1 01. Awal Mula

Gadis dengan rambut lurus sepunggung itu diam. Duduk bersandar dengan mata kosong memandang ke depan dimana jalanan yang lumayan ramai. Di sampingnya ada gadis mungil yang terus berceloteh tak jelas. Terkadang menggeram kesal atau menghentakkan kakinya sebal.

"Jadi gimana Be?"

"Hah?"

Namanya Bay Daisy, kerap disapa Sibe atau Sibay. Menoleh linglung begitu lengannya dipukul.

Menyorot bingung dengan mata bundar lugunya. Membuat si teman yang hampir kesal jadi menoleh karena tatapan Bay yang lucu. Nyatanya gadis itu memang lucu, terlepas dari otak nol besar atau bibir pedasnya jika bicara. Tubuh mungil yang serasi dengan wajah imut serta sikap yang terkadang kekanakan.

Seharusnya banyak lelaki yang jatuh cinta dengannya, tetapi justru banyak lelaki yang menyakiti. Lelaki yang datang hanya singgah atau menyembuhkan luka dengan egoisnya. Membuat gadis lucu itu menjadi keras hati dan semakin malas pada hal cinta cintaan.

"Apa sih nggak ngerti" sebal Bay. Kembali menatap depan dengan wajah datar. Mengabaikan teman perempuannya yang mendecih saja.

Mengatupkan bibir rapat walau sebenarnya merasa prihatin dengan kisah temannya itu.

Jadi begini,

"Rey, gue sama dia chat tiap hari"

"Gue baper"

"Tapi dia punya cewek"

"Gue pelampiasan, dia gamon"

"Ya gimana, siapa yang nggak baper kalau chat tiap hari"

"Cuma chat loh ya, betapa lemahnya hati perempuan"

Dia Ferra, pendek dan lucu dengan pipi gembulnya. Sayangnya sifatnya yang meledak ledak dan terlalu mengambil hati banyak hal sangat merepotkan. Contohnya kali ini. Gadis itu baper hanya karena chat setiap hari.

"Setahun gue gini"

Oh, beda. Ternyata mereka dekat satu tahun. Kira kira apa yang mereka perbincangkan sehingga selama satu tahun chat mengalir terus.

"Emang dia gimana? Gue mana ngerti gue baru berapa bulan disini" tak tahan, akhirnya Bay menanggapi. Walaupun tatapannya tetap lurus ke depan. Biar saja dibilang tidak sopan, nyatanya dia sudah malas sekali mendengarkan ocehan Ferra.

Tapi gadis itu diam. Sepertinya sudah kehabisan kata kata untuk menyumpah serapah lelaki bernama Rey itu.

"Ah, lupa. Minggu depan dia ultah, temenin nyari kado kuy" ajak Ferra semangat.

Bay mendecih. Sempat menatap sinis dengan beribu kata hina untuk sahabatnya.

avataravatar
Next chapter