2 "About the Incident"

2 Bulan kemudian..

[Di Kampus..]

   Saat jam pelajaran telah berakhir, Amrita melihat tingkah laku Saleta yang sangat terburu-buru memasukan semua buku pelajarannya ke dalam tas.

  "Saleta, bisakah kita pergi ke taman dan membeli es krim hari ini?" Tanya Amrita.

  "Maaf Amrita, tidak bisa hari ini"

  "Mengapa?"

  "Aku harus pergi bekerja lebih awal"

  "Tapi.. "

  "Ku usahakan lain hari, aku pergi duluan ya" Ucap Saleta yang segera meninggalkan Amrita dan juga kampusnya.

Amrita hanya terdiam dan bingung, melihat Saleta sangat terburu-buru.

  "Amrita, apa yang terjadi pada Saleta?" Tanya Dosen Jace, perlahan mendekati meja Amrita.

  "Entahlah, ia semakin sibuk sekarang"

  "Apa kau mengetahui di mana dia bekerja?"

  "Tidak, bahkan aku tidak bisa berbincang lama padanya"

  "Lalu, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Dosen Jace.

  "Akan ku pikirkan nanti, aku sangat berharap, jika ia baik-baik saja" Ujar Amrita dengan ekspresi yang sangat khawatir.

  "Tenanglah, sahabatmu akan baik-baik saja!"

  "Eh, Terimakasih banyak" Ucap Amrita.

***

  (Maafkan aku, Amrita.) Ujar Saleta di dalam hati.

Saleta mengambil sepedanya dan segera bergegas pulang ke rumah.

Sebelum ia sampai di rumahnya, ia mampir ke Toko Service ponsel untuk menebus ponselnya yang pernah rusak.

~~~

Sesampainya ia di rumah.

Seperti tak ada waktu baginya untuk beristirahat sebentar, ia segera bersiap-siap membersihkan tubuhnya. Lalu, ia mengenakan pakaian kerjanya dan langsung berangkat lagi menuju tempat ia bekerja.

***

Saleta datang lebih awal, yaitu pukul 15:30 Karena absen, dan bersiap membuka Restoran Ballend yang telah memajukan jam kerja menjadi pukul 16:30 Hingga 22:00

Saat Saleta sedang bekerja..

   "Prak.." Suara piring terjatuh ke lantai dan kemudian pecah.

   "Saleta, bisakah kau bekerja dengan benar? mengapa kau selalu membuat masalah?" Ujar Rina(kasir) yang datang ke dapur, melihat Saleta menjatuhkan piring.

   "Apa kau tidak bisa bekerja?" Ucap Rose(kasir) menyalahkan Saleta.

   "M-maafkan aku" Ujar Saleta yang merasa bersalah.

   "Kau selalu saja membuat kesal! Bersihkan sekarang!" Ujar Rose membentak Saleta dan mendorong Saleta hingga jatuh di hadapan pecahan piring.

   "Bersihkan sekarang, dasar tidak becus!" Rina membungkukkan badannya dan berteriak di depan wajah Saleta.

   "M-maafkan aku" Ucap Saleta yang tertunduk dan menangis.

Saleta mengangkat tangannya dan melihat

telapak tangan kanannya terluka karena mengenai pecahan piring. Pecahan piring itu menancap di telapak tangan Saleta dengan cukup dalam, membuat telapak tangannya mengeluarkan banyak darah.

  "Saleta!" Teriakan Lilia dan Maira berlari ke arah Saleta, membantu Saleta bangun.

   "Mengapa para waiters seperti kalian tidak pernah bisa bekerja dengan baik?!" Teriakan Rose.

   "Kalian tidak berhak menghakimi!" Ucap Lilia. Menatap tajam ke wajah Rose.

   "Hey, kau adalah bawahan! Pekerjaan yang begitu mudah saja, kalian tidak mampu melakukannya dengan benar! Dasar bodoh!" Ujar Rina dengan perkataan yang sangat kasar.

  "Hey, jangan lupa. Bahwa kalian juga pegawai di Restoran ini!" Teriak Maira berdiri di hadapan Rose dengan tatapan yang sangat sinis.

   "Hentikan! Apa yang terjadi pada kalian?!" Ujar Pak Mizuki teriak dari arah belakang mereka semua.

Mereka pun terdiam dan menundukkan kepala.

   "Rina, Rose! Kalian tidak berhak memarahi siapa pun!" Ujar Pak Mizuki dengan sangat tegas.

  "M-maaf pak, tapi Saleta telah.." Ucap Rina yang seketika langsung di potong ucapannya oleh Pak Mizuki.

   "Kalian berdua, pergilah ke meja kasir kalian sekarang!" Ujar Pak Mizuki dengan sangat lantang kepada Rina dan Rose.

Rina dan Rose pun segera pergi dari dapur ke meja kasir.

   "Lilia, Maira, Saleta. Apa yang terjadi?" Tanya Pak Mizuki.

   "Maafkan saya Pak, saya terlalu ceroboh" Ucap Saleta menundukkan kepala meminta maaf.

   "Saleta tidak sengaja menjatuhkan piring Pak, Rina dan Rose terlalu berlebihan" Ujar Maira.

   "Mohon maafkan dia" Ujar Lilia dan Maira, menundukkan kepala di hadapan Pak Mizuki membantu Saleta meminta maaf.

   "Sudahlah, ini hal yang sepele. Angkat kepala kalian" Ujar Pak Mizuki.

Lalu, Pak Mizuki melihat pada telapak tangan kanan Saleta yang mengepal dan meneteskan banyak darah.

   "Saleta, kau terluka! Ikut denganku sekarang!" Ujar Pak Mizuki terkejut melihat tangan Saleta.

Lilia dan Maira pun sontak melihat tangan Saleta secara bersamaan, merasa sangat khawatir dan langsung memeriksa tangan Saleta.

   "A-aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil. Akan ku bersihkan nanti" Ucap Saleta meyakinkan mereka dan menyembunyikan telapak tangannya.

Pak Mizuki tidak merasa yakin, ia langsung merampas tangan Saleta yang disembunyikan.

Tanpa banyak bicara ia langsung menarik Saleta untuk membawanya ke ruangannya.

  "Lilia, ikut saya temani Saleta! Maira, jadilah leader waiters, dan tangani pekerjaan kalian!"

   "B-baik Pak" Ujar Lilia dan Maira.

Maira kembali ke meja Restoran, Lilia mengikuti Pak Mizuki yang menarik paksa Saleta ke ruangannya.

~~~

Sesampainya di ruangan Kepala Restoran.

   Saleta duduk di kursi ruangan itu. Pak Mizuki segera melihat seberapa dalam luka di telapak tangan kanan Saleta.

Pak Mizuki sangat terkejut saat melihatnya. Karena, masih ada pecahan beling yang menancap di telapak tangan Saleta.

Lilia dengan sangat cepat tanggap, segera mencarikan kotak obat di ruangan itu dan memberikannya kepada Pak Mizuki.

   "Saleta tahanlah sedikit, saya akan mengeluarkan beling yang masih menancap, mungkin ini akan terasa sangat sakit. Tapi setelahnya, kau akan merasa lebih baik" Ujar Pak Mizuki yang menggenggam pergelangan tangan Saleta yang terluka dengan sangat erat.

   "Lilia, siapkan perban dan jangan lupa berikan racikannya pada perban itu" Ujar Pak Mizuki.

   "Baik" Ucap Lilia.

  "Pak, ini hanya luka kecil. Aku bisa mengatasinya, tak perlu khawatir" Ucap Saleta.

Pak Mizuki tak menghiraukan ucapan Saleta, ia menggenggam erat pergelangan tangan Saleta dan langsung mencabut pecahan piring yang menancap dengan sangat cepat.

   "Aaah!..." Saleta berteriak dengan sangat keras, saat Pak Mizuki mencabut pecahan beling itu dari tangannya.

   "Lilia berikan perbannya" Ujar Pak Mizuki.

Lilia segera memberikan perbannya. Setelah seluruh darah yang keluar dari tangan Saleta telah dibersihkan, Pak Mizuki segera membalutnya dengan perban.

   "Baiklah, sudah selesai." Ucap Pak Mizuki.

"Terimakasih banyak, Pak Mizuki dan Lilia." Ucap Saleta yang menahan rasa sakit.

"Kau boleh kembali bekerja, tapi jangan mengerjakan pekerjaan yang berat" Ujar Pak Mizuki.

   "Pak, tidak perlu cemas seperti itu, saya akan baik-baik saja"

   "Baiklah. Kau bisa pergi sekarang. Tapi Lilia, aku perlu bicara denganmu"

  "Baik Pak" Ujar Saleta dan Lilia.

Saleta keluar dari ruangan itu. Namun, Lilia tetap berada di ruangan itu.

   Saat keluar dari pintu ruangan, Saleta merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi. Saleta merasa aneh, karena Pak Mizuki dan Lilia sangat cemas kepadanya yang hanya mendapat luka kecil baginya.

Saleta melihat telapak tangannya yang terbalut perban.

   "Aku merasa bersalah. Karena telah merepotkan banyak orang, aku akan lebih berhati-hati dan lebih giat lagi. Aku akan segera temui Maira dan membantunya" Ujar Saleta pada dirinya sendiri yang menatap luka di tangannya.

Saleta pun pergi menuju tempat posisinya bekerja di dekat meja kasir.

.....

**Di dalam ruangan Pak Mizuki**

   "Lilia, segera beritahu aku. Jika terjadi sesuatu lagi," Ujar Pak Mizuki bicara pada Lilia di dalam ruangan.

  "Baik! Akan ku perhatikan dengan lebih teliti!" Ucap Lilia.

  "Sekarang kau boleh kembali pada posisimu."

   "Baiklah." Lilia keluar dari Ruangan dan kembali pada posisi kerjanya, yaitu bersama dengan Saleta dan Maira.

Mereka semua kembali bekerja.

***

  Jam kerja Saleta telah berakhir, masalah yang terjadi sudah biasa terjadi baginya dan ia tak bisa menghindarinya.

Saleta beristirahat di dapur sebentar setelah jam kerjanya berakhir, sebelum ia kembali pulang ke rumah.

Keringatnya bercucuran, ia duduk bersandar di dinding dekat dengan pintu belakang.

Saleta berkali-kali memandangi tangannya yang terbalut oleh perban, karena kejadian tadi.

   "Saleta, apa kau akan berdiam disini?" Tanya Lilia.

  "Mana mungkin? Aku akan pulang.. hehehe" Ujar Saleta sambil tertawa.

   "Bagaimana kalau kita pulang bersama? Aku akan mengantarmu dengan sepeda motorku" Ujar Lilia mengajak Saleta pulang bersama.

  "Tapi aku membawa sepeda, mungkin aku akan ikut pulang bersamamu lain kali" Jawab Saleta merasa tidak enak hati.

   "Baiklah, lain kali kita pulang bersama ya" Ujar Lilia.

   "Tentu saja!" Ucap Saleta.

   Lilia dan Saleta keluar paling terakhir di antara pegawai lainnya dari pintu belakang, dan mereka mengunci pintu belakang itu.

Mereka berdua pun berpisah mengendarai kendaraan masing-masing dan bergegas untuk pulang.

***

 Keesokan harinya..

   "Apa yang terjadi pada tanganmu Saleta?" Tanya Amrita saat bertemu di Kampus.

   "Tenanglah ini hanya luka kecil"

   "Kau harus pergi ke rumah sakit sekarang" Ujar Amrita mengajak Saleta ke rumah sakit.

   "Amrita tenanglah, aku sudah baik-baik saja" Ujar Saleta, menolak ajakan Amrita dan membuatnya percaya jika dirinya baik-baik saja.

Amrita tidak bisa berbuat apa-apa di saat Saleta menolak ajakannya.

  "Baiklah. Tapi berjanjilah, untuk kabari aku jika terjadi sesuatu pada lukamu"

  "Uuuu sayangku, kau begitu khawatir sekali padaku" Ujar Saleta memeluk Amrita.

   "Jelas saja.. Kau adalah tanggung jawabku, karena kau.." Ucap Amrita yang seketika langsung menghentikan ucapannya.

   "Karena kau itu teman baikku" Amrita melanjutkan ucapannya.

   "Hey, tenanglah. Sudah ku katakan bukan? aku baik-baik saja"

***

   Saat pulang dari kampus, Saleta berbaring di ranjang melepaskan lelahnya setelah kuliah.

Saat ia sedang berbaring, tiba-tiba ia menerima telepon yang ternyata dari Kepala Restoran yaitu Pak Mizuki. Pak Mizuki memberitahukan bahwa hari ini Saleta diliburkan untuk beristirahat.

   "Tapi kenapa Aku diliburkan hari ini pak?" Tanyanya berbicara lewat telepon

   [ku berikan waktu untuk kau beristirahat dan memulihkan dirimu? Suara Pak Mizuki dari telepon.

   "Tapi, ku mohon percayalah. Aku baik-baik saja pak!"

   [Dengarlah Saleta, ini perintah! Jika kau melanggar, aku akan memberikan sanksi yang berat padamu!]

   "Tapi pak.."

[Tutt..Tutt..Tutt]

Pak Mizuki mematikan teleponnya.

  "Aaaargh.. Apa yang terjadi?" Ujar Saleta mengeluh, dan melempar ponselnya ke sisi bagian lain ranjangnya.

  Saleta merasa bingung dan bosan, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan karena hari ini ia diliburkan untuk bekerja.

Saleta berusaha tetap tersenyum, mencoba menjalankan harinya yang membingungkan, menjadi hari yang menyenangkan.

Akhirnya ia memiliki ide untuk coba membuat kue hari ini, untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

  Saleta keluar dari rumah menuju Minimarket, untuk belanja bahan-bahan membuat kue. Tak butuh waktu lama, Saleta pun sampai di Minimarket dan segera membeli bahan-bahan yang ia perlukan.

~~~

Setelah ia mendapatkan bahan yang ia butuhkan, ia segera pulang ke rumah untuk memulai membuat kue.

   "Baiklah Saleta, ayo tunjukan keahlian mu" Ujarnya pada diri sendiri sambil mengikat celemek di pinggangnya.

  Saleta mengambil seluruh alat yang ia butuhkan dan mulai mencampurkan bahan-bahan, kemudian di aduk menggunakan mixer.

Dengan sangat cepatnya ia mencetak adonan kue ke loyang dan memanggangnya di oven.

~~~

20 menit kemudian, Adonan kue pertamanya telah matang dan segera ia keluarkan dari oven.

   "Hmmm.. Harumnya kue buatan ku" Ujarnya sambil mengendus aroma kue yang ada di atas loyang.

  "Aku harus mencicipinya" Ucapnya, mengambil satu potong kue lalu memasukannya ke dalam mulut.

   "Yummy.. Sangat enak" Ujarnya, tersenyum bangga.

Saleta berpikir membuat kue yang cukup banyak, untuk memberikan kepada sahabatnya, yaitu Amrita.

   Beberapa kali ia mengulangi membuat adonan kue dan memanggang adonannya agar menjadi kue yang porsinya cukup banyak.

  Adonan terakhir yang telah ia panggang di oven pun telah matang. Ketika ia mengeluarkan loyang dari oven, ia merasa seperti terbakar pada tangannya yang terluka, tanpa sengaja, sontak ia melepaskan loyang yang ia pegang hingga terjatuh berantakan ke lantai.

   "Aaargh.." Teriaknya memegangi tangan kanannya yang terluka.

   "Apa yang terjadi pada tanganku? Rasanya seperti terbakar" Ujar Saleta merintih kesakitan.

   Saleta segera memasukan telapak tangan kanannya ke dalam bak penampungan air di wastafel dapurnya. Karena tidak tahan dengan rasa sakit seperti terbakar yang ia rasakan.

  "Huh, cukup lebih baik. Mungkin karena aku belum mengganti perbannya. Setelah semua selesai aku akan mengganti perbannya" Ujarnya.

   Saleta segera membereskan dapurnya dan menata kuenya ke dalam toples.

Setelah semua selesai ia bereskan, ia duduk beristirahat di sofa dekat bingkai foto ke dua orang tuanya.

Saleta melihat ke arah tangannya dan secara perlahan-lahan ia membuka perban yang melilit pada telapak tangannya. Pada putaran perban terakhir, Saleta merasa sangat terkejut melihat lukanya dan ia merasa sangat aneh.

   "Apa yang terjadi pada tanganku? Apa mungkin luka bekas pecahan piring itu bisa memberikan bekas luka seperti simbol?" Ujar Saleta merasa bingung melihat luka di telapak tangannya membentuk seperti sebuah gambar simbol.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi pada kecelakaan di Restoran itu sambil menyentuh gambar simbol di telapak tangannya itu.

~~~

   Setelah itu malam hari telah datang, tak sadar Saleta tertidur di sofa saat ia beristirahat.

  "Ya ampun, aku tertidur. Aku tak sempat mengantar kue buatan ku kepada Amrita". Ujarnya kaget melihat langit telah berubah menjadi gelap.

   "Huh.. Sepertinya sekarang sudah terlalu malam, mungkin besok pagi aku akan memberikannya di Kampus". Ujarnya setelah melihat jam.

Akhirnya Saleta pun masuk kedalam kamarnya dan melanjutkan tidurnya.

***

   Keesokan harinya saat ia di Kampus, ia berjalan melewati lorong koridor kampus menuju kelasnya dan mencari Amrita untuk memberikan kue buatannya yang tidak sempat ia antar kan kemarin karena ia tertidur sepanjang hari di sofa.

Dengan wajah yang cukup ceria, berharap jika Amrita akan suka dengan kue buatannya ia bersemangat jalan di lorong koridor sambil menatap kearah toples kue yang ia bawa.

  Tiba-tiba...

   "Aduh!..". Teriak Saleta terjatuh yang rupanya tak sengaja menabrak senior kuliahnya karena terlalu bersemangat sambil memandangi toples kue yang ia bawa.

   "Hey, bodoh sekali kau! Apa kau tidak menggunakan matamu?!". Ujar seniornya membentak.

   Saat Saleta memalingkan pandangannya ke arah wajah sang senior, Saleta terkejut karena ia berhadapan dengan seniornya yang bernama Xiaozi.

Seorang wanita yang sangat populer di kampusnya karena memiliki aura kecantikan yang memiliki level sangat tinggi.

Xiaozi dikenal sebagai wanita yang angkuh dan sombong karena kepopuleran serta kecantikannya. Saleta beberapa kali tak sengaja mendengar kabar lalu lalang tentang Xiaozi yang suka menindas mahasiswi yang tak di sukai olehnya.

   "Maafkan saya kak!". Ujar Saleta menunduk dengan bertekuk lutut dihadapan Xiaozi.

   "Apakah matamu tidak berfungsi dengan baik? Aku sangat membencimu ! Kau mengotori pakaianku dengan tanganmu". Ujar Xiaozi menatap Saleta dengan sangat tajam dan berusaha mendorong Saleta.

   "Hentikan!". Suara sentakan seseorang datang dari belakang Saleta dan menghentikan tangan Xiaozi yang ingin mendorong Saleta, kemudian tangan Xiaozi dilemparkan menjauh dari Saleta. Seseorang itupun memegang bahu Saleta dan membantu Saleta untuk bangun dari tundukkannya yang bertekuk lutut.

   "Apa yang kau lakukan Yovano?! mengapa kau menghalangiku?!". Ujar Xiaozi kepada seseorang yang menyelamatkan Saleta.

Dia adalah Yovano, mahasiswa pindahan yang menjadi senior Saleta dan menjadi mahasiswa pertama yang populer hanya dalam waktu 4 bulan saat ia pertama kali menjadi mahasiswa Ballencia University. Bukan hanya wajahnya yang tampan dengan rambut yang cukup gondrong halus berwarna cokelat menutupi alis mata.

Yovano memiliki mata berwarna biru yang sangat indah, beralis mata tebal, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir tipis dan dagu yang indah. Postur badannya tinggi tegak, berkulit putih dan berpakaian rapih. Ia juga menjadi mahasiswa pertama yang nilainya sangat unggul dari yang lain, semua wanita terpanah melihat Yovano.

   "Apa kau baik-baik saja?". Tanya Yovano kepada Saleta.

   "Ya aku baik-baik saja. Terimakasih". Ucap Saleta.

Saleta pun melihat wajah Yovano dan seketika terdiam saat melihatnya. Yovano membantu membersihkan tangan Saleta yang pandangan matanya tetap kepada wajah Yovano.

  "Yovano, apa yang kau lakukan? Dia yang menabrak ku, mengapa dia yang kau selamatkan?". Ujar Xiaozi.

   "Xiaozi, pergilah!". Ucap Yovano kepada Xiaozi namun arah pandangannya tetap pada tangan Saleta dan membersihkan tangan Saleta.

   Setelah itu Xiaozi merasa kesal, Xiaozi meninggalkan Saleta dan Yovano. Ia mengarahkan tatapan yang sangat tajam pada Saleta. s

Seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang berada di lorong itu ramai melihat kejadian itu.

   "T-terimakasih banyak, aku bisa membersihkannya". Ujar Saleta menarik tangannya dari Yovano, Saleta merasa malu menyadari bahwa dirinya menjadi sorotan pandangan semua orang di lorong kampusnya.

   "T-tapi...". Ucap Yovano.

   Seakan Saleta tak menghiraukan Yovano, ia meninggalkan Yovano dan berjalan cepat kearah kelasnya dengan wajah yang menunduk.

   Saleta pun sampai dikelasnya dan langsung duduk di kursinya, melepaskan tasnya dan menaruh toples kue yang ia bawa dimeja belajarnya.

   (Ya ampun Saleta, apa yang kau lakukan? Kau mempersulit dirimu sendiri!). Ujarnya dalam hati dan ia pun menunduk kepala di mejanya dan menempelkan dahinya pada meja.

   Saleta merasa kesal pada dirinya sendiri yang sering kali membuat masalah tanpa disengaja karena kecerobohannya, membuat ia berada pada cobaan yang terus menerpa dirinya.

  (Kriing.. Kriing.. Kriing..)

Suara bel jam pelajaran pertama telah dimulai, Saleta mengangkat kepalanya dan melihat kearah kursi Amrita yang ternyata Amrita belum terlihat sejak tadi.

   (Kemanakah Amrita? Apa dia terlambat? Dasar nakal). Ucapnya dalam hati sambil tersenyum.

   Perkiraan Saleta jika Amrita datang terlambat hari ini, Dosen Jace pun masuk kedalam kelas dan memulai pelajarannya.

   30 menit telah berlalu, Amrita belum juga muncul. Saleta merasa bingung apa yang terjadi pada Amrita hingga bisa sangat terlambat seperti ini.

 ~

   1 jam telah berlalu, Amrita tak kunjung datang ke kampus, Saleta merasa sangat khawatir kepada Amrita. Ditengah-tengah Dosen Jace menerangkan pelajaran, Saleta mencuri-curi situasi untuk coba menghubungi Amrita dengan sembunyi-sembunyi menggunakan ponselnya agar Dosen Jace tidak mengetahuinya.

~~

  Jam pelajaran pertama pun telah usai. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi dikelas Saleta keluar kelas untuk beristirahat. Saleta tetap didalam kelas dan berkali-kali berusaha menghubungi Amrita namun tak ada jawaban, Saleta berkali-kali mengirim pesan singkat juga tak ada jawaban dari Amrita.

   (Apa yang terjadi padanya? Dia tidak biasanya seperti ini). Ujar Saleta merasa sangat cemas.

Saleta tetap berusaha menghubungi Amrita hingga jam istirahat usai dan pelajaran kembali dimulai.

Mata Saleta tak lepas memandang kearah luar jendela berharap ia bisa melihat Amrita.

~~~

   Jam pelajarannya telah usai, seluruh mahasiswa dan mahasiswi keluar kelas meninggalkan University untuk pulang kerumah masing-masing, Saleta masih membereskan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tas, dikelas itu hanya tersisa dirinya dan juga Dosen Jace. Saleta segera berjalan menghampiri meja Dosen Jace di depan kelas sebelum ia meninggalkan kelasnya.

   "Maaf Pak".

   "Ada apa Saleta?".

   "Saya ingin bertanya, apakah Amrita memberitahu pihak University mengapa ia tidak hadir hari ini?".

   "Sudah, ia memberi kabar kepadaku, untuk izin tidak hadir beberapa waktu".

   "Apa Amrita memberikan alasan ketidak hadirannya?".

   "Tidak Saleta, ia hanya menyampaikan seperti itu".

   "Terimakasih banyak Pak, saya pamit dulu". Ujar Saleta langsung meninggalkan Dosen Jace dan kelasnya menuju parkiran.

  (Apa yang terjadi pada Amrita? Mengapa dia tidak memberitahu apa-apa kepadaku?). Ujar Saleta merasa sangat cemas.

  (Apa mungkin karena kesibukanku belakangan ini? Saleta, kau sangat bodoh!). Ujarnya sambil mengayuh sepeda dengan sangat cepat menuju rumah Amrita.

***

   Saleta sampai didepan gerbang Rumah Amrita, suasana rumahnya sangat sunyi seperti tidak ada penghuni. Rumah Amrita cukup besar dan hanya ditinggali oleh Amrita.

Namun saat itu Saleta tidak melihat ada kehidupan didalam rumah Amrita, Saleta terus berusaha memanggil Amrita dari luar gerbang. Merasa tidak sabar karena kecemasannya, Saleta menerobos masuk ke dalam gerbang dan berlari ke depan pintu rumah Amrita.

   (Tok.. Tok.. Tok..)

   "Amrita, apakah kau didalam sana?". Teriak Saleta dengan sangat keras didepan pintu rumah Amrita.

   "Amrita ku mohon keluarlah jika kau mendengar aku".

   Tiba-tiba suara seseorang membuka pintu, Saleta merasa lega karena ia merasa Amrita akan membukakan pintunya.

Ketika pintu telah terbuka rupanya tidak seperti dugaan Saleta yang mengatakan bahwa itu adalah Amrita yang sedang membuka pintu, melainkan seorang ibu-ibu berusia sekitar 50tahun yang membuka pintu rumah Amrita dan keluar dari dalam Rumah Amrita.

   "Ada apa nona?".

   "Apakah ada Amrita?".

   "No-nona Amrita?".

   "Ya Amrita, apakah dia ada didalam? Aku harus menemuinya".

   "N-nona A-Amrita..". Ucap seorang wanita paruh baya itu terbata-bata.

   "Biarkan aku masuk menemui Amrita". Saleta berusaha menerobos masuk pintu yang dihalangi oleh seorang ibu itu.

   "Ti-tidak nona, nona Amrita tidak ada dirumah". Ujar sang ibu itu menghalangi Saleta masuk.

  "Bagaimana bisa dia tidak dirumah? Mengapa kau menghalangiku? Dan siapakah kamu?".

   "A-aku adalah Salma pengurus rumah tangga nona Amrita. Aku bekerja baru 3bulan disini dan saat ini nona Amrita sedang tidak dirumah".

   "Oh maafkan aku Bibi, aku tidak mengetahuinya. Lalu dimana dia berada Bi?".

   "Dia bilang, dia akan menjalani pekerjaan diluar. Ku mohon pergilah nona, datang lagi jika nona Amrita sudah pulang, masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan!". Ujar bibi Salma yang langsung masuk kedalam rumah Amrita menutup pintu rumah Amrita dan meninggalkan Saleta didepan pintu rumah Amrita.

Saleta merasa sangat kecewa dan juga merasakan ada hal yang aneh. Namun, ia tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk menerobos masuk. Mau tidak mau ia hanya bisa pasrah.

   Saleta merasa sangat sedih, ia berjalan perlahan-lahan menuju gerbang rumah Amrita sambil memandangi toples kue yang ia bawa untuk Amrita.

Saat ia keluar dari gerbang rumah Amrita, suara dering pesan singkat berbunyi pada ponsel Saleta, Saletapun segera mengeluarkan ponselnya dan memeriksa, ternyata pesan singkat itu dari Amrita.

   (Hey Saleta, maaf aku tidak menjawab teleponmu dan tidak mengabarimu, aku butuh waktu untuk istirahat saat ini, tenanglah jangan cemas, aku akan baik-baik saja, tunggu aku kembali ya). Isi pesan singkat dari Amrita.

   Saletapun menangis memeluk ponselnya setelah membaca pesan singkat dari Amrita, ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjadi sahabat yang baik untuk Amrita, sedangkan Amrita selalu ada disisinya dalam keadaan apapun dan disaat Saleta membutuhkan Amrita, Amrita selalu datang tak perduli dengan waktu. Sedangkan kini, Saleta merasa dirinya tak berguna untuk Amrita.

***

   Sesampainya dirumah, Saleta segera masuk kedalam rumah dan duduk di sofa.

Dering pesan singkat berbunyi lagi..

  (Saleta, istirahat lah dirumah sampai dirimu pulih, jadi jangan datang ke Restoran hari ini sampai lusa nanti). Pesan singkat itu dari Pak Mizuki kepala Restoran yang meminta Saleta untuk beristirahat sampai keadaannya pulih.

   Saleta merasa bosan karena ia tidak merasa sakit terlalu parah karena kecelakaan itu, tapi ia tidak diperbolehkan bekerja sampai lukanya sembuh. Padahal Saleta merasa sangat sehat, terlebih lagi luka ditelapak tangannya sudah membaik.

Saleta juga merasa sedih memikirkan Amrita. Dengan kesedihannya ia membaringkan badannya pada sofa yang ia duduki saat ini..

  (Tidak bekerja, tidak ada Amrita. apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caraku menemukan Amrita? Aku sangat mencemaskan dia). Ujarnya pada diri sendiri sambil memandangi bekas luka ditelapak tangannya yang dilayangkan diatas wajahnya.

******

   Hari telah berlalu. Keesokan harinya Saleta datang ke kampus dengan rasa yang kurang bersemangat karena tidak ada Amrita disisinya, sepanjang hari ia mencemaskan keadaan Amrita yang tidak bisa ia lihat keadaannya dengan menggunakan mata kepalanya sendiri.

Suasana di Kampusnya menjadi sangat membosankan, saat istirahat Saleta pergi kekantin sendirian dan duduk dikursi kantin sendirian sambil melamun menatapi makanan yang telah ia pesan dan hanya ditusuk-tusuk dengan garpu tanpa ia makan.

Tiba-tiba...

  (Bruuk..)

   Gelas minuman Saleta diatas meja samping piringnya tiba-tiba tumpah, Saleta sadar dari lamunannya melihat mejanya yang basah semua.

   "Hey pembuat onar, beruntunglah kemarin kau selamat karena Yovano telah menghalangiku". Ujar Xiaozi yang berdiri disamping kursi Saleta yang sengaja menabrak pinggir meja kantin yang ditempati oleh Saleta agar gelas minuman Saleta tumpah.

   "A-ada apa kak?". Ujar Saleta kaget melihat Xiaozi.

   "Tak usah berlagak lugu, aku sangat membencimu!".

   "T-tapi aku sudah minta maaf kemarin, apa kesalahanku kali ini?".

   "Dasar bodoh, aku sangat membencimu ! Pertama, kau mengotori pakaianku yang mahal dengan kue jelek mu !

Kedua, kau membuatku sangat marah dan membencimu !

Ketiga, kau mencoba menggoda Yovano! Apa kau tau ? Yovano adalah kekasihku!".

   "A-aku tidak menggodanya dan jika kemarin aku salah, aku benar-benar sangat minta maaf kak". Ujar Saleta menunduk.

   "Tidak! Aku tidak akan memaafkanmu! rasakanlah kemarahanku!". Ujar Xiaozi menumpahkan sebotol air mineral diatas kepala Saleta hingga rambut dan pakaian Saleta basah, sontak Saleta bangun dari duduknya merasa sangat kaget atas perlakuan Xiaozi.

   "Hahaha..". Suara tawa dari seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang ada dikantin saat itu.

   Saleta berdiri dan tetap menunduk meratapi air yang mengalir dari rambutnya melalui dahi, mengalir diwajah dan menetes dari dagunya. Saleta terdiam tak bisa berkata apa-apa. Tiba-tiba Xiaozi menekan bahu Saleta hingga Saleta bertekuk lutut dikaki Xiaozi.

   "Bersujudlah dikaki ku jika kau ingin mendapatkan maaf dariku! Jika tidak, kau akan terus menderita seperti ini". Ujar Xiaozi menekan bahu Saleta hingga Saleta bertekuk lutut dihadapannya.

   Saleta mengeluarkan air mata merasa malu pada dirinya saat ini yang sedang dipermalukan oleh seniornya. Pikirnya, jika ia tak menuruti keinginan Xiaozi, mungkin ia akan terus dipermalukan Xiaozi setiap harinya yang dimana harapan Saleta kuliah di Kampus ini hanya ingin belajar dengan tenang dan mewujudkan impian mendiang Ayah dan Ibunya. Tak ada pilihan lain bagi Saleta, Saleta memejamkan mata dan perlahan menundukan kepala kelantai dengan bermaksud untuk bersujud dikaki Xiaozi.

   "Hentikan! Bangunlah". Ujar Yovano tiba-tiba datang dan membangunkan Saleta yang hampir saja bersujud.

   "Yovano! Apa yang kau lakukan? Lagi-lagi kau menghalangiku!". Ujar Xiaozi melihat Yovano memegang bahu Saleta dan berusaha membangunkan Saleta.

   "Kau keterlaluan Xiaozi!". Ujar Yovano menatap tajam kearah mata Xiaozi.

Saleta hanya terdiam dengan kepala tetap menunduk dan meneteskan air mata. Suasana dikantin itu semakin memanas.

   "Sebelumnya kau tidak pernah ikut campur dengan apa yang ku lakukan! Tapi sekarang? Kenapa kau ikut campur urusanku dan menghalangiku? Kau adalah kekasihku! Seharusnya kau membelaku yang sudah dibuat kesal oleh wanita jalang ini!". Ujar Xiaozi dengan nada bicara yang sangat tinggi dan menoyor dahi Saleta.

   "Aku memang tidak pernah peduli dengan urusanmu! Tapi kali ini kau melebihi batasmu!". Ujar Yovano, Yovano pun menggenggam pergelangan tangan Saleta dan menarik Saleta pergi dari sana.

   "Yovano! Kau tidak boleh membawanya pergi sampai rasa kesalku hilang! Aku sangat marah sekarang karena dia menggoda dirimu juga!". Teriak Xiaozi dari belakang Yovano dan Saleta.

Yovano seketika menghentikan langkahnya mendengar kata-kata yang dilontarkan Xiaozi. Yovano merasa sangat marah dan kemudian melanjutkan langkah kakinya menarik Saleta menjauh dari Xiaozi.

   "Baiklah! Hari ini dia selamat! Tapi nanti akan ku buat ia merasakan hal yang lebih parah dari ini karena kau telah membawanya dari hadapanku Yovano!". Teriak Xiaozi sangat keras.

Yovano sangat tidak menghiraukan dan terus menarik Saleta menjauh dari kantin.

.....

(To be continue)

avataravatar
Next chapter