9 Mission to find Amrita's whereabouts

Sesampainya di depan gang itu..

   "Mizuki, tunggulah di sini bersama Tuan Putri Saleta agar Tuan Putri Saleta tetap aman. Aku akan segera kembali". Ujar Yovano hendak ingin turun dari mobil.

   "Tidak! Aku ingin ikut denganmu!". Ujar Saleta memegang tangan Yovano, menahan Yovano pergi sendirian.

   "Mizuki, aku akan menemani Yovano". Ujar Saleta kepada Mizuki yang duduk di kursi kemudi.

   "Baiklah terserah kau saja ya Tuan Putri Saleta". Ujar Mizuki menggoda Saleta.

   "Bersama dengan Yovano aku yakin kau akan lebih aman. Karena Yovano telah di utus untuk menjagamu dengan baik. Benarkan Yovano?". Ucap Mizuki menggoda Yovano.

Kala itu Yovano menatap tangan Saleta yang memegang tangannya dengan sangat erat.

   "Ayo Yovano". Ujar Saleta.

   "B-baiklah". Ujar Yovano tersadar dari lamunannya.

Yovano dan Saleta keluar dari mobil berjalan memasuki gang itu.

Saat itu hari tengah malam, suasana gang itu sangat sunyi terlebih lagi tidak ada penduduk yang tinggal di sana.

Saleta merasa sedikit takut, dengan spontan menggenggam erat tangan Yovano. Yovano melihat dan merasakan genggaman tangan Saleta.

   (Genggamannya hangat sekali). Ujar Yovano dalam hati merasakan genggaman Saleta.

   Mereka tiba di tempat mayat anggota Blackmoon. Saat kejadian itu mayat anggota Blackmoon langsung hancur menjadi abu dan tersapu oleh angin. Mereka berharap masih ada abu yang tersisa di sana. Karena keadaan sangat gelap, mata mereka tak bisa melihat dengan jelas.

Yovano menggunakan kekuatannya untuk memancarkan cahaya kecil seperti sebuah senter untuk membantu mereka mencari sisa abu dari mayat anggota Blackmoon itu.

Mereka kesulitan mencarinya karena mungkin angin telah menyapu abu tersebut, Saleta mengusulkan untuk berpencar mencarinya agar lebih cepat di temukan. Yovano memberitahu Saleta agar mulai melatih menggunakan kekuatannya.

 

   "Gunakan kekuatanmu Tuan Putro Saleta". Ujar Yovano.

   "Aku tidak tahu bagaimana caranya?!".

   "Rentangkan telapak tanganmu, lalu pikirkanlah apa yang ingin kau keluarkan dari tanganmu, lalu masukkan ke dalam hati perasaan itu. Maka, kau akan mendapatkannya".

Saleta merentangkan telapak tangannya dan memejamkan matanya untuk mencoba menggunakan kekuatannya.

Perlahan cahaya keluar dari telapak tangannya.

   "Aku berhasil Yovano, aku berhasil mengeluarkannya sendiri". Ucap Saleta merasa senang.

Yovano tersenyum melihat senyum yang terukir di bibir Saleta.

   "Baiklah Yovano, aku akan ke sana untuk mencari abunya dan kau ke sebelah sana". Ujar Saleta.

   "Baiklah, jangan terlalu jauh dariku". Ujar Yovano.

Merekapun berpencar mencari sisa abu dari mayat anggota Blackmoon.

....

Tak lama kemudian..

   "Yovano, aku menemukannya!". Teriak Saleta.

Yovano langsung lari kearah Saleta.

   "Inikah?". Tanya Saleta.

   "Kau benar! Aku akan segera meletakkan alat pelacak nya". Ujar Yovano.

Yovano mengeluarkan alat itu dan meletakkannya di atas abu yang ada di tanah itu.

   "Alat itu mengendus seperti seekor anjing, apakah begitu cara kerjanya?". Tanya Saleta melihat alat pelacak itu bereaksi.

   "Iya begini cara kerjanya".

   "Lihatlah, dia mulai bergerak!". Ujar Saleta melihat benda itu perlahan terbang menjauhi mereka.

   "Lilia, kau bisa melihatnya bergerak?". Ujar Yovano berbicara lewat earpiece kecil di telinganya.

   (Aku melihatnya dari kamera yang di pasang oleh Jace di dalam alat pelacak itu lewat monitor, cepatlah kembali ke Kastil). Suara Lilia dari earpiece Yovano.

   "Kami akan segera kembali". Ujar Yovano kepada Lilia dan mematikan earpiece di telinganya.

   "Ayo Tuan Putri Saleta". Ujar Yovano mengajak Saleta kembali ke mobil yang di parkir oleh Mizuki di ujung gang.

Yovano dan Saleta berjalan dengan cepat untuk kembali ke mobil yang terdapat Mizuki.

Saat mereka hampir sampai ke mobil, mereka melihat Mizuki sedang di serang oleh 20 orang berbadan kekar seperti para preman. Yovano menarik Saleta bersembunyi di balik dinding. Mereka melihat jika Mizuki hampir kewalahan tidak bisa melawan.

   "Hey sampah dari CrescentMoon di sini, pasti kau tau dimana Putri dari Raja dan Ratu CrescentMoon, katakan pada kami sekarang atau kau akan musnah menjadi abu!". Ujar dari salah satu orang itu.

Terlihat dua orang lainnya memegangi kedua tangan Mizuki, rambut Mizuki di jambak, mereka menghantamkan wajah dan tubuh Mizuki pada kap mobil depan yang di tumpangi oleh Saleta sebelumnya.

   "Tidak akan pernah ku beritahu keberadaan yang mulia Tuan Putri pada sampah kotoran seperti kalian!". Ujar keras suara Mizuki yang kala itu wajahnya di hantamkan pada kap mobil.

Preman yang berbicara itu menjambak Mizuki dan mengangkat wajah Mizuki yang di hantam pada kap mobil. Kemudian di hantamkan lagi wajah Mizuki pada kap mobil berulang-ulang kali hingga hidung dan dahi Mizuki terluka mengeluarkan banyak darah.

Saleta menyaksikan perkelahian itu dari balik dinding ditepi gang.

   "Yovano, kita harus selamatkan Mizuki!". Ujar Saleta sangat mencemaskan Mizuki.

Yovano spontan menutup bibir Saleta menggunakan telapak tangannya hingga tubuh Saleta terdorong perlahan menempel dinding. Saleta menatap mata Yovano yang kala itu wajah Yovano sangat dekat dengan wajahnya, Saleta melihat ke bibir Yovano yang saat itu bibir mereka hanya terhalangi oleh telapak tangan Yovano. Saleta terdiam.

   "Suaramu akan membuat mereka mengetahui keberadaan kita. Kau tunggu di sini, aku akan menyelamatkan Mizuki. Ku mohon menurutlah atau kita semua akan celaka jika mereka menemukanmu". Ujar Yovano berbisik pada Saleta.

   "Gunakan earpiece ini, jika aku dan Mizuki tak mampu melawan mereka cepat hubungi Jace dan Lilia. Apa kau mengerti? Ingatlah jika hanya aku dan Mizuki tak mampu melawan ya". Ujar Yovano.

Melepaskan telapak tangannya yang membungkam bibir Saleta dan melepaskan earpiece yang ada di telinganya lalu memberikannya pada Saleta.

Saleta hanya terdiam dan tetap menatap wajah Yovano.

   "Aku akan ke sana sekarang, kau tetap di sini". Ujar Yovano sambil memasangkan earpiece di telinga Saleta.

Saleta tetap terdiam dan hanya mengangguk.

Yovano berpindah tempat dari balik dinding tempat Saleta bersembunyi, agar mereka terkecoh dengan kedatangan Yovano untuk membantu Mizuki. Saleta terkejut melihat kecepatan Yovano berpindah tempat.

Tiba-tiba Yovano berlari ke arah mereka dengan kedua tangan Yovano yang mengeluarkan dua pedang yang di baluri cahaya berwarna biru.

Tanpa basa-basi dengan sangat mahirnya Yovano menggunakan kedua pedang itu dan menyerang mereka. Yovano melukai kedua orang yang memegang kedua tangan Mizuki dan memberikan goresan di tangan pria kekar yang menjambak rambut dan menghantamkan wajah Mizuki pada kap mobil, agar Mizuki terbebaskan. Yovano berhenti di samping Mizuki. Para pria kekar yang memegangi Mizuki memundurkan diri mereka terkejut melihat Yovano.

   "Hey kau sedikit terlambat! Hampir saja aku merelakan hidungku patah". Ujar Mizuki dengan cengengesan.

   "Cepat selesaikan". Ujar Yovano.

   "Baiklah". Ujar Mizuki dengan wajah penuh darah. Tangan Mizuki dengan tiba-tiba mengeluarkan dua pedang berwarna biru yang sama seperti Yovano, hanya saja berukuran lebih sedang di bandingkan milik Yovano yang panjang.

   "Rupanya ada satu sampah lagi ya. Akan ku buat kalian berdua bicara dimana Putri Yubaina!". Ujar pria kekar yang tangannya terluka karena tergores pedang Yovano.

   "Berisik!". Ujar Yovano.

   Yovano dan Mizuki langsung menyerang para pria kekar itu menggunakan pedang-pedang di tangan mereka, mereka terlihat sangat mahir menggunakan pedang itu. Gerakan-gerakan mereka berdua membuat mereka terlihat sangat tampan.

   Seakan cahaya bulan menyorot wajah tampan Yovano saat berkelahi, rambutnya tersapu halus oleh angin dan karena pergerakannya memainkan pedang-pedangnya, keringat bercucuran dari dahi jatuh lewat dagunya. Saleta menyaksikannya dari balik dinding yang berjarak 100meter dari tempat perkelahian mereka, bola mata Saleta terus mengikuti pergerakan Yovano.

   "Mereka berdua sangat hebat". Ujar Saleta dengan suara pelan melihat kelihaian Yovani dan Mizuki.

Saleta harus menyaksikan banyak darah yang bertumpahan, akibat yang harus di lakukan oleh Yovano dan Mizuki yaitu memusnahkan. Namun, setelah para musuh mati satu persatu mereka perlahan berubah menjadi abu.

20 orang yang di lawan oleh Yovano dan Mizuki kini hanya tersisa satu orang. Yaitu seorang pria yang tangannya terluka oleh pedang Yovano dan orang yang sama yang menjambak dan menghantam wajah Mizuki ke kap mobil.

   "Kau yang tadi hampir mematahkan hidungku". Ujar Mizuki dengan nafas yang terengah-engah dan keringat yang bercucuran.

   "Ayo selesaikan!". Ujar Yovano pada Mizuki.

Mereka berdua berlari kehadapan pria itu dan Pria itu juga berlari kehadapan mereka hingga mereka berhadapan di tengah-tengah.

Mulailah perkelahian terakhir pada saat itu. Ternyata pria itu mengeluarkan sebuah senjata besar seperti sisir namun terlihat sangat tajam, ia menyerang Yovano dan Mizuki.

Saat itu Yovano tergores parah oleh senjata pria itu hingga punggungnya berdarah.

Dengan sangat cekatan Mizuki lari dan meloncat menyelamatkan Yovano, lalu menusukkan kedua pedangnya pada punggung pria itu hingga tembus kedada. Pria itu pun terjatuh berteriak kesakitan dan tak lama kemudian musnah menjadi abu.

   "Yovano!!!". Teriak Saleta yang langsung berlari ke arah mereka.

   "Yovano, apa kau baik-baik saja?". Tanya Mizuki menghampiri Yovano yang telah terjatuh dengan luka di punggungnya yang sangat lebar.

Secara tiba-tiba pedang-pedang mereka hilang perlahan seperti tersedot oleh tangan mereka.

   "Ya aku baik-baik saja". Ujar Yovano, raut wajahnya seperti menahan rasa sakit namun ia berusaha menyembunyikannya.

   "Yovano, kau terluka!". Ujar Saleta mendarat di samping Yovano dan langsung memeriksa Yovano.

   "Aku tidak apa-apa". Ujar Yovano berbohong menahan rasa sakit.

   "Ayo masuk ke dalam mobil dan kita kembali ke Kastil". Ujar Mizuki.

Mizuki dan Saleta membantu memapah Yovano masuk ke dalam mobil di kursi belakang agar Yovano duduk bersama Saleta, Saleta sangat panik dengan darah yang terus mengalir dari punggung Yovano.

Kemudian Mizuki yang kala itu juga berlumuran darah di wajahnya akibat di benturkan ke kap mobil langsung bergegas duduk di kursi kemudi dan menyalakan mesin mobil untuk menjalankan mobil kembali ke Kastil.

   "Yovano, kau terlihat lemah". Ujar Saleta sangat panik melihat Yovano yang mulai melemah di pangkuannya.

   "Aku akan melepaskan mantel dan bajumu, lalu akan ku coba menahan lukamu agar darahnya tidak terus mengalir". Ujar Saleta.

Saleta langsung melepaskan pakaian yang di kenakan oleh Yovano, lalu Saleta melepaskan kardigan yang ia kenakan, lalu di ikatkan pada punggung Yovano memutar dan mengikat kardikannya di dada agar luka Yovano tertutupi.

Wajah Yovano semakin memucat.

   "Mizuki ku mohon lebih cepat". Ujar Saleta yang semakin panik melihat keadaan Yovano.

Mizuki menambahkan kecepatan mobilnya..

~~~

Mereka sampai di Kastil, Mizuki memberhentikan mobilnya di dalam garasi Kastil. Kemudian Jace dan Lilia datang ke garasi itu, Mizuki membantu Saleta mengeluarkan Yovano dari mobil.

   "Ada apa? Apa yang terjadi pada Yovano? Mizuki kau juga terluka!". Tanya Lilia terkejut melihat mereka.

   "Jace bantu aku membawa Yovano ke dalam". Ujar Mizuki yang kala itu darah di wajahnya pun masih mengalir.

   "Tuan Putri Saleta, biar aku yang membantu Mizuki". Ujar Jace.

Tanpa basa-basi Jace langsung membantu Mizuki dan menggendong Yovano.

   "Bawa ke ruangan pengobatan Kastil sekarang, aku akan menyiapkan peralatan dan obat-obatannya". Ujar Lilia langsung berlari masuk ke dalam mendahului mereka.

Saleta mengikuti langkah mereka.

...

Mereka telah sampai di ruang pengobatan Kastil, Yovano terbaring tengkurap di atas ranjang.

   "Lilia, bantu aku". Ujar Mizuki.

   "Baik!". Ujar Lilia. Mizuki dan Lilia bergegas melakukan pengobatan untuk luka yang cukup parah pada punggung Yovano.

   "Tuan Putri Saleta ayo kita tunggu saja di luar". Ujar Jace kepada Saleta.

   "Tapi Yovano..". Ujar Saleta.

   "Tenanglah Tuan Putri Saleta, Mizuki dan Lilia tidak akan membiarkannya mati. Lagi pula Yovano bukan orang yang mudah di musnahkan, percayalah. Sudah banyak peperangan yang kita lewati sebelumnya, Mizuki dan Lilia juga ahli dalam menyembuhkan kami semua. Wajar bagi kita semua terluka, karena inilah tugas panglima penjaga CrescentMoon. Nyawa menjadi taruhan kami agar CrescentMoon tetap aman". Ujar Jace memegang kedua bahu Saleta dan perlahan mendorong bahu Saleta secara perlahan mengajaknya keluar ruangan bersama.

Saleta tidak mengelak dan melangkah perlahan keluar dari ruangan.

Jace dan Saleta menunggu di luar ruangan.

~~~

2jam telah berlalu..

   "Aaah.. sangat melelahkan, aku harus membersihkan diri kemudian istirahat!". Ujar Mizuki mengangkat kedua tangannya keluar dari ruangan.

   "Mizuki, bagaimana dengan Yovano?". Tanya Saleta dengan panik berdiri di hadapan Mizuki.

   "Biarkan aku pergi membersihkan badanku yang penuh keringat ini Tuan Putri Saleta". Ujar Mizuki.

   "Ini bukan saatnya untuk bercanda Mizuki!". Ujar Saleta.

   "Tuan Putri Saleta tenanglah, Yovano baik-baik saja sekarang. Bisakah kau membantu kami membersihkan keringat dan sisa darah yang menempel pada tubuh Yovano? Tubuhnya sangat kotor. Tolonglah segera masuk ke dalam ruangan". Ucap Lilia keluar dari ruangan.

   "Sudah ku bilang bukan? Mizuki dan Lilia sangat ahli dalam menyembuhkan". Ujar Jace sambil tersenyum pada Saleta.

   "Apakah aku boleh mandi sekarang?". Tanya Mizuki dengan tampang lucu di depan Saleta.

   "Mizuki, luka di wajah dan di hidungmu?". Tanya Saleta melihat wajah Mizuki yang masih saja berlumuran darah.

Namun, walaupun dalam keadaan yang terluka, Mizuki mampu menahan lukanya dan tampak seperti orang yang tidak terluka. Saleta sangat merasa heran.

   "Tenanglah Tuan Putri Saleta, Lilia akan membantu mengobati luka di wajahku setelah ini. Kita bukanlah manusia biasa. Di dalam tubuh kita terdapat imun yang tidak di miliki oleh manusia biasa. Luka kecil seperti yang ada di wajahku ini akan cepat pulih. Aku hanya butuh waktu istirahat sebentar". Ujar Mizuki.

   "Luka kecil dapat sembuh dan tidak meninggalkan bekas, terkecuali luka besar seperti yang di dapatkan oleh Yovano saat ini. Itu membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghilangkan bekasnya. Atau bahkan bisa terus membekas". Ujar Lilia.

   "Lihatlah seperti lukaku di dada ini, aku mendapatkan luka ini sangatlah parah hingga beberapa tulang rusukku patah saat peperangan dulu di Crescentmoon, bekas luka ini tidak mudah hilang karena terlalu parah, jadi membutuhkan waktu beberapa tahun agar dadaku bisa mulus kembali dan sekarang tinggal sedikit lagi dadaku akan terlihat mulus tanpa bekas luka. Mizuki dan Lilia menyembuhkanku dengan sangat baik". Ujar Jace menunjukan bekas luka di dadanya dengan melemparkan senyuman.

   "Itu sangat hebat!". Ujar Saleta terkejut.

   "Lebih baik kau cepat membantu Yovano di dalam Tuan Putri". Ujar Lilia sambil melemparkan senyum menggoda Saleta.

Saletapun segera masuk ke dalam ruangan untuk menemui Yovano.

   "Sepertinya memang mereka di takdirkan bersama ya". Ujar Lilia kepada Mizuki dan Jace di luar ruangan.

   "Sudahlah aku ingin segera mandi, Lilia ikutlah sebentar bantu aku membersihkan luka di wajahku". Ujar Mizuki.

"Baiklah, ayo". Ujar Lilia.

"Aku juga akan kembali ke ruang monitor untuk mendapatkan informasi tentang Blackmoon agar dapat segera menyelamatkan Amrita. Aku sangat cemas dengan Amrita". Ujar Jace.

"Jace, kau tahu betul jika Amrita adalah wanita yang kuat. Dia tidak akan kenapa-napa sampai kita menemukannya". Ujar Mizuki menggoda Jace.

Mereka bertiga pun meninggalkan ruangan itu.

~~~

Saleta melangkah perlahan mendekati Yovano yang terbaring di ranjang dengan tubuh bagian punggung dan dada di lilit oleh perban, Saleta berdiri di samping ranjang.

   "Tuan Putri..". Ucap Yovano yang mengangkat setengah badannya perlahan memindahkan posisinya menjadi duduk di ranjang.

   "Jangan terlalu banyak bergerak Yovano, kau masih belum sehat". Ujar Saleta memegang bahu Yovano.

   "Aku baik-baik saja percayalah". Ujar Yovano meyakinkan Saleta dan memberikan senyuman pada Saleta.

   "Yovano, aku akan kembali membawa air hangat. Tunggulah sebentar di sini. Aku akan membantumu membersihkan tubuhmu". Ujar Saleta bergegas keluar ruangan meninggalkan Yovano untuk mengambil air hangat.

   "T-tapi..". Ujar Yovano gugup dan merasa sedikit malu karena Saleta ingin membantunya membersihkan tubuhnya.

~~~

"A-apa yang ku pikirkan? mengapa aku sangat gugup seperti ini?". Ujar Saleta bertanya pada diri sendiri saat berjalan keluar ruangan mengambilkan air hangat.

....

(To be Continue)

avataravatar