7 Tell me who i am

Keesokan paginya Saleta datang ke kampusnya, berjalan melalui koridor menuju kelasnya.

Saleta merasa sangat bingung, seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang ia temui di sepanjang jalan dari gerbang kampus sampai koridor memberikan tatapan asing kepada dirinya.

Semua orang menghindarinya dan memberikan reaksi rasa takut pada Saleta.

Ia mempercepat langkah kakinya menuju kelas menghindari seluruh tatapan asing yang dipanah kan padanya.

Ketika ia hendak memasuki kelas, secara tiba-tiba semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada di dalam kelas keluar bersamaan saat melihat Saleta masuk dan duduk di kursinya, Saleta memandang canggung pada seluruh teman-teman sekelasnya, dengan tubuh terasa lesu dan pikiran tidak karuan.

Saleta melepaskan tas berisi buku-buku pelajaran yang ia bawa. Hatinya merasa sangat hancur melihat semua orang menghindarinya.

"Hey, apa yang kalian lakukan di luar kelas? Pelajaran akan segera dimulai!".

Terdengar suara Dosen Jace dari luar kelas berbicara pada semua mahasiswa dan mahasiswi kelasnya.

"Pak Dosen, kita tidak mau berada di kelas yang sama dengan iblis itu!". Ujar salah satu mahasiswa kepada Dosen Jace.

"Benar Pak, kami tidak ingin di bunuh oleh iblis itu". Ujar mahasiswi kelas itu.

"Benar Pak! Keluarkan dia dari kampus kami pak!". Ujar seluruh mahasiswa dan mahasiswi lainnya.

Saleta mendengar semua percakapan mereka di luar kelas, seketika Saleta menitikkan air mata pada kedua matanya mendengar pembicaraan pedas tentang dirinya.

"Jika dia belum di keluarkan dari kampus ini, kami seluruh mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini sepakat untuk meninggalkan kampus ini!". Ujar salah satu mahasiswi Senior yang ternyata adalah Xiaozi.

Saleta semakin merasa sedih dan kacau dalam hatinya melihat seluruh orang-orang mengharapkan kepergiannya.

"Kalian tidak bisa bertindak seenak kalian..". Ujar Dosen Jace

Tiba-tiba Saleta berdiri membawa tasnya, matanya mengalir deras air mata. Saleta berlari keluar pintu, kemudian berhenti tepat di depan hadapan Dosen Jace.

"Saleta, jangan dengarkan mereka". Ujar Dosen Jace menghentikan langkah Saleta.

Saleta menatap sedih kepada Dosen Jace, kemudian ia bergegas berlari di tengah kerumunan mahasiswa dan mahasiswi.

Kala itu seluruh mahasiswa dan mahasiswi dengan bersamaan menghindarinya. Saleta terus berlari dengan sangat kencang melewati koridor dan keluar dari kampus itu.

Langkah kakinya terhenti saat dering ponselnya berbunyi. Dengan derai air mata ia membuka ponselnya dan melihat ternyata ada sebuah video di kirim pada forum kampus yang ternyata adalah video dirinya saat mencekik pria asing yang ingin melecehkannya di pesta ulang tahun Xiaozi.

"A-apa ini aku? Aku terlihat seperti iblis?". Ujarnya terkejut saat menonton video yang beredar pada forum kampus.

Saleta mematikan ponselnya dan berlari sekencang-kencangnya meninggalkan kampus itu.

***

"Yovano, temukan Saleta". Ujar Dosen Jace bicara pada Yovano di dalam ruangannya.

"Baiklah, urus video yang beredar itu dan berikan penjelasan yang masuk akal pada seluruh orang-orang di kampus agar tidak ada yang tahu tentang Saleta". Ujar Yovano.

Yovano pun pergi meninggalkan ruangan Dosen Jace dengan sangat cepat untuk mencari Saleta.

Saat Yovano keluar dari gerbang kampus, ponsel Yovano berdering berkali-kali memberitahu ada panggilan masuk. Kemudian, ia menjawab panggilan itu.

(Yovano, identitasnya telah di ketahui!). Suara seseorang dari ponsel Yovano.

Yovano menutup teleponnya.

"Saleta dimana kau?!". Ujarnya.

Yovano menutup matanya dan membiarkan pikirannya yang menuntun ia menemukan Saleta seperti sebelumnya. Tak lama kemudian, pikirannya pun memberikan jawaban.

Yovano segera berlari pada arah yang di tunjukan oleh pikirannya.

~~~

"Si-siapa kalian?". Ujar Saleta yang sedang di hadang oleh sekelompok preman.

"Mengapa kau bersedih nona?". Tanya salah satu dari preman itu.

"Kami akan mengubah tangisanmu menjadi jeritan kenikmatan". Ujar bos dari preman itu.

Saat itu Saleta berlari dari kampus dan setelah menjauh dari sekitar kampus, ia melalui gang sepi dan terpencil. Karena merasa kacau pada dirinya ia tidak menyadari kemana langkah kakinya membawa dia saat ini.

Naas ia harus bertemu dengan sekelompok preman yang terdiri dari 6 orang pada gang sempit dan sepi itu. Tak ada jalan melarikan diri bagi Saleta karena gang itu adalah gang buntu, tak ada penduduk di sana, bahkan mungkin jika ia berteriak pun tak akan ada yang mendengarnya. Seluruh rumah di gang sempit itu adalah rumah kosong tua yang tidak di huni oleh siapapun.

Preman-preman itu melangkah mendekati Saleta, Saleta perlahan melangkah mundur ke belakang hingga tak sadar membuat dirinya semakin terpojok. Seluruh tubuh Saleta gemetar dan berkeringat pada situasi yang sangat buruk ini. Seperti tak ada lagi harapan, hanya mampu meneteskan air mata dan berharap ada jalan keluar baginya yang juga dalam keadaan kacau ini.

Para preman itu melepaskan ikat pinggang mereka dan melilitkan pada lengan mereka, gelagat mereka seperti akan mencambuk Saleta dengan kejam.

"Jangan mendekat!". Ujar Saleta.

Preman-preman itu tak menghiraukan ucapan Saleta. Lalu, mereka mengepung Saleta dari segala arah hingga tak ada celah untuk Saleta kabur. Saleta berada di tengah-tengah mereka dengan rasa ketakutan yang luar biasa.

"Kami akan mendekatimu!".

"Ku bilang jangan mendekat dasar kalian para bajingan!". Ujar Saleta dengan lantang.

Preman-preman itu merasa sangat marah pada Saleta, hingga salah satu dari mereka yang berdiri di belakang Saleta melepaskan cambukan pada punggu Saleta menggunakan ikat pinggang sampai Saleta terjatuh bertekuk lutut.

Saat Saleta terjatuh, ia menundukan kepala dan menangis tanpa suara menahan rasa sakit dari cambukan preman yang ada di belakangnya.

Preman itu mencambuk lagi punggung Saleta, hingga Saleta merasakan yang amat sakit pada punggungnya.

Kemudian, para preman lainnya melepaskan baju mereka secara bersamaan. Saleta hanya tertunduk diam dan meneteskan air mata menahan rasa sakit.

"Memang apa akibatnya jika kami mendekatimu?". Ujar salah satu preman.

"Apa kau akan membunuh kami?". Ujar dari preman lainnya.

Tiba-tiba dari punggung dan tepalak tangan kanan Saleta mengeluarkan cahaya merah yang bersinar, cahaya itu dengan cepat menutupi seluruh tubuh Saleta. Semua preman itu heran melihatnya, pandangan mereka merasakan silau akibat dari cahaya yang terpancar menyelimuti tubuh Saleta, hingga mereka menghalangi pancaran cahaya itu dengan lengan agar menutupi mata mereka.

"A-apa yang terjadi pada wanita ini?". Ujar Salah satu preman itu.

Tubuh Saleta perlahan berdiri melayang di udara, rambutnya terurai melayang-layang tersapu oleh udara, di atas kepalanya terdapat sebuah mahkota yang bersinar, matanya memancarkan cahaya biru terang, pakaiannya berubah menjadi sebuah gaun berenda yang sangat indah, punggung Saleta mengeluarkan sayap, seluruh tangan Saleta mengeluarkan garis simbol hitam yang menjalar seperti pada bekas lukanya. Wujud Saleta berubah seperti saat kejadian waktu di pesta Xiaozi pada malam itu.

"S-siapakah wanita ini?". Ujar salah satu preman itu.

"Bos, bagaimana ini?". Tanya dari salah satu preman itu kepada bos preman itu.

Bos dari preman itu hanya diam dan tersenyum melihat wujud Saleta. Tanpa rasa takut ia melangkah lebih dekat pada Saleta.

"TANGKAP DIA!". Ujar Bos preman itu.

Seluruh preman itupun mendekati Saleta dan berusaha menarik Saleta bahkan mencambuki Saleta menggunakan ikat pinggang mereka.

Salah satu dari mereka berhasil melilitkan ikat pinggang pada lengan Saleta. Saleta melihat ke arah preman yang mengikatnya dengan tatapan yang sangat marah, ia pun malah menarik ikat pinggang itu hingga preman yang mengikatnya terangkat melayang.

Kemudian Saleta melemparkan preman itu pada dinding dengan benturan yang sangat kuat.

Saleta memalingkan pandangan yang sangat tajam pada preman-preman lainnya, seluruh anak buah dari Bos preman itu ketakutan. Namun, Bos dari preman itu tetap memaksakan para anak buahnya agar menangkap Saleta.

Satu persatu preman itu di lemparkan membentur dinding hingga terluka parah. Hanya Bos preman itu yang tersisa.

"Kekuatanmu lebih kuat dari yang ku bayangkan, aku akan menangkapmu!". Ujar Bos preman itu.

Bos preman itu mengeluarkan sebuah pedang yang terlihat sangat tajam.

Bos preman itu berlari ke arah Saleta dengan menodongkan pedang. Yovano muncul dan berlari dari belakang Bos preman itu membawa sebuah pisau kecil menyerang Bos preman itu dari belakang.

Yovano menusukkan pisau yang ia bawa pada punggung Bos preman itu, Bos preman itu terhenti dan terjatuh bertekuk lutut. Ia mengeluarkan darah dari mulutnya. Yovano berlari kehadapan Bos preman itu dan berdiri di depan Saleta.

"Pisau beracunmu tak mampu membunuhku". Ujar Bos preman itu tertawa dengan mulut berlumuran darah.

Lalu mencabut pisau yang di tusukan oleh Yovano pada punggungnya.

"Kau akan musnah!". Ujar Yovano dengan senyuman.

Bos preman itu menatap tajam ke arah Yovano dan berjalan perlahan mendekati Yovano.

Beberapa detik kemudian saat Bos preman itu melangkah, pisau yang di tusukan oleh Yovano memberikan reaksi pada Bos preman itu hingga Bos preman itu berteriak merasakan sakit. Yovano menatap tajam reaksi yang di rasakan Bos preman itu hingga terjatuh dan tak lagi bernyawa. Entah racun apa yang ada pada pisau yang di tusuk oleh Yovano pada punggung Bos preman itu hingga membuat Bos preman itu kehilangan nyawa.

Di belakang Yovano, Saleta perlahan turun menapakkan kakinya pada bumi dan wujudnya berubah lagi seperti semula. Pada saat perubahan Saleta, Yovano memalingkan badannya menghadap Saleta dan segera memasang badan untuk menangkap Saleta.

Saleta pun jatuh pada pelukan Yovano seperti sebelumnya.

"A-apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?". Ujar Saleta lemah di pelukan Yovano.

"Aku akan memulihkan tenagamu". Ujar Yovano.

Yovano menyentuh punggung Saleta dengan telapak tangannya.

"Aaaaaaaaaaaah...". Saleta berteriak merasa punggungnya seperti terbakar saat Yovano menyentuhnya.

"Bertahanlah sebentar lagi Saleta". Ujar Yovano melihat Saleta yang merasakan kesakitan.

Kala itu Saleta terus menjerit kesakitan dan tak berhenti berteriak hingga menangis, ia merasa punggungnya seperti di bakar oleh Yovano, ia merasa seperti arus listrik masuk dan mengalir dalam aliran darah pada tubuhnya. Entah cara apa yang di gunakan Yovano untuk memulihkan Saleta dan juga menenangkannya.

(Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

Siapakah aku sebenarnya, hingga aku bukan seperti manusia melainkan seperti iblis di saat aku kehilangan kendali pada diriku belakangan ini?

Saat aku berada pada diriku yang lain, aku melihat diriku ada di dalam diriku sendiri. Tapi, mengapa sulit bagiku untuk kendalikan diriku sendiri?). Ujar dalam benak Saleta.

(Aku melihat orang-orang di hadapanku saat itu. Namun, rasanya diriku yang lain memiliki niat untuk membunuh orang-orang yang ingin bermaksud jahat padaku. Aku tak bisa menahan diriku pada niatnya itu! Mengapa? Apa yang terjadi pada diriku?).

(Dan siapakah Yovano sebenarnya? Mengapa ia tidak terkejut melihat diriku seperti iblis dan mengapa di saat diriku ada pada situasi itu ia selalu ada di dekatku?

Dengan sekejap rasanya diriku yang lain perlahan terkendali saat Yovano mengatakan sesuatu. Apa yang terjadi pada semua ini?). Ujar Saleta di dalam benaknya yang penuh dengan pertanyaan dan rasa kebingungan.

Beberapa menit kemudian jeritan Saleta perlahan berhenti dan rasa terbakar pada punggungnya perlahan mereda.

"Yo-yovano, a-apa k-kau t-tau a-apa y-yang ter-terjadi p-pada d-diriku?". Ujar Saleta pada Yovano dengan suara terbata-bata melemah.

"Tenanglah Saleta, istirahatlah sejenak. Setelah ini akan ku jelaskan semua padamu tentang semua ini, siapa kau, siapa aku. Apa yang terjadi padamu dan mengapa aku datang di kota ini". Ujar Yovano.

Perlahan mata Saleta tertutup dan kehilangan kesadarannya.

Matahari mulai tenggelam, hari perlahan berganti malam. Yovano menggendong Saleta yang tidak sadarkan diri berjalan keluar dari gang itu dan membawa Saleta pulang ke rumahnya.

***

Mereka sampai di rumah Saleta. Yovano merebahkan Saleta di sofa dan memanaskan air di dapur untuk membersihkan tubuh Saleta yang terdapat beberapa luka pada lengan dan kaki..

Yovano membawa air hangat yang di taruh dalam mangkuk ke hadapan Saleta, ia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan mencelupkannya pada air hangat itu. Kemudian, ia memerasnya dan membersihkan luka-luka pada lengan Saleta.

"Yo-yovano..". Ucap Saleta perlahan tersadar dari pingsannya.

Saat itu Yovano membersihkan luka di lengan Saleta.

"Saleta, syukurlah kau sudah tersadar". Ujar Yovano.

Saleta bangun perlahan dan duduk di sofa berhadapan dengan Yovano.

"Pelan-pelan Saleta, kondisi tubuhmu melemah saat ini". Ujar Yovano.

"Aku baik-baik saja".

"Sandarkanlah tubuhmu pada sofa".

Ujar Yovano membantu Saleta bersandar perlahan.

Saleta bersandar, menghela nafas dan merasakan sakit pada seluruh tubuhnya karena terluka.

Yovano membantu mengobati luka Saleta.

"Yovano".

"Hmm?".

"Jelaskan padaku semuanya, apa yang terjadi, situasi apa yang sebenarnya ku alami dan siapakah aku ini?". Ucap Saleta dengan wajah menunduk.

"Huhh.". Yovano menghentikan tangannya yang terdapat sapu tangan dan sedang membersihkan luka pada lengan Saleta.

Yovano menghela nafas dan mengangkat dagunya menatap Saleta.

"Apakah mereka benar bahwa aku adalah iblis?!". Tanya Saleta dengan ekspresi bingung.

"Bukan". Ucap Yovano.

"Lalu? Beritahu siapa aku?!". Ujar Saleta dengan menatap wajah Yovano yang berada di hadapannya.

(Yovano duduk di samping Saleta...)

"Kau adalah seorang Putri".

"A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti!". Tanya Saleta dan menatap wajah Yovano dengan keraguan.

"Apa yang ku katakan barusan adalah kenyataannya, kekuatanmu mulai terbuka pada saat kunci segel pertama telah hancur dan segel pertama itu ada pada telapak tangan kananmu". Ucap Yovano.

"A-apa? Kunci segel pertama?". Ujar Saleta melihat pada telapak tangan kanannya.

"Ya! Tanda itu menandakan kunci segel pertamamu telah terbuka. Mungkin bagimu saat telapak tanganmu terluka dan meninggalkan bekas itu adalah hal yang wajar. Tapi itu adalah kunci segel pertamamu". Ujar Yovano.

"Aku tidak mengerti apapun!". Ucap Saleta yang semakin bingung.

"Apa kau ingat saat malam dimana tiga orang pria ingin melecehkanmu? Aku ada di sana dan akulah yang menyelamatkanmu saat itu. aku hampir terlambat melindungimu. Aku ingin selalu tepat waktu berada di sampingmu. Maka dari itu aku mencoba membuka kunci segel kedua yang berada pada punggung kananmu. Ku satukan dengan kunci segel di dadaku, agar aku cepat dapat mengetahui keberadaanmu. Lihatlah!". Ujar Yovano menjelaskan dan menunjukan tanda segel seperti simbol di dadanya yang sama dengan tanda segel seperti simbol di punggung Saleta.

"Aku mengingatnya, tanda itu ada pada punggungku. Saat malam itu seorang pria datang menyelamatkanku tapi aku tak dapat melihatnya dengan jelas, aku pun belum sempat berterima kasih pada pria itu. Tak di sangka pria itu adalah kau". Ucap Saleta mengetahui hal yang ingin dia ketahui saat itu.

"Itu adalah tugasku dan itu adalah alasan mengapa aku berada di kota ini".

"Tunggu sebentar.. J-jadi kau yang menggantikan pakaianku saat itu?!!". Tanya Saleta merasa malu.

"Te-tenanglah, aku bersumpah tidak terjadi apapun. Bahkan aku tak melihat apapun saat itu, aku menutup mataku". Ucap Yovano merasa canggung.

"Apa kau tidak berbohong? Aku sempat mengira bahwa pria yang menyelamatkanku mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, sampai aku kehilangan kewarasanku beberapa waktu memikirkannya. Tapi, mendengarmu mengatakan semua ini aku merasa lega". Ujar Saleta.

"B-baiklah maafkan aku". Ucap Yovano merasa sangat canggung.

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi selanjutnya?".

"Oh iya, sayangnya aku gagal membuka kunci segel keduamu sepenuhnya. Aku tidak bisa menemukanmu secara jelas. Tapi segelku menuntun perlahan menemukanmu dengan melihat bayang-bayangmu dan lokasi keberadaanmu". Ujar Yovano.

"Saat pada pesta Xiaozi aku setengah kehilangan kesadaranku karena bir yang terlalu banyak aku minum. Saat kau menghilang, aku merasa sangat panik hingga tak dapat berfikir jernih, segelku lah yang menuntunku pada kamar itu. Tak ku sangka lima segelmu telah terbuka ku dapati dirimu yang di kendalikan pada kekuatan amarahmu". Ujar Yovano.

"Aku melihat diriku sendiri seperti iblis pada saat itu, wujudku berubah dan entah mengapa aku merasakan niat ingin membunuh pria itu". Ucap Saleta dengan wajah yang berubah menjadi pucat dan seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.

"Tenanglah. Tidak apa-apa". Ucap Yovano mengusap bahu Saleta berusaha menenangkan Saleta.

"A-apa itu adalah diriku yang sebenarnya? Seperti iblis dan ingin membunuh orang lain? Aku tidak ingin seperti ini !". Teriak Saleta menangis dengan tubuh bergetar, Saletapun memukul dirinya sendiri.

"Saleta! Tenanglah!". Ujar Yovano menghentikan tangan Saleta yang memukul diri sendiri dan memeluk Saleta dengan erat.

Saleta menangis di pelukan Yovano..

"Aku hanya ingin hidup dengan normal, aku tidak ingin menjadi iblis yang berniat membunuh. Yovano, Apakah tidak ada jalan agar aku kembali pada kehidupan yang seharusnya?". Saleta mengangkat wajahnya menatap mata Yovano.

"Tunggu di sini". Yovano melepaskan pelukannya dan keluar pintu rumah Saleta.

Saleta hanya terdiam dan melihat apa yang di lakukan Yovano.

Tak lama kemudian Yovano kembali dengan membawa pot bunga yang bunganya sudah layu, ia pun kembali duduk di samping Saleta.

"Ulurkan tangan kananmu". Ujar Yovano mengambil tangan Saleta dan membantunya mengulurkan tangan tepat di atas bunga yang layu itu.

"Sentuhlah bunga ini dengan ketulusan hatimu". Ujar Yovano.

Saleta menyentuh bunga yang layu itu, perlahan bunga itu memancarkan cahaya kecil bertabur kilauan. Batang-batang bunga berwarna gelap perlahan berubah menjadi warna yang terang, daun-daun yang telah mati berubah menjadi segar kembali. Saleta merasa sangat terkejut dan tersenyum melihat perlahan bunga itu hidup kembali.

"Semua adalah takdir yang tidak bisa kita hindari, kita juga tidak dapat mengubahnya. Tapi, kita dapat memperbaikinya". Ujar Yovano.

"Yang kau lihat sebelumnya hanyalah pada kekuatan gelapmu, di balik kekuatan gelap yang kau lihat, terdapat kekuatan lain yang mengarah pada kebaikan yang sangat besar". Ujar Yovano.

Saleta tetap tersenyum melihat bunga itu. Yovano meletakkan pot itu pada meja di samping sofa.

"Berikan tanganmu". Ujar Yovano. Saleta pun memberikan tangannya, Yovano memegang telapak tangan Saleta dan membalik telapak tangan Saleta di atas telapak tangannya.

"Lihatlah". Ucap Yovano.

Perlahan telapak tangan Saleta mengeluarkan cahaya dan serpihan yang berkilau berputar di atas telapak tangannya.

"Arahkan tanganmu pada benda yang berantakan itu". Ujar Yovano dan perlahan membantu Saleta mengarahkan telapak tangannya pada benda yang berantakan di hadapannya.

Cahaya yang terpancar di telapak tangan Saleta memancarkan cahaya yang indah. Perlahan benda-benda yang berantakan itu melayang dan kembali pada tempat asalnya saat terkena pancaran cahaya itu.

"Bagaimana bisa terjadi?". Tanya Saleta.

"Inilah takdir yang kita miliki, kita memiliki sesuatu yang tidak di miliki manusia biasa". Ujar Yovano menatap Saleta.

"Tapi, mengapa kala itu aku berubah menjadi seperti iblis dan berniat untuk membunuh?". Tanya Saleta dengan serius.

"Amarahmu yang telah mengendalikannya, hatimu kalah dengan amarahmu. Maka pada saat itulah kau di kuasi oleh kekuatan yang kau miliki".

"Dan kau, apa kau juga seperti itu? Apa kau juga sama sepertiku?". Saleta menatap Yovano.

"Lihat lah". Ujar Yovano mengarahkan tatapan Saleta pada telapak tangannya.

Telapak tangan Yovano mengeluarkan cahaya yang berputar, perlahan cahaya itu membentuk sebuah bayangan bunga dan benda-benda lainnya.

"Aku sama sepertimu, saat pertama kali aku mengetahuinya. Aku pikir ini adalah sulap. Namun, perlahan aku mulai merasa hal yang tidak biasa dan aku juga pernah mengalami kekuatan gelapku, aku membunuh mereka. Orang-orang yang ada di hadapanku. Setelahnya aku tidak berdaya dan berada pada penyesalan. Aku merasa jika diriku adalah monster. Tapi, aku menyadari jika ini adalah takdir untukku". Ujar Yovano

"....".

"Aku menggantungkan kekuatanku pada hati, segel keduamu ku satukan pada segel di dadaku agar aku bisa terus menemukanmu. Karena melindungimu adalah tugas utamaku datang ke kota ini".

"Mengapa aku harus di lindungi? Aku masih sangat tidak mengerti dengan semua ini". Tanya Saleta memegang kepalanya.

Yovano bangun dari duduknya berjalan mengarah ke jendela, keluar pintu yang ada di samping jendela rumah Saleta dan berdiri di atas balkon. Lalu, melihat ke arah langit luar.

"Karena, kau adalah seorang yang sangat berarti bagi tempat asal kita dan ini bukanlah tempat kita".

"A-apa maksudmu?". Saleta menyusul Yovano.

"Identitasmu telah di ketahui, salah satu dari preman tadi adalah orang suruhan untuk menculikmu. Orang-orang itu telah sampai di bumi".

"J-jika ini bukan dunia kita, lalu darimana kita berasal?".

"Dari sana..". Yovano menunjuk ke arah bulan.

"Tidak! Ini gila. Pasti kau bercanda dan pasti aku sedang bermimpikan?".

"Istirahatlah, esok hari akan ku buat kau mengerti. Untuk sementara waktu aku akan menemanimu dan tinggal disini".

"Mana mungkin???". Saleta merasa kaget.

"Apa kau ingin kejadian itu terjadi lagi?".

"T-tidak!".

"Ba-baiklah, kau tetap tinggal di sini. Kau bisa tidur di kamarku dan aku akan tidur di sofa". Ujar Saleta.

Yovano masuk ke dalam rumah dan menjatuhkan badannya di atas sofa.

"Aku akan tidur di sini, masuklah ke kamarmu dan jangan lupa mengunci pintu". Ujar Yovano dengan mata tertutup.

"B-baiklah". Ujar Saleta, ia langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu.

(Apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak mengerti apapun. Besok, ya besok Yovano akan memberitahu segalanya agar aku dapat mengerti dan mengetahui).

....

(To be Continue)

avataravatar
Next chapter