1 Prolog

Dia.

Bising kenalpot serta klakson kendaraan yang rutin dia dengar setiap hari seolah menjadi instrumen terbaiknya saat ini.

Itu terbukti dari sikapnya yang seolah tidak terusik dan tetap menunduk untuk membaca info grup pada layar ponselnya.

Semilir angin dari pintu angkot sedikit menyibak rok yang panjangnya dibawah lutut yang sedang Ia kenakan. Tanpa perintah tentunya dia langsung menahannya agar tidak tersibak lebih tinggi.

Saat gerbang rumah sakit sudah terlihat " Mang kiri! " seorang gadis turun dari angkot

Dia menyerahkan uang lima ribu. " Neng teu aya angsulan " emang angkot terus mencari uang seribu di tempat uang yang berada di bawah stir.

" Oh yaudah gapapa mang  " Ia langsung masuk ke gedung rumah sakit yang didominasi oleh warna putih dan beraroma khas itu.

Dia mulai menelusuri kolidor dan sedikit menyapa perawat yang berpapasan. Dia benar benar senang hari ini, pasalnya Bima adik tampan nya yang berumur 13 tahun sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari mendapat perawatan intensif di rumah sakit ini.

Dengan sedikit tergesa ia menaiki lift sambil membenarkan posisi sling bag nya yang agak melorot.

Triiinggg

Saat pintu lift terbuka ia pun bergegas keluar dan  mengambil arah kiri.

" Teh Deli " panggil seorang bocah yang duduk di kursi roda, yang berhasil menarik atensinya.

Yaaa, dia Delira Angkara Rasyid. Putri Sulung dari bapak Ahmad Rasyid dan ibu Dewi yang sangat manis.

Delira yang baru saja Naik ke kelas 11 tersebut baru saja dilantik sebagai anggota osis. Selain itu dia juga bergabung di forum pecinta HAM sekolahnya.

Forum ini merupakan suatu forum atau organisasi yang baru di resmikan di sekolahnya. Organisasi Ini Awalnya didirikan oleh sekumpulan anak anak pecinta PPKN.

Otak pintarnya mungkin itu turunan dari sang ibu yang selalu mendapat peringkat 1, dan sifat aktif serta susah untuk diam di rumahnya itu dari ayahnya.

Ya, Ahmad memang tidak sepintar Dewi. Tapi sejak muda ahmad sudah aktif berorganisasi sehingga memiliki banyak rekan. Dia masuk sekolah kejuruan dan mengambil jurusan pemasaran.

Kesuksesannya terus berlanjut hingga saat ini dia sudah menjabat sebagai manajer pemasaran di salah satu perusahaan swasta.

Delira juga mengikuti jejak ayahnya untuk bersekolah di sekolah menengah kejuruan ( SMK ) Gema Nusa namun, delira tidak memiliki keahlian berdagang atau menawa8rkan barang seperti sang ayah.

Delira lebih minat pada bidang perkantoran. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke jurusan perkantoran.

□□□

" Amih ihh maluu " Bima menurunkan topi yang ia kenakan lebih bawah untuk menutupi wajahnya, meski hanya sebatas hidung.

" Malu kenapa A? " amih mendorong kursi roda Bima, di dampingi Deli di sampingnya.

" Gausah pake kursi roda weh, Bima udah bisa jalan " Bima mendongak mencoba menatap amih.

" Tapikan Bima masih lemes, udah gapapa gausah malu " amih terus mendorong kursi rodanya hingga gerbang rumah sakit.

Pasalnya Ahmad atau pria yang sering di panggil apih oleh keluarganya tersebut sudah menunggu mereka di gerbang depan menggunakan mobil warna biru tuanya.

Saat di gerbang tatapan Deli bertabrakan dengan netra seorang dokter muda yang berperawakan tinggi dan warna kulit yang putih pucat.

Dokter itu dokter yang sudah merawat Bima selama Beberapa hari di rumah sakit. Sebagai rasa sopan Delipun melempar sedikit senyum, sangatttt sedikit bahkan hampir  tidak nampak.

Deli mengingat pesan apihnya " Kamu kalo senyum sama cowo ganteng, jangan terlalu lebar"

Deli yang saat itu masih kelas 8 benar benar polos dan tidak mengerti ucapan sang apihpun bertanya.

" Loh kenapa pih? "

Dengan pergerakan lembut apih mengelus kepala Deli " membuat orang diabetes itu tidak baik Del "

Tawa renyahpun terdengar.

Deli jadi tersenyum geli saat mengingat pesan apihnya tersebut, dia pun langsung memasuki mobil dan duduk di samping Bima yang berada di kursi belakang.

" Ihh gantengnya anak apih " apih melirik Bima sebelum tancap gas dan membelah jalanan Purwakarta dengan mobil biru tuanya.

avataravatar
Next chapter