webnovel

PROLOGUE 프로로그

Gramedia Merdeka Bookstore

Bandung~Indonesia~2024

Irna terlihat begitu kesulitan mengambil novel terbaru yang ingin ia beli. Sesekali ia terlihat berjinjit, bahkan berjingkrak. Kendatipun ia sudah memakai wedges yang lumayan tinggi, tapi tetap saja ia belum berhasil meraih novel terbaru karya penulis favoritnya. Irna begitu kesal. Ia mendengus sebal. Apakah dirinya memang begitu pendeknya? Atau memang rak itu yang begitu tinggi?

Irna belum putus asa. Meminta petugas toko buku untuk membantu mengambilkannya. Oh, tidak. Ini menyangkut harga dirinya. Dan ia sangat tak suka dengan cara itu. Cara yang membuatnya terlihat pendek. Walaupun memang itulah adanya.

Irna menjinjitkan kakinya kembali yang ber-wedges. Tangannya meraba-raba mencoba meraih novel itu yang berada di jajaran rak buku paling atas. Dan setelah ia baru saja hampir berhasil meraihnya, setelah beberapa kali usaha gagal yang telah ia lakukan, tiba-tiba saja sebuah tangan meraihnya terlebih dahulu. Santai nian. Tanpa permisi.

Menyadari itu, Irna mendengus sebal entah untuk berapa kalinya. Irna terdiam sejenak tanpa membalikkan badan. Menghela napas perlahan mencoba mencari ketenangan. Walau sebenarnya ia tengah menyiapkan beribu kata umpatan untuk orang yang tak tahu sopan santun itu.

"Anna, dari dulu kau masih tetap sama. Masih saja gengsi dengan hal seperti ini. Berhentilah berlaku kekanakan," ungkap seseorang itu dari balik tubuh Irna.

Irna mengernyit. Dan parahnya, tiba-tiba saja jantungnya berdetak tak beraturan.

"Anna?" batinnya.

"Hanya ada satu orang di dunia ini yang menyebutku dengan sebutan itu," lanjutnya lagi.

"Apalagi dengan bahasa dan aksen Koreanya yang kental. Mungkinkah ia ...?

Dan, ya, suara itu. Irna paham sekali dengan suara itu. Begitu akrab terdengar di telinganya. Walaupun sebenarnya ia bahkan tak pernah mendengar suara itu begitu lama.

Irna menggigit bibir bawahnya. Tidak! Ia tidak ingin bersua dengan sosok itu kembali. Walaupun sebenarnya, itu dusta.

Karena dangan bertemu dengan sosok itu kembali bisa saja meruntuhkan benteng pertahanannya yang belumlah kokoh. Dan itu berarti usahanya selama ini yang begitu sulit akan sia-sia saja. Dan jelas saja, ia tak rela. Kendatipun hanya sebatas satu butir pasir saja.

Tidak! Irna ingin sekali rasanya segera raib dari tempat ini sekarang juga. Berteleportasi dalam satu kedipan mata saja. Dan, ya, Irna sangat yakin sekarang, bahwa yang di balik punggungnya adalah sosok itu. Sosok yang mengungkung perasaannya lima tahun terakhir ini.

Irna menengguk ludahnya. Mencoba pasrah akan segalanya.

The past, clearly visible before her.

~See you on the next chapter~

Next chapter