6 What happened to me?

   "Saleta apa yang kau lakukan?". Ujar Yovano berdiri di hadapan Saleta, melihat Saleta yang telah kehilangan kesadarannya akibat bir yang mereka minum.

   "Hey Yovano, rupanya kau. Apa kau tahu? Kau sangat tampan. Tadinya aku mau bilang saat kita berada di dalam mobil, saat kau memujiku. Tapi aku malu memberitahumu. Haha!". Ujar Saleta

   "Saleta, jangan minum bir lagi, kau hampir kehilangan seluruh kesadaran mu!". Ujar Yovano memegang kedua bahu Saleta.

   "Hey, jangan mengaturku! Apa kau tahu? Setelah bertahun-tahun, hari ini baru aku bisa tertawa kembali seperti sebelumnya! Apa kau tahu? Kesedihan yang selalu kurasakan seketika semua telah hilang tertelan bersama bir yang ku minum ini! Haha!". Ujar Saleta memegang kedua bahu Yovano. Seakan dirinya sedang menceritakan segala yang telah ia pendam selama ini.

   "Apa yang sebenarnya terjadi Saleta?".

   "Kau tidak akan mengerti, bagaimana rasanya jadi aku. Hidup seorang diri, di tinggal pergi oleh Ayah dan Ibumu, menghidupi diri sendiri, mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain, sering kali di tindas oleh orang lain. Apa kau mengerti? Haha, TIDAK! Semua itu sangat sulit untuk ku rasakan. Hatiku sangat terbebani! Malam ini, rasanya semua beban itu hilang". Ucap Saleta melepaskan tangan Yovano dari bahunya.

   "Kau..". Ucap Yovano yang merasa sangat kasihan mendengar keluhan Saleta.

   "Aku? Ya, aku adalah seseorang yang sangat menyedihkan! Kau juga harus tahu, aku hanya memiliki satu orang yang paling ku percaya dan paling ku sayangi, yaitu Amrita. Dia adalah sahabatku sejak lama, hanya ia yang menemaniku di saat aku senang maupun sedih! Ta-tapi..". Ujar Saleta dengan mata yang berkaca-kaca.

   "...". Yovano tak mampu berbicara hanya mendengarkan ocehan dari Saleta.

   "Tapi kini Amrita ku entah kemana! Semua orang bilang bahwa ia baik-baik saja, tapi aku tidak pernah tahu keberadaannya, bagaimana keadaannya, sedang apa dirinya sekarang? Dia begitu kejam tidak memberitahu ku!". Ujar Saleta dengan nada tinggi dan ia menangis.

   "Tenanglah, ku yakin temanmu baik-baik saja". Ucap Yovano menggenggam kedua tangan Saleta.

   "Apa kau tau? Dia selalu ada melindungi ku! Dia selalu ada di sampingku! Beberapa minggu yang lalu, aku hampir kehilangan nyawaku. Dalam pikirku, Amrita datang untuk membantuku! Tapi? Tapi dia tidak di sana! Saat kejadian itu, sekelompok orang ingin melecehkan ku dengan sangat kejamnya. Aku kehilangan harap, karena tidak ada Amrita di sisiku. Melainkan seorang pria asing datang entah darimana telah menyelamatkanku, aku tidak bisa melihat jelas siapa pria itu karena aku kehilangan kesadaran ku! Dan buruknya, saat keesokan paginya, aku menemukan diriku yang telah terbaring di ranjang ku kemudian pakaianku telah di ganti dari yang sebelumnya aku kenakan, aku kehilangan waras ku berpikir yang buruk. Mungkin pria asing itu yang telah menggantikan pakaianku dan mungkin.. mu-mungkin pria itu...". Ujar Saleta kemudian menangis sangat kejar. Sontak Yovano langsung memeluk Saleta tanpa berpikir panjang.

   "Mu-mungkin pria itu telah merenggut kehidupanku dan masa depanku! Berhari-hari aku hampir kehilangan waras ku, sendirian. Tak ada Ayah dan Ibuku atau bahkan Amrita saat-saat menyedihkan itu!". Ujar Saleta.

Yovano semakin memeluk Saleta dengan erat.

   "Saleta, tenangkan dirimu. Tidak terjadi apapun pada dirimu, percayalah". Ucap Yovano menenangkan Saleta.

   "Bagaimana kau bisa seyakin itu? Kau tidak tau rasanya jadi aku! Bahkan aku tidak bisa mempercayai diriku sendiri!". Ujar Saleta.

   "Percayalah, aku menjamin hal itu. Dan mulai sekarang aku akan menggantikan posisi Amrita untuk menjagamu selagi Amrita belum kembali di sisimu. Aku akan ada dalam senang maupun sedih mu". Ucap Yovano.

   "Ti-tidak! Aku tidak butuh siapapun, aku mampu melindungi diriku sendiri. Jangan pedulikan aku! Lagipula, bukankah kau harus membalas budi pada Xiaozi? Jadi kumohon jauhi aku dan biarkan hari ini aku mabuk sepuas hatiku". Ujar Saleta melepaskan pelukan Yovano dan mendorong Yovano menjauhi dirinya.

   "Hey Saleta ini minuman mu". Ujar Xiaozi yang tiba-tiba datang membawa beberapa botol bir dari arah belakang Yovano.

   "Be-berikan padaku, aku mau lagi". Ujar Saleta mengambil botol bir yang di berikan oleh Xiaozi.

   "Eh, Yovano. Kau disini? Ayo kita minum bersama". Ujar Xiaozi.

   (Saleta, seribu kali kau menolak. Aku akan tetap menjagamu). Ucap Yovano dalam hati melihat ke arah Saleta yang sedang minum terus menerus.

Mereka pun minum bir bersama menghabiskan beberapa botol yang di bawa oleh Xiaozi. Semua para tamu dengan keadaan mabuk berdansa mengikuti alunan musik disco yang ada pada pesta itu. Saleta tetap duduk di bangku dekat meja bir dan ia tetap meminum bir terus menerus, Yovano juga mulai kehilangan kesadarannya dan menikmati pestanya.

   "Yovano, ayo berdansa denganku. Ku mohon turuti inginku di saat hari ulang tahunku ini". Ujar Xiaozi menggenggam lengan Yovano.

Yovano melihat ke arah Saleta yang sedang duduk dan asik pada birnya sendiri. Saat itu Xiaozi melihat mata Yovano yang terus memandangi Saleta.

   "Tenanglah, dia baik-baik saja. Lihat saja dia sangat senang pada birnya. Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apapun padanya asalkan kau menemaniku berdansa". Ujar Xiaozi. Kemudian Xiaozi pun menarik tangan Yovano menjauh dari Saleta dan berdansa bersama tamu-tamu yang lain.

Keadaan pesta pun semakin meriah saat Xiaozi memesan banyak bir lagi untuk para tamu, Yovano dan juga Saleta.

  ~~~

   Saleta telah dalam keadaan mabuk berat, hingga ia tidak kuat mengangkat kepalanya. Saleta merebahkan kepalanya di atas meja.

   "Hey nona, tidak baik bila kau tidur disini, aku akan mengantarkan mu ke kamar di rumah ini". Seseorang pria datang dengan tiba-tiba membawa Saleta pergi dari bangkunya.

   "Si-siapa kau?". Tanya Saleta perlahan membuka matanya, pandangannya telah rabun karena terlalu banyak alkohol yang ia minum. Seluruh tubuhnya lemas tak berdaya.

   "Percayalah, aku hanya ingin membantumu". Ujar pria itu. Kemudian pria itu segera membawa Saleta pergi memasuki rumah Xiaozi.

   Saletapun tak mampu berjalan dengan tegak, hanya mampu bertopang pada pria itu. Mereka berjalan dengan perlahan menaiki anak tangga menuju ruangan lantai dua rumah Xiaozi.

Saleta benar-benar telah kehilangan kesadarannya, tak mampu berbuat apa-apa dan tak mampu membawa badannya sendiri.

   Pria itu perlahan membuka pintu sebuah kamar dan membantu Saleta masuk ke dalam kamar itu. Kemudian, Saleta di lempar ke atas kasur pada kamar itu. Lalu, pria itu mengunci pintu kamar. Sontak Saleta merasa terkejut, namun ia tak kuat berbuat apa-apa.

   "Me-mengapa kau mengunci pintunya? Dan me-mengapa kau tidak meninggalkan ku sendiri?". Ujar Saleta perlahan membuka mata dengan keadaan mabuk.

   "Tenanglah, aku hanya ingin menemanimu". Ucap pria itu melangkah perlahan ke arah Saleta sambil membuka kancing kemeja yang ia kenakan.

   "To-tolong tinggalkan aku! Ja-jangan menyentuhku!". Teriak Saleta berusaha menyadarkan diri dari mabuknya itu.

Seolah pria itu memanfaatkan keadaan lemah Saleta dan tidak menghiraukan ucapan Saleta, pria itu melepaskan kemejanya dan duduk di samping tubuh Saleta yang berada di atas ranjang.

   "To-tolong lepaskan aku!". Ujar Saleta berteriak.

   "Tenanglah, ku berikan kenikmatan untukmu". Ujar pria itu, pria itupun langsung menggenggam kedua pergelangan tangan Saleta dan menibani tubuh Saleta yang lemah itu. Pria itu menciumi seluruh leher Saleta.

   "TO-TOLONG!!!!!!!". Teriak Saleta dan memberikan perlawanan pada pria itu. Sayangnya mungkin suara teriakan Saleta tidak mungkin di dengar oleh siapapun karena tersaru oleh suara kerasnya musik.

~~~

   Yovano yang sedang berdansa dengan Xiaozi seakan seperti mendengar jeritan Saleta dalam hatinya, sontak Yovano langsung melepaskan kedua tangan Xiaozi yang merangkul lehernya.

   "Ada apa Yovano? Teruslah berdansa denganku". Ujar Xiaozi, Xiaozi pun kembali merangkul kan kedua tangannya pada leher Yovano.

   "Aku akan melihat Saleta sebentar". Ucap Yovano melepaskan kembali rangkulan tangan Xiaozi. Yovano pun meninggalkan Xiaozi untuk melihat Saleta yang terakhir ia lihat Saleta sedang duduk di kusi.

   (Kau terlambat Yovano!). Ucap Xiaozi dalam hati dengan senyum yang sangat jahat.

Xiaozi pun lanjut berdansa dengan Gaby dan para tamu pria lainnya.

   Sementara itu Yovano melihat Saleta tidak ada di bangkunya, Yovano merasa sangat khawatir. Ia melihat keseluruh tamu yang sedang berdansa berharap ia menemukan Saleta. Sayangnya ia tak menemukan Saleta di antara salah satu para tamu yang sedang berdansa itu. Namun, ia tetap berusaha mencari Saleta. Tetap saja ia tidak menemukan Saleta di antara seluruh tamu yang ada di pesta itu. Akhirnya Yovano kembali ke tempat dimana Xiaozi berdansa.

   "Dimana Saleta?". Tanya Yovano mencengkram kedua bahu Xiaozi.

   "Hey, kasar sekali kau! Lepaskan!". Ujar Xiaozi melepaskan cengkraman tangan Yovano, ia juga tak menghiraukan pertanyaan Yovano dan malah melanjutkan dansanya.

   "Xiaozi! Dimana Saleta?!". Tanya Yovano dengan nada yang sangat tinggi.

   "Kenapa kau mencarinya? Lebih baik kita berdansa, mengikuti alunan musik dan menikmati reaksi alkohol yang telah kita minum". Ujar Xiaozi, ia pun mengalungkan kedua tangannya pada leher Yovano.

Sontak Yovano melepaskan tangan Xiaozi secara paksa.

   "Terakhir aku bertanya, dimana Saleta?". Ujar Yovano dengan raut wajah yang benar-benar marah.

   "Untuk apa kau pedulikan dia? Apa dia peduli padamu? Apa kau tau?! Mungkin sekarang ia sedang menikmati sentuhan dari para pria asing di salah satu kamar yang ada di rumahku. Hahaha". Ujar Xiaozi tertawa dan memeluk erat tubuh Yovano.

   "Dasar wanita keparat!". Bentakan Yovano dengan sangat kasar dan melepaskan pelukan Xiaozi dengan cara paksa.

   "Apa bagusnya dari perempuan bajingan itu? Lebih baik kau pedulikan ku dari pada dirinya!". Ujar Xiaozi dengan nada tinggi di hadapan Yovano.

Yovano tak menghiraukan segala ucapan Xiaozi, ia pun langsung berlari meninggalkan Xiaozi menuju ke dalam rumah Xiaozi untuk mencari Saleta.

   "Hey Yovano! Ku beritahu padamu! Percuma kau mencarinya! Kau sudah terlambat! Mungkin sekarang ia sudah di nikmati oleh pria asing!". Teriakan Xiaozi dari arah belakang Yovano, para tamu pun melihat ke arah Yovano. Seketika langkah kaki Yovano berhenti mendengar teriakan Xiaozi dan tak menghiraukan ucapannya, ia pun langsung berlari memasuki rumah Xiaozi yang sangat besar seperti istana itu.

   Yovano dengan keadaan mabuk berusaha mencari Saleta memeriksa satu persatu kamar yang ada di dalam rumah Xiaozi pada lantai satu. Namun, ia tak menemukan Saleta berada di sana. Yovano merasa sangat kesulitan mencari Saleta dengan keadaan mabuk dan besarnya rumah Xiaozi yang terdapat banyak sekali kamar.

   "Mengapa? Mengapa aku sebodoh ini?!". Ujarnya membentak diri sendiri. Yovano pun diam menutup mata dan berpikir dalam hati, tangannya bersandar pada dinding tangga menopang tubuhnya yang tak terkendali akibat pengaruh alkohol.

   "Saleta! Dimana kau?!". Teriaknya dalam hati. Entah perasaan apa yang di miliki oleh Yovano, seketika pikiran dan hatinya melihat kejadian yang menimpa Saleta dan menuntun arah untuk menemukan Saleta.

Yovano membuka matanya, seluruh wajah dan tubuhnya berkeringat. Ia segera menaiki anak tangga dan menelurusi arah yang di tunjukan oleh pikiran dan hatinya.

   Yovano kesulitan menegakkan tubuhnya dengan keadaan yang mabuk. Namun, ia tetap berusaha dengan cepat untuk mencari Saleta dan menyelamatkannya walaupun ia harus terjatuh-jatuh dalam setiap langkahnya.

Setelah ia mengikuti arah yang di tuntun oleh pikiran dan hatinya, kini ia berada tepat di depan pintu sebuah kamar yang di tunjukan oleh hati dan pikirannya. Yovano berusaha membuka pintu itu, namun sayangnya pintu itu terkunci.

   "Saleta? Apa kau di dalam sana?". Teriak Yovano dari luar kamar.

   (To-tolong). Suara teriakan seseorang meminta pertolongan dari dalam kamar itu.

Tanpa berpikir panjang Yovano mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga pada bahunya. Dobrakan pertama tak mampu membantunya membuka pintu itu, dobrakan kedua pintu itu hampir terbuka. Yovano hampir kehilangan seluruh tenaganya, ia pun mengumpulkan seluruh tenaganya dan memaksakan diri mendobrak pintu itu ketiga kalinya. Kemudian, pintu itu berhasil terbuka.

   "Saleta!". Teriak Yovano terkejut melihat keadaan dalam kamar itu.

   "To-tolong aku, di-dia mencekikku dan ingin membunuhku!".

Yovano masuk ke dalam kamar itu menarik tangan kiri Saleta. Yovano menegakkan badannya yang tinggi. Lalu, menyentuh dan menekan bahu Saleta.

   "Saleta, lepaskan pria ini dan pulanglah bersamaku". Ujar Yovano yang berada di belakang Saleta.

   Saleta memalingkan pandangannya ke belakang melihat Yovano. Diri Saleta terlihat sangatlah aneh, rambutnya terurai berhembusan angin, matanya mengeluarkan cahaya yang sangat menakutkan, bahkan dari punggung Saleta mengeluarkan sayap putih, kakinya melayang tak menapak pada lantai, seluruh wajahnya di penuhi simbol hitam seperti pada tangannya. Seluruh badannya bercahaya, gaun yang ia kenakan berubah menjadi gaun yang sangat indah, bekas luka pada tangan kanannya memancarkan cahaya berwarna merah. Telapak tangan kanannya mencekik leher pria asing itu hingga pria itu hampir kehabisan nafas dan meninggalkan luka dan memar yang cukup parah pada leher pria asing itu, tubuh pria itu d iangkat melayang dan di benturkan menghimpit dinding hampir menyentuh langit-langit kamar.

   "Lepaskan pria itu Saleta". Ujar Yovano yang melihat mata Saleta penuh dengan kebencian.

   "Tolong a-aku t-tuan, a-ku h-hampir ke-kehabisan na-nafas". Ujar pria yang di cekik oleh Saleta. Yovano melihat ke arah pria itu yang benar-benar hampir kehabisan nafas.

   "Saleta, lepaskanlah. Aku telah menemukanmu, kau sudah aman bersamaku. Tenanglah". Ujar Yovano yang menekan bahu Saleta dengan kuat.

Mendengar ucapan Yovano, Saleta pun melepaskan cekikkannya pada pria asing itu. Pria asing itu terjatuh ke lantai.

   "Te-terimakasih tuan. Dia adalah wanita iblis!". Teriak pria asing itu kemudian berlari ketakutan meninggalkan Yovano dan Saleta keluar dari kamar itu.

   Cahaya yang terpancar pada seluruh tubuh Saleta perlahan memudar, sayap yang ada di punggungnya perlahan menghilang seperti di tarik ke dalam tubuh oleh punggungnya, seluruh simbol hitam yang menyelimuti tubuh dan wajahnya perlahan menghilang, cahaya merah yang terpancar pada bekas luka di tangannya perlahan juga memudar dan menghilang, cahaya biru terang pada matanya pun perlahan berubah menjadi warna mata Saleta yang aslinya. Perlahan Saleta menurunkan kakinya agar menapak pada lantai, gaun yang Yovano lihat berubah menjadi gaun yang Saleta kenakan dari rumah saat ingin pergi berpesta.

   "Pegang erat tanganku Saleta, kau sudah aman bersama denganku". Ujar Yovano perlahan memutarkan tubuh Saleta agar menghadap padanya dan ia menarik tangan Saleta agar turun menapak lantai. Saletapun jatuh ke pelukan Yovano yang juga terjatuh keadaan duduk pada lantai.

   "Yo-yovano". Suara lemah Saleta melihat Yovano.

Yovano memeluk erat Saleta yang terlihat sangat lemah.

   "Kau aman bersamaku Saleta, aku telah menemukanmu. Kita akan kembali bersama-sama pada kehidupan yang seharusnya". Ujar Yovano memeluk erat Saleta.

   Saleta merasa dirinya telah aman bersama Yovano dan karena merasa sangat lemah pada dirinya, dalam hitungan detik Saleta kehilangan kesadarannya. Yovano melihat ke arah wajah Saleta yang pingsan, ia pun berusaha menyadarkan Saleta. Namun, Saleta tak kunjung sadar. Akhirnya Yovano membawa Saleta keluar dari kamar itu dengan menggendong Saleta dengan kedua tangannya, secara perlahan-lahan Yovano melangkahkan kakinya dengan kepala Saleta bersandar di dadanya dan di gendong kedua tangannya.

   Yovano perlahan melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dan segera keluar dari rumah Xiaozi. Wajah tampannya memucat, keringatnya berkucuran dari kepala jatuh melalui dagu, leher dan dadanya pun di banjiri keringat. Perlahan ia keluar dari pintu rumah Xiaozi berjalan melewati hadapan Xiaozi dan para tamu undangan yang berada di pesta ulang tahun Xiaozi. Saat ia melewati mereka, mereka memberikan pandangan sangat aneh pada Yovano, Yovano melihat ke arah Saleta yang tak sadarkan diri pada pelukannya.

   "Wanita itu adalah wanita iblis! Dia melayang, ma-matanya mengeluarkan cahaya biru yang sangat menyilaukan mata, wa-wanita itu juga mencekikku hingga meninggalkan bekas lupa parah ini di leherku!". Ujar pria asing yang ada di dalam kamar tadi.

Seluruh tamu melihat kearah pria yang berbicara itu, lalu memalingkan pandangan aneh kepada Yovano dan Saleta.

Yovano sama sekali tak menghiraukan segala ocehan pria itu dan juga pandangan seluruh tamu, perlahan ia melanjutkan langkahnya melewati para tamu menuju mobilnya yang terparkir.

   "Yovano, apa yang sebenarnya terjadi?". Tanya Xiaozi dengan rasa takut dan penasaran.

   "Bukankah pria itu sudah menjelaskan? Mulai detik ini siapapun yang ingin mencelakai Saleta akan bernasib sama sepertinya!". Ujar Yovano dengan tatapan sinis. Yovano pun terus melangkahkan kakinya tanpa henti meninggalkan Xiaozi, para tamu dan juga rumah Xiaozi itu menuju mobilnya yang terparkir.

   Yovano telah sampai pada mobilnya yang terparkir, ia segera memasukan Saleta ke dalam kursi penumpang di samping kursi kemudi, kemudian ia menutup pintu kursi penumpang dan berlari mengitari kap depan mobil dan masuk ke dalam kursi kemudi lalu menutup pintu mobilnya. Sebelum menyalakan mesin mobilnya, ia bersandar pada kursi kemudi memulihkan tenaganya dan mengambil sebotol air mineral yang ada di dalam mobilnya, kemudian ia meminumnya sampai habis.

   Dengan nafas yang terengah-engah, setelah minum air mineral. Yovano berdiam diri memulihkan tenaganya, menyandarkan kepalanya agar efek alkohol dari bir yang ia minum tadi menghilang. Kala itu ia mengarahkan kepalanya menatap Saleta yang masih tidak sadarkan diri di sampingnya, dengan spontanitas ia melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuh Saleta dengan jasnya.

   "Saleta, semoga kau cepat sadarkan diri dan pulih kembali". Ujar Yovano saat menyelimuti Saleta dengan jasnya.

   Saat ia hendak membuka kancing lengan kemejanya merasa sangat gerah karena seluruh tubuhnya dibanjiri oleh keringat, ternyata pada kedua lengan Yovano terdapat bekas luka yang sangat mirip pada bekas luka yang di miliki oleh Saleta. Tak lama kemudian Yovano pun menyalakan mesin mobilnya dan segera mengemudikan mobilnya membawa Saleta meninggalkan tempat itu.

***

   Keesokan paginya saat Saleta membuka matanya dan terbangun dari tidurnya, ia mengangkat kepalanya dan menyandarkan bahunya pada pembatas kasur di atas kepala. Saleta merasa jika kepalanya sangat pusing akibat bir yang telah ia minum semalam, ia memukul-mukul kepalanya agar segera tersadar. Ketika ingatannya mulai tersadarkan, ia membuka kedua matanya melihat sekitar ruangan kamar, ia pun merasa terkejut melihat keberadaannya saat ini.

   "Di-dimana aku?". Ujar Saleta terkejut.

   "Kau sudah sadar? Baguslah.". Ujar Yovano perlahan masuk kedalam kamar itu dengan membawa nampan yang berisikan sarapan.

   "Di-dimana aku?".

   "Dirumahku, kau pingsan sepanjang malam".

   "Bagaimana aku bisa ada di rumahmu? Mengapa aku pingsan? dan apa yang kau lakukan kepadaku?".

   "Apa kau sudah kelihangan akal? Cepatlah makan sarapanmu, setelah itu bersihkan seluruh badanmu dan ganti pakaianmu, bau alkohol itu menempel pekat pada pakaianmu". Ujar Yovano meletakan nampan itu pada meja di samping ranjang yang di tiduri oleh Saleta. Yovano memalingkan wajahnya menatap Saleta.

   "A-apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan padaku?". Ujar Saleta memberikan rasa curiga dan menutupi dadanya dengan kedua lengannya merasa takut pada Yovano dan memikirkan hal buruk yang telah terjadi.

   "Aku tidak menyentuhmu, tenanglah!".

   "...". Saleta menatap Yovano dan perlahan menurunkan kedua lengannya yang menutupi dadanya mempercayai yang di katakan Yovano.

   "Minumlah dan makanlah sarapanmu ini". Ujar Yovano memberikan Saleta segelas susu.

Saleta mengambil gelas yang di berikan oleh Yovano dan meminumnya dengan rasa canggung.

   "Apa kau tidak ingat apa yang terjadi saat berada di pesta ulang tahun Xiaozi semalam?". Tanya Yovano.

Saleta perlahan menurunkan gelas yang menempel pada bibirnya dan menggelengkan kepala menatap Yovano.

   "Bagaimana mungkin kau tidak ingat?".

   "A-aku hanya mengingat kita berpesta di sana. Kemudian aku meminum bir. Lalu..". Ucap Saleta, ia berusaha mengingat apa yang terjadi. Saleta meletakan gelas pada meja dan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing.

   "Tak apa Saleta, jangan memaksakan dirimu". Ujar Yovano. Lalu, Yovano membantu Saleta untuk berbaring kembali pada ranjang.

   "Setelah kau merasa baikan segeralah untuk sarapan, agar tenagamu kembali pulih". Ujar Yovano.

Yovano pun meninggalkan kamar itu dan meninggalkan Saleta.

Yovano perlahan keluar dari pintu kamar itu dan menutup pintunya.

   "Mungkin belum saatnya". Ujar Yovano dari luar kamar.

***

   Pada malam harinya Yovano mengantarkan Saleta pulang ke rumah. Saleta masuk ke dalam rumah dan duduk pada sofa menyandarkan bahunya, lehernya masih terasa sangat pegal dan kepalanya masih terasa sangat pusing akibat pengaruh Alkohol saat berpesta. Saleta merebahkan kepalanya pada sandaran sofa memandang langit-langit. Tiba-tiba pikiran Saleta seakan seperti mengulang kejadian saat ia berpesta pada ulang tahun Xiaozi kemarin malam.

   Saleta sambil menutup matanya, wajahnya mulai memucat dan berkeringat, dahinya berkerut, dengan refleks kepalanya menggeleng secara perlahan. Perlahan ia melihat sedikit demi sedikit kejadian itu, nafas Saleta mulai terengah-engah, dadanya terasa sesak, telapak tangannya mencengkram sofa dengan sangat kuat hingga urat-urat pada tangannya menonjol. Ia segera membuka matanya terkejut dengan kejadian yang telah di gambarkan dalam pikirannya.

   "Ti-tidak mungkin!". Teriaknya dengan sangat keras.

Saleta segera melihat pada telapak tangannya yang terdapat bekas luka. Saat Saleta memeriksa telapak tangan kanannya, rupanya bekas luka itu mengecil dan meninggalkan gambar jelas pada telapak tangannya. Saleta mendapatkan sebuah simbol hitam seperti bulan sabit pada telapak tangannya pada bekas luka itu.

   "Mengapa bekas luka itu menghilang? Mengapa garis-garis hitam pada telapak tanganku menghilang?". Ujarnya merasa sangat bingung. Ia pun membalikkan telapak tangannya berkali-kali untuk melihat jelas dan memastikannya.

   "Apa yang terjadi pada diriku? Siapa diriku? Mengapa aku bisa melukai orang itu?". Tanyanya pada diri sendiri dengan rasa yang sangat bingung.

....

(To be Continue)

    

avataravatar
Next chapter