1 "Welcome to the life of Saleta"

   "Kukuruyuk..." Suara kokokkan ayam menandakan bahwa hari telah pagi.

   Matahari mulai terbit menyinari bumi, sinarnya mulai terpancar hingga menembus kaca jendela kamar Saleta dan menyorot wajahnya.

   "Hmmm.. Selamat pagi" Ujarnya pada diri sendiri yang terbangun, karena sorotan sinar matahari.

   "Hoaaaaam.." Ia bangun dari ranjangnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Saleta masuk kekamar mandi dan membasuh wajahnya, kemudian ia keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah jam wekernya.

   "Astaga.. Aku terlambat" Ia terkejut melihat waktu yang telah menunjukan pukul 08.00

   "Bukankah sudah ku pasang alarm?" Ia berlari mengambil jam wekernya dan memeriksa jam wekernya.

   "Oh tidak.. mengapa ini terjadi?!" Ia sangat bingung, dan mulai tidak terkendali.

   Saleta segera bergegas bersiap-siap dengan sangat cepat, hingga segalanya menjadi berantakan. Baju tidur yang ia kenakan tak sempat ia rapihkan, ranjangnya juga masih sangat berantakan. Saat ia mengambil sepatu pun, banyak sepatu yang terlempar dari rak sepatunya (Sungguh menyedihkan).

Ia duduk di kursi meja makan untuk sarapan, dengan kurun waktu hanya beberapa menit saja. Sampai tak sempat membereskan bekas sarapannya.

Setelah itu Saleta ke arah sebuah bingkai foto di atas meja yang berada di belakang sofa dan mengambilnya.

   "Ayah, Ibu.. Ini hari pertamaku masuk kuliah di University Ballencia, sesuai yang kalian harapkan setelah aku lulus dari SMA, apakah kalian senang di sana melihatku berhasil? ku mohon tolong do'akan aku supaya aku tidak dihukum karena sekarang aku terlambaaat.." Ujarnya dengan wajah yang melas dan menggemaskan sambil memohon dalam hati.

   "Ayah, Ibu aku mencintai kalian" Ujarnya mencium foto yang ada di dalam bingkai itu. Sorot mata Saleta sangat serius, ia mengernyitkan dahinya dan mengepalkan tangannya, kemudian mengangkat tangannya yg terkepal mengekspresikan rasa semangat.

   "Semangat Saleta.." Teriakan bodoh yang menyemangati dirinya.

   (Saleta adalah gadis berusia 19 tahun, postur tubuhnya tinggi semampai, berkulit putih halus, memiliki wajah oval yang cantik, bibir merah muda yg tipis, hidung yang mancung, mata berwarna biru laut, alis mata yang lentik dan bulu mata yg tebal, serta lesung pipit di pipinya, dan rambut hitam yang panjang membuat ia terlihat begitu cantik dan mempesona)

   Pagi ini penampilan Saleta cukup buruk, ia harus terburu-buru karena terlambat. Rambutnya terurai, menggunakan kemeja berwarna putih berkancing dan terkancing hingga leher, memakai rok span berwarna hitam, dan juga sepatu pantofel berwarna hitam.

Tak sempat berdandan, ia hanya menggunakan sedikit bedak tabur di wajah dan lipstik tipis di bibirnya.

   Saleta hidup sendirian di rumah yang sangat sederhana, kehidupan sebelumnya bagaikan putri raja baginya. Apa pun yang ia butuhkan dalam sekejap langsung terkabul.

Tapi, semua berubah saat ke dua orang tuanya meninggal pada kecelakaan pesawat 2 tahun lalu.

   Apa pun yang ia butuhkan sekarang, harus ia mengusahakannya sendiri.

Segalanya harus sendiri.

Kehidupannya menjadi sangat menyedihkan, beruntungnya ia bisa merubah dirinya yang manja menjadi seorang gadis yang kuat pada segala cobaan. Begitulah Saleta.

   Waktu terus berjalan, ia pun segera bergegas ke luar rumah dan berangkat menuju kampusnya menggunakan sepeda kesayangannya.

~~~

15 menit kemudian.

   Saleta sampai di gerbang, BALLENCIA UNIVERSITY (BU)

Kampus terelit dan ternama di kota BALLENCE. Kampus yang sangat mahal, yang memiliki para mahasiswa dan mahasiswi yang cerdas, serta memiliki potensi yang luar biasa.

Kampus yang diinginkan oleh banyak orang. Namun, hanya beberapa orang dari kota-kota besar yang beruntung dan mampu masuk di BALLENCIA UNIVERSITY ini.

Beruntungnya Saleta sangat berprestasi sejak masih di bangku Sekolah Dasar hingga SMA. Lalu, mendapatkan beasiswa untuk masuk ke BALLENCIA UNIVERSITY ini.

   Ia memarkirkan sepedanya dan segera berlari masuk ke dalam kampus untuk mencari ruang kelas jurusannya.

   (Semoga aku diberikan toleransi. Ya Tuhan, ku mohon tolong aku) Ucapnya dalam hati, dengan keadaan jantungnya sangat berdebar-debar setengah mati.

   Saleta pun tepat berada di depan pintu ruang kelasnya. Kakinya gemetar, merasa gugup karena keterlambatannya. Tangannya berkeringat gemetar, dahinya dipenuhi kucuran keringat. Bolak-balik ia kebingungan, apa yang harus ia katakan setelah membuka pintu ruang kelas ini.

   "Kata-kata apa yang harus ku ucapkan pertama kali?"

   "Atau aku harus berkelakuan bodoh agar tidak di hukum?"

   "Ya Tuhan, kumohon berikan aku keberanian"

Ujarnya berbisik pada diri sendiri kebingungan.

   Waktu terus berlalu. Ia menyadari bahwa ia tak bisa terus seperti ini, dan akhirnya ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruang kelasnya.

   "Selamat pagi pak, mohon maafkan saya atas keterlambatan saya di hari pertama ini, mohon maafkan saya pak, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi" Ucapnya dengan cara bicara yang sangat cepat, sambil membungkukkan badannya di depan Dosennya.

   Seluruh mahasiswa dan mahasiswi melihat ke arahnya dengan sangat terkejut. Dosen kelas Saleta pun terdiam dan mendekat ke arahnya, lalu menyentuh bahunya dan membangunkan badannya yang terbungkuk.

   "Baiklah, karena ini hari pertama. Saya berikan toleransi untuk murid-murid saya" Ujar sang Dosen.

   "Terimakasih banyak pak" Ucap Saleta mengangkat kepala dan menatap ke arah Dosennya.

   Saleta sangat terkejut saat menatap Dosennya.

   (Wajah Dosen itu sangat tampan, usianya masih muda, penampilannya sangat menawan, dengan menggunakan jas. Bertubuh kekar dan postur tinggi badan kira-kira 185cm. Matanya berwarna biru dengan bulu mata sangat lentik, ditambahkan dengan kaca mata, bibirnya begitu tipis dan merah.)

Saleta terdiam melihatnya merasa sangat kaget.

   (Apakah mungkin dia seorang Dosen? Atau jangan-jangan ia mahasiswa jahil yang menyamar menjadi Dosen untuk menjahili mahasiswa dan mahasiswi yang datang terlambat?) Ujar Saleta dalam hati dengan rasa heran.

   (Ah sudahlah aku tidak peduli, yang terpenting adalah, aku telah selamat hari ini. Ya Tuhan terimakasih) Ujarnya dalam hati dan memberikan reaksi matanya melihat ke arah langit-langit ruang kelas.

   "Hey? Ada apa di atas sana?" Tanya sang Dosen tampan itu dengan rasa heran, melihat Saleta yang menatap ke arah langit-langit ruang kelas.

   "Ah, tidak pak.. Hehe" Saleta memalingkan tatapan ke arah Dosennya, dengan ekspresi nyengir dan menggaruk-garuk kepalanya.

   "Baiklah, kau mau duduk di kursimu atau tetap di depan kelas dan menatap ke arah plafon?" Tanya sang Dosen membercandakan Saleta.

   "Ba-baik pak.." Saleta gugup. Lalu, ia membalikkan badan dan segera bergegas ke kursi yang masih kosong.

   "Saleta, sini.."

Suara teriakan pelan dari kursi yang ada di bagian tengah. Ternyata suara itu adalah suara dari sahabat Saleta yaitu Amrita.

Saleta pun melangkah menuju kursi di samping Amrita. Sambil melangkah, ia merasa gugup dalam hati.

Karena, mahasiswa dan mahasiswi di kelas jurusan bisnis ini yang berjumlah 25orang termasuk dirinya.

   (Cukup banyak juga mahasiswa dan mahasiswi di kelas ini, berarti mereka adalah sainganku. Aku tidak boleh menyerah. Semangatlah Saleta)

Ucapnya dalam hati, sambil menghela nafas dan berjalan ke arah kursinya yang berada di sebelah Amrita.

Ia sampai pada kursinya. Lalu, ia pun melepaskan tasnya, kemudian duduk di kursinya.

   "Hey leta, kenapa kau terlambat?" Tanya Amrita, sahabat Saleta sejak SMA.

   "Aku kesiangan, sungguh menyedihkannya diriku" Jawab Saleta murung, ia meletakan kepalanya di atas meja.

   "Tidak apa-apa, aku juga terlambat, tepat 5 menit sebelum kau sampai" Ujar Amrita, sambil tertawa berbisik dengan Saleta.

Saleta menatap wajah Amrita dan tersenyum.

   (Amrita adalah sahabat Saleta sejak SMA , Amrita bisa masuk di BALLENCIA UNIVERSITY juga sama dengan Saleta. Yaitu mendapatkan beasiswa. Hanya Saleta dan Amrita yang beruntung mendapatkan kesempatan itu di antara 45 orang di sekolah SMAnya yang dulu.

Amrita adalah seorang remaja cantik, berambut lurus panjang dan tebal, berwajah oval dan imut. Alisnya tebal dan berbulu mata lentik, matanya berwarna biru memancarkan cahaya menawan, sama seperti Saleta. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan merah merona. Postur tubuhnya, tinggi semampai dan berkulit putih.

Sifatnya begitu sangat baik, ia sangat peduli pada Saleta, selalu menjaga Saleta. Ia sangat mengkhawatirkan tentang Saleta. Ia bersahabat dengan Saleta sejak pertama masuk SMA hingga sampai di UNIVERSITY. Saleta menganggapnya seperti saudari kembar, bagi Saleta, ia adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Tuhan untuk menemani kehidupannya.

Sejak saat SMA, Amrita sudah tidak memiliki orang tua. Sedangkan, Saleta ditinggalkan orang tuanya saat kelas 2 SMA.

Mereka sama-sama hidup seorang diri, mungkin sebab itulah mereka saling menyayangi sebagai saudari)

   "Untuk mahasiswi yang baru saja datang terlambat, silahkan berdiri dan perkenalkan dirimu" Ujar sang Dosen, dari depan kelas menunjuk dan menatap ke arah Saleta.

   "B-baik pak" Ujar Saleta, Saleta pun berdiri dari duduknya dan memperkenalkan dirinya kepada seluruh orang yang ada di dalam ruang kelasnya.

   "S-selamat pagi semuanya, dan selamat pagi bapak Dosen yang saya hormati. Perkenalkan, namaku adalah Saleta Maura Yubaina. Usiaku 19tahun, aku tinggal di sebuah rumah yang ada di dalam perumahan, yang berada di jalan Kaunila II, rumahku no.15 Salam kenal semuanya. Untuk para mahasiswa dan mahasiswi di kelas ini, aku berharap semoga kita bisa berteman dengan baik, mohon kerjasamanya. Terimakasih" Ujar Saleta memperkenalkan dirinya dengan gugup.

   "Salam kenal Saleta" Ujar seluruh mahasiswa dan mahasiswi di kelas itu.

   "Baiklah Saleta, salam kenal untukmu. Perkenalkan nama saya adalah Jace Morice Yu-"

Ujar sang Dosen yang tiba-tiba terhenti, saat melihat ke arah depan, menatap sesuatu.

   "Jace Morice Yukano, usia saya 22tahun. Saya adalah Dosen utama di kelas kalian, dan anggap saja saya seperti kakak laki-laki kalian. Maka, jangan sungkan untuk berdiskusi tentang segala hal" Ucap Dosennya dengan ekspresi tersenyum, melanjutkan perkenalannya yang sempat terputus.

   "Tak disangka, bapak masih sangat muda. Tapi, sudah menjadi Dosen di University ternama ini, pasti bapak sangatlah cerdas" Ujar Saleta dengan spontan. Karena, sangat terkejut saat mendengar usia sang Dosen.

   Setelah selesai perkenalan, Dosen pun memulai pelajaran awal untuk mahasiswa dan mahasiswi di kelas itu.

~~~

   Jam pelajaran pertama pun telah usai, semua mahasiswa dan mahasiswi keluar dari ruang kelas untuk beristirahat, sebelum lanjut pada jam pelajaran berikutnya.

   "Leta, ayo kita ke kantin kampus, aku lapar." Ucap Amrita mengajak Saleta.

   "Ya baiklah, aku juga lapar. Saat berangkat ke kampus, aku hanya makan roti selai cokelat tadi pagi. Karena aku terlambat" Ujar Saleta mengeluh.

   Mereka berdua pun ke luar kelas dan berjalan mencari kantin untuk makan siang. Sambil berjalan di koridor kampus mereka saling menceritakan tentang alasan mereka terlambat satu sama lain.

   "Ceritakan padaku bagaimana bisa kau terlambat Leta?" Tanya Amrita.

   "Entahlah.. Seingatku, sebelum aku tidur semalam, aku sudah mengatur alarm pada jam wekerku. Tapi, saat pagi tadi tidak berdering"

Keluhan Saleta kepada Amrita.

   "Bagaimana bisa itu terjadi? Lalu, bagaimana caranya kau bisa bangun? Sedangkan, kalau kau sedang tidur sangat susah dibangunkan"

Tanya Amrita sambil menggoda Saleta.

   "Sssttt, kecilkan suaramu. Aku malu jika ada yang mendengar" Ujar Saleta membekap mulut Amrita.

   "Tenanglah, tidak ada yang mendengar. Haha" Ucap Amrita melepaskan tangan Saleta dari mulutnya.

   "Lalu bagaimana caranya kau bisa bangun?" Tanya Amrita.

   "Sinar mataharilah yang hampir membakar wajahku, makanya aku bisa terbangun. Fiuh.. "

Ujar Saleta.

   "Lalu bagaimana denganmu Rita?" Tanya Saleta kepada Amrita.

   "Hmm.. Aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan pentingku semalam, makanya aku jadi terlambat bangun. Terlebih lagi aku lupa memasang Alarm di ponselku" Jawab Amrita.

   "Pekerjaan? Pekerjaan apa? kau selalu menyinggung soal pekerjaan pentingmu dari SMA, hingga sekarang. Tapi, aku tidak pernah tau soal pekerjaanmu itu, dan kau juga tidak memberitahu secara detail kepadaku" Tanya Saleta penasaran.

   "A-anu.. Itu hanya pekerjaan spele saja" Ucap Amrita terbata-bata.

   "Kau ini menyebalkan, kau menyimpan rahasia dariku. Tadi kau bilang, itu pekerjaan penting, Lalu, sekarang kau bilang itu pekerjaan spele. Kau ini sangat aneh" Saleta menggerutu.

   "Sudahlah Leta, tak perlu kau pikirkan. Kita sudah sampai di kantin sekarang. Bagaimana lebih baik kita pesan makanan. Lalu, kita makan saja" Ucap Amrita menarik tangan Saleta memasuki pintu kantin.

   Mereka pun memesan beberapa porsi makanan dan duduk disalah satu kursi dan meja yang ada di kantin untuk menunggu makanan mereka datang.

5 menit kemudian pesanan mereka pun datang. Lalu, mereka menyantap makanan itu sambil bercerita-cerita dan bercanda-canda.

~~~

   Waktu telah berlalu 20 menit. Saleta dan Amrita, telah menghabiskan waktu istirahatnya di kantin.

Jam pelajaran selanjutnya pun akan segera dimulai.

Mereka bergegas, kembali menuju kelas melalui koridor kampus.

Sesampainya di ruang kelas, mereka berdua dan mahasiswa-siswi lainnya melanjutkan pelajaran selanjutnya hingga siang nanti.

~~~

Pukul 13:30

   (kriing.. kriing.. kriing..) Suara bel yang menandakan waktu pelajaran telah berakhir pun berbunyi.

Seluruh mahasiswa dan mahasiswi di BALLENCIA UNIVERSITY, keluar dari ruangan kelas mereka untuk segera pulang meninggalkan kampus.

Begitu juga, dengan Saleta dan Amrita. Mereka keluar dari ruangan kelas dan berjalan di koridor kampus.

   "Saleta, Amrita.. Tunggu.." Suara teriakan dari arah belakang Saleta dan Amrita. Ternyata itu adalah suara dari Dosen Jace.

Saleta dan Amrita menoleh ke belakang.

   "Ada apa pak Dosen?" Tanya Saleta.

Lalu, Dosen Jace menghampiri mereka berdua.

   "Tidak ada apa-apa, saya hanya mengingatkan agar tidak sungkan berdiskusi dengan saya dalam hal apapun ya." Ujar Dosen Jace.

   "Baik pak, kami tidak akan sungkan." Ucap Amrita

   "Iya pak. Saya pikir, saya juga harus banyak mencuri ilmu yang bapak punya, agar saya bisa cerdas seperti bapak. Hehe.. " Ujar Saleta membercandakan Dosen Jace.

   "Haha.. dan saya tidak akan sungkan memberikan seluruh ilmu saya kepada kalian" Ucap Dosen Jace tertawa.

   "Wah.. Beruntungnya kita. Benarkan Amrita?" Tanya Saleta dan menatap ke arah Amrita.

   "I-iya kau benar " Jawab Amrita.

   "Baiklah. Kalau begitu, besok jangan sampai terlambat lagi ya!" Ucap Dosen Jace itu.

   "Baik pak!" Ujar Saleta dan Amrita secara bersamaan.

   Dosen itu pun beranjak pergi, meninggalkan Saleta dan Amrita.

Kemudian, Saleta dan Amrita melanjutkan langkahnya untuk ke luar kampus menuju parkiran.

Sesampainya di parkiran.

   "Kau pulang bersamaku ya Rita?" Tanya Saleta.

   "Baiklah, aku ingin dibonceng dengan sepeda antikmu ini." Ucap Amrita.

   Mereka berdua pun menaiki sepeda dan meninggalkan BALLENCIA UNIVERSITY melalui gerbangnya.

   ***

   Selama diperjalanan, mereka bercanda-canda di atas sepeda, dan tertawa menceritakan hal-hal pada masalalu.

Mereka tertawa bersama sepanjang jalan.

Mereka mampir ke taman. Karena, melihat pedagang es krim langganan mereka.

   "Saleta, ayo ke sana. itu es krim kesukaan kita" Ujar Amrita, menunjuk ke arah tepi taman yang terdapat seorang pedagang es krim.

   "Baiklah. Ayo sepedaku, antarkan kita ke sana" Ujar Saleta mengayuh sepedanya dengan sangat kuat.

Mereka berdua menepi di kursi taman, setelah membeli es krim.

   "Amrita.. " Ucap Saleta sambil menjilati es krimnya, memandang ke arah Amrita.

   "Hmm..?" Gumam Amrita yang juga sedang menjilati es krimnya, menatap ke arah Saleta.

   "Kita sama-sama hidup sendiri, tanpa orang tua maupun saudara dan saudari,"

Ujar Saleta, mulai bicara serius.

   "Ada apa Saleta? Apa kau sedang bersedih?" Tanya Amrita, terlihat khawatir pada Saleta.

   "Tidak Rita, terkadang aku hanya merasa kesepian di rumah. Tak ada teman untuk berbicara, di saat malam, aku merasa sangat hampa tak ada siapa pun di rumah"

   "Kau tidak nyaman di rumahmu yang sekarang? Atau ingin ku carikan rumah baru?"

   "Tidak Amrita!"

   "Lalu, apa yang kau inginkan?"

   "Kenapa kau tidak menemaniku dan tinggal bersamaku? Kita sama-sama seorang diri. Apakah kau tidak merasakan kesepian di rumahmu?" Tanya Saleta dengan tatapan mata yang sangat serius.

   "A-apa?" Amrita terkejut dan gugup.

   "Iya, selama ini kita bersahabat bukan? Kenapa kau tidak tinggal bersama denganku saja? Jadi kita bisa melakukan segala hal bersama. Lagi pula, sekarang kita juga berada di Kampus yang sama. Jadi, kita bisa berangkat bersama."

   "B-bukannya aku tidak ingin menemanimu Saleta, aku sangat ingin menemanimu dan tinggal bersamamu, tapi..." Ujar Amrita, kata-kata yang keluar dari mulutnya terputus.

   "Tapi apa?"

   "Aku memiliki pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan di rumah"

   "Kau selalu menyinggung soal pekerjaan yang tak pernah aku tahu sejak dulu, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Saleta, merasa sangat bingung dengan sahabatnya itu.

   "A-anu.. I-itu sebuah pekerjaan yang ditinggalkan mendiang ke dua orang tuaku yang belum diselesaikan. Bukankah kita sebagai anaknya harus mengambil alih tanggung jawab itu?" Jawab Amrita dengan kembali melemparkan pertanyaan.

   "Hmmm.. Yasudahlah.. maaf aku memaksamu barusan, aku hanya merasa kesepian dan ku kira kau juga merasa begitu" Ujar Saleta.

   "Tidak apa Saleta, aku mengerti kau mengkhawatirkan ku. Sama seperti aku yang mengkhawatirkan mu"

   "Ya begitulah.." Ucap Saleta.

Mereka pun lanjut memakan es krim mereka hingga habis.

Waktu pun terus berjalan, kini matahari mulai turun ke arah barat, suasana taman mulai sepi.

   "Hey, bagaimana kalau kita pulang sekarang? Hari sudah mulai petang" Usul Amrita.

   "Iya kau benar, aku juga harus bersiap untuk pergi bekerja jam 6 sore ini" Ujar Saleta.

   "Kau tidak perlu bekerja. Kau bisa memberitahuku jika kau butuh sesuatu, atau butuh bantuan dalam ekonomi Leta"

   "Tidak Amrita, selama ini kau banyak membantuku. Aku akan berusaha mandiri"

   "Tapi kau akan lelah, karena berkerja dan juga kuliah"

   "Jangan khawatir!"

   "Baiklah jika begitu maumu, tolong beritahu aku jika kau butuh sesuatu"

   "Aku tak ingin banyak merepotkanmu lagi, do'akan aku ya! Sore ini hari pertamaku bekerja juga."

   "Semangat Saletaaa!"

   Selesai berbincang-bincang di taman, mereka berdua segera melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

Saleta mengayuh sepedanya dengan cepat, dan Amrita yang menumpangi jok belakang sepeda, merasa sangat ketakutan. Beberapa kali Amrita teriak-teriak bermaksud agar Saleta mau mengayuh sepedanya dengan perlahan. Namun, Saleta tidak menghiraukannya, justru Saleta tertawa melihat Amrita yang begitu histeris.

~~~

   Mereka tiba tepat di jalan Kaunila II.

Saleta berpisah dengan Amrita di depan jalan itu.

   "Maaf ya Rita, hari ini aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku harus segera bersiap untuk pergi bekerja" Ujar Saleta dengan rasa bersalah.

   "Tidak apa Leta, lagipula jalan kaki sebentar juga aku akan tiba di rumahku. Kita tinggal hanya beda nomer rumah saja, jadi jangan khawatir" Ucap Amrita.

   "Besok jangan sampai terlambat datang ke Kampus ya!" Amrita menggoda Saleta dengan senyuman jahil.

   "Baiklah, besok aku tidak akan terlambat!" Ujar Saleta.

   Mereka pun berpelukan seorang sahabat, untuk menandakan bahwa mereka akan berpisah. Walaupun, berpisah hanya karena pulang ke rumah masing-masing.

Akhirnya mereka melangkah ke arah yang berbeda. Saleta memasuki tikungan ke arah rumahnya dan Amrita berjalan melewati 2 tikungan lagi untuk sampai pada rumahnya. Walaupun mereka tinggal di satu perumahan yang ada di jalan Kaunila II, mereka harus terpisah, karena nomer urut rumah yang berbeda.

~~~

   Sesampainya di rumah, Saleta segera membereskan rumahnya yang berantakan akibat keterlambatannya pagi ini. Ia harus merapikan semuanya sebelum ia harus pergi bekerja pukul 6 sore hari ini.

   Beberapa saat telah berlalu, waktu telah menunjukan pukul 17:15 Masih ada kesempatan bagi Saleta untuk beristirahat beberapa menit sebelum ia harus berangkat bekerja.

Saleta keluar dari dapur menggenggam secangkir teh, dengan kain Lap yang menggantung di pundaknya.

Seluruh wajahnya berkeringat karena kelelahan, rambut panjangnya di ikat menguntal seperti konde yang berantakan.

   Saleta duduk di sofa santainya, yang berdempetan pada meja, yang terdapat bingkai foto mendiang Ayah dan Ibunya. Ia meletakkan cangkirnya pada meja yang terletak di belakang sofa santainya.

Kemudian, ia menengok ke belakang badannya, dan mengambil foto mendiang orang tuanya.

Saleta memandangi foto itu dan sesekali mengusap dahinya yang terus saja berkeringat karena kelelahan.

   "Ayah, Ibu.. aku sangat merindukan kalian"

   "Aku berharap kalian merasa bangga padaku di surga sana"

   "Hari ini bukan hanya hari pertama aku Kuliah. Tetapi, hari ini juga akan menjadi hari pertamaku bekerja, untuk hidup mandiri tanpa meminta bantuan siapa pun lagi di kehidupan selanjutnya. Terutama pada Amrita, yang selalu membantuku selama ini." Saleta menitikan air mata.

   "Ayah, Ibu.. apa kalian tahu? Aku begitu sangat kesepian saat aku berada di rumah. Rasanya bibir ini sulit untuk tersenyum. Semua sangat berbeda saat aku di luar rumah, aku yang sangat ceria ketika aku berada di luar rumah dan berada di sekitar orang-orang. Tidak seperti saat ku di rumah"

   "Aku sangat rapuh Ayah, Ibu" Saleta menangis dan memeluk erat bingkai foto itu.

   Saleta sangat merasakan kepedihan yang mendalam. Walaupun, sering kali ia terlihat ceria. Tapi, jauh di dalam hatinya ia sangat bersedih. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan, selain menanamkan rasa semangat yang besar untuk kehidupan malangnya ini.

Apa pun yang ia rasakan, apa pun yang terjadi pada dirinya. Tak ada tempat baginya untuk mengadu selain kepada hatinya sendiri.

[Pukul 17:40] ~

   Setelah selesai merapikan semuanya dan setelah selesai bersiap. Saleta keluar dari rumahnya, untuk berangkat ke tempat kerjanya dengan sepeda antiknya.

Ia mengayuh sepedanya dengan penuh rasa semangat dan senyuman di bibirnya.

   (Hari pertamaku bekerja, semoga aku menjadi seseorang yang lebih baik) Ucapnya dalam hati, dengan penuh rasa semangat dan rasa percaya diri.

***

   Perjalanan Saleta memakan waktu 15 menit.

Saleta pun tiba di tempat kerjaannya, yaitu RESTORAN BALLEND. Tempat makan sederhana legendaris di Kota BALLENCE.

Meskipun Restorannya tidak cukup mewah. Namun, masakan dari Restoran ini tidak kalah enak dengan Restoran Bintang Lima di Kota ini.

   Sangat kebetulan sekali. Beberapa hari sebelumnya, Saleta melihat pamflet di depan kaca Restoran ini. Bahwa Restoran ini, sedang membutuhkan pelayan perempuan.

Tanpa berpikir panjang, Saleta langsung melamar di Restoran ini.

Satu hari kemudian, Saleta mendapat telepon bahwa ia diterima menjadi pegawai di Restoran ini.

Saat mengangkat telepon itu, Saleta sangat kegirangan sampai tidak sadar melempar ponselnya ke dalam kolam ikan yang berada di taman, dan kini ponselnya harus menginap di toko Service Handphone. Untuk mengeluarkan ponselnya pun, Saleta memerlukan cukup banyak uang.

   "Selamat sore!" Ucap Saleta, saat masuk dari pintu belakang Restoran dan bertemu beberapa orang yang akan menjadi rekan kerja Saleta.

   "Selamat sore!" Ujar salah satu karyawan perempuan di Restoran itu yang bernama Lilia.

   "Hey, bukankah kau pegawai baru?"

   "Ya, kau benar"

   "Mari aku antar untuk bertemu kepada Kepala pemilik Restoran" Ujar Lilia menarik tangan Saleta dan berjalan menuju ruangan Kepala Restoran.

(Ruang Kepala Mr. Mizuki Y)

   [Tok.. Tok.. Tok..] Suara ketukan pada pintu.

   "Selamat sore Pak, ini dia pegawai barunya"

   "Selamat Sore Pak" Ucap Saleta, saat bertemu dengan Kepala Pemilik Restoran.

   "Lilia silahkan keluar, aku akan memberikan sedikit pengarahan kepada pegawai baru ini" Ucap Kepala pemilik Restoran.

   "Baik Pak, aku permisi." Lilia meninggalkan ruangan itu.

   "Silahkan duduk di kursi tepat di depan saya ini" Ujar Kepala pemilik Restoran.

   "Silahkan duduk ..... Hmmm?" Ujar Kepala pemilik Restoran dengan jari telunjuk menekan dahi merasa bingung.

   "Saleta.. Nama saya Saleta Pak" Ucap Saleta, membantu memecahkan rasa bingung yang menghantui kepala pemilik Restoran.

   "Ya, Saleta. silahkan duduk"

   "Terimakasih Pak" Saleta duduk pada kursi di depan meja Kepala pemilik Restoran.

   "Pertama-tama, perkenalkan nama saya adalah Mizuki. Selain saya sebagai Kepala pemilik Restoran ini, saya juga pengawas bagi pegawai, serta membantu mengarahkan para pegawai"

   "Baik Pak Mizuki, saya mengerti. senang mengenal anda. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja di restoran ini"

   "Baiklah. Saya akan menjelaskan pekerjaanmu.

posisi yang kau tempati adalah sebagai waitters.

tugasmu adalah ..

1, Memberikan salam untuk para pengunjung Restoran ini dengan sikap yang baik, ramah dan sopan. Jangan lupa untuk selalu murah senyum.

2, Antarkan para pengunjung pada meja makan yang mereka inginkan.

3, Melayani mereka dengan sangat baik dan juga mencatat apa yang mereka pesan tanpa ada kesalahan atau pesanan yang terlewat.

4, Antarkan pesanan mereka.

Setelah mereka selesai makan dan meninggalkan meja mereka, harus sesegera mungkin kau rapihkan meja yang sudah ditinggalkan.

5, Cuci piring dan gelas setelah semua sudah dibawa ke dapur. Apa kau mengerti?"

   "Baik Pak, saya mengerti. Terimakasih untuk pengarahannya."

   "Baguslah. Restoran ini memiliki 3 waitters dan 3 waitter. Setiap pegawai akan selalu bergiliran dengan pekerjaan mereka atau bahkan bersamaan. Jadi, saya mohon untuk kerjasamanya" Ujar pak Mizuki tersenyum.

   "Baik Pak, saya mengerti semua yang telah Pak Mizuki jelaskan kepada saya, saya akan berusaha semaksimal mungkin" Ujar Saleta, dengan penuh rasa semangat. Hingga senyumnya sangat lebar.

   "Bagus, saya suka dengan semangatmu. Sekarang ikut saya untuk memperkenalkan pada semuanya" Ujar Pak Mizuki mengajak Saleta keluar dari ruangan, menuju ke dapur tempat berkumpul para pegawai.

Sesampainya di Dapur..

   "Selamat sore semua" Ucap Pak Mizuki.

   "Selamat sore Pak!" Ujar seluruh Pegawai.

   "Baik saya akan memperkenalkan, namanya adalah Saleta, pegawai baru di Restoran Ballend ini, yang akan menjadi anggota kita dan juga rekan kerja kita semua"

   "Selamat sore, senang bisa bertemu dan mengenal kalian" Ujar Saleta menyapa seluruh pegawai.

   "Selamat sore dan selamat bergabung!" Ujar seluruh pegawai.

   "Baiklah Saleta, saya akan memperkenalkan mereka semua dan juga posisi mereka masing-masing" Ucap Pak Mizuki, sambil perlahan berjalan di depan para pegawai memperkenalkan seluruh pegawai satu persatu kepada Saleta. Saleta mengikuti Pak Mizuki di sampingnya.

   "Yang pertama, ini adalah Kepala Koki utama di Restoran ini namanya Sheno (laki-laki)"

   "Hallo Saleta, salam kenal" Ucap Sheno Kepala Koki.

   "Hallo Pak Sheno, salam kenal" Ujar Saleta berjabat tangan dengan Pak Sheno.

   "Mereka bertiga adalah asisten Koki, namanya Rey(laki-laki), Neo(laki-laki), dan Yuka(perempuan)"

   "Hai Saleta" Ujar mereka bertiga dan berjabat tangan.

   "Mereka berdua ini adalah kasir di Restoran ini. namanya Rina(perempuan) dan Rose(perempuan)"

   "Hai Saleta" Ujar mereka sambil berjabat tangan.

   "Dan mereka berdua ini adalah Waitters atau pelayan perempuan. Namanya Lilia, Maira dan kau Saleta yang akan bergabung dengan mereka sebagai waitters"

   "Hallo Saleta" Ujar mereka sambil berjabat tangan.

   "Dan yang terakhir, mereka bertiga adalah waitter atau pelayan laki-laki namanya, Rendy, Jems dan Deril"

   "Hai Saleta" Mereka berjabat tangan.

   "Baiklah. Setelah kalian saling mengenal. Saya harap, kalian bisa bekerjasama dengan baik. Kau juga bisa bertanya-tanya dengan mereka soal pekerjaan di sini"

   "Baik Pak. Saya sudah mengerti semuanya, terimakasih banyak Pak Mizuki" Ujar Saleta menundukkan kepalanya di hadapan Pak Mizuki.

   "Baiklah kalau begitu. Saya ucapkan, Selamat bergabung." Ujar Pak Mizuki, Pak Mizuki pun meninggalkan dapur, untuk kembali pada ruangannya.

   Setelah perkenalan itu, Saleta memulai pekerjaannya dengan sangat lancar. Walaupun terkadang memiliki beberapa kali kesalahan yang wajar terjadi dalam sebuah pekerjaan.

***

   Hari-hari selanjutnya, Saleta mulai terbiasa melakukan semua rutinitasnya. Pagi hingga siang ia pergi kuliah, dan sore hingga larut malam ia bekerja. Perlahan, ia bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan baik. Walaupun, sering kali terjadi masalah-masalah yang harus ia hadapi.

~~~

   Lama kelamaan, ia menjadi sangat sibuk hingga tak sempat memiliki waktu bersantai.

Seperti tak ada waktu baginya untuk bersama sahabatnya, kehidupannya, dan bahkan untuk dirinya sendiri..

***

avataravatar
Next chapter