rian dan sedikit berteriak karena melihat ketampanannya itu.

"Mana Rian, Rian kemana? Ada Rian ga?" Tanya kak Jihan kepada salah satu temannya.

"Ada tuh lagi duduk di samping pagar." Jawab temannya kak Jihan.

"Oh iya, coba sini Rian. Ada surat cinta buat lu yang dari dalam lubuk hatinya sendiri katanya nih." Perintah kak Jihan.

Dan ternyata, kak Rian justru malah menghampiri Aqilla. Kan yang di harapkan oleh Aqilla kalau kak Rian nya itu tidak mau di ajak kak Jihan dan akhirnya pergi. Namun kenyataannya dia malah menghampiri Aqilla.

Bagaimana ini. Aqilla pun tambah merasa malu. Semakin gerogi dan keringat dingin pun mulai terjadi.

"Aqilla, nih ada kak Rian nya. Gimana? Ada yang mau di omongin ga sama kak Rian?" Tanya kak Jihan.

"Ah engga kak."

"Yaudah, aku mau nanya ke Rian aja deh. Gimana tanggepan lu tentang surat cinta dari Aqilla?"

"Yaa bagus. Makasih udah milih aku buat kamu kasih surat cinta itu, tapi sayangnya kan suratnya udah buat Dika, bukan buat aku lagi." Jawab kak Rian.

Ah kak Rian ini. Bagaimana sih. Malah terima kasih lagi. Ini justru membuat Aqilla semakin merasa malu.

"Kan tadi hukuman doang. Kalau surat cinta benerannya mah buat lu Rian. Gimana tapi? Aqilla cantik kan? Cie ciee."

"Iya, cantik."

Ciee.. Cieee..

Semua orang semakin memanas-manasi Aqilla dan kak Rian. Pada saat itu acara MOS terasa seperti acara ajang perjodohan bagi Aqilla.

**********

Pukul 15:00 WIB.

Para peserta MOS saat itu di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Karena memang pada hari itu adalah hari terakhir acara MOS di sekolah Aqilla.

Senang. Bebas. Itu yang di rasakan oleh seluruh peserta MOS. Karena sudah tidak ada lagi perintah-perintah aneh yang di berikan oleh seniornya kepada mereka. Akhirnya mereka pun bisa berangkat ke sekolah dengan tenang, aman, dan nyaman.

Aqilla pun segera pulang ke rumah.

Aqilla sudah merasa cape dan sangat merasa di permalukan pada hari ini. Ingin sekali rasanya langsung pulang ke rumah, tetapi dia harus menunggu jemputan dari Ayahnya dahulu. Kata Ayahnya si sekarang Ayah sedang di jalan menuju ke sekolah Aqilla. Karena Ayahnya habis dari sekolahannya dahulu tadi untuk bekerja.

"Eh Aqilla. Belum pulang?" Tanya seseorang.

Ketika Aqilla menengok ke arah suara itu ternyata itu adalah suara Dika.

"Eh belum Dik, lagi nunggu jemputan."

"Ohh gitu, dimana emang rumahnya?"

"Di daerah Pondok Labu Dik, Jakarta Selatan."

"Ohh deket, rumah gua di Cilandak. Mau bareng aja?"

"Makasih Dik, tapi gua udah di jemput sama Ayah. Lagi di jalan dia katanya. Palingan bentar lagi juga sampai."

"Ohh gitu, yaudah kalau gitu gua duluan ya. Lu hati-hati nunggunya."

"Iya Dik. Makasih."

Dika pun langsung pergi meninggalkan Aqilla dengan menggunakan motor besarnya. Motor ninja berwarna hitam dengan plat nomor B 2271 ARS untuk pulang ke rumahnya.

Dan Aqilla ini masih tetap menunggu Ayahnya untuk menjemput dirinya di depan gerbang sekolah. Merasa haus karena menunggu Ayahnya di luar sekolah dengan matahari yang cukup terik, akhirnya Aqilla pergi untuk jajan beli es dekat dari sekolahnya. Di sana Aqilla menumpang duduk sebentar. Ketika sedang duduk sembari minum es yang berada di genggamannya, tiba-tiba Aqilla mengingat kejadian yang memalukan hari ini.

"Aduh, gua ga bisa lupain kejadian itu. Malu banget rasanya," ucap Aqilla di dalam hati.

-TBC-

avataravatar
Next chapter