5 4. Puisi

Sebenernya bikin absen yang disuruh kang Azka itu bisa nanti² sih. Soalnya baru pas dipake pas pertemuan berikutnyakan. Tapi aku udah bikin itu waktu malem.

Sampe lupa pagi ini mau ngisi acara.

Berhubung 9 menit lagi gerbang di tutup, dan Deli masih pake sepatu. Jadi amih nyuruh mang Ferdi buat ngaterin Deli ke sekolah pake motor CB nya.

Selama di perjalanan Deli berpikir keras soal dia yang harus mengisi acara.

" Del pegangan atuh biar romantis " -Ferdi

" Apasi ah Deli teh lagi bingung mang, malah ngajakin rom-" Deli sedikit berfikir. Bukannya anak muda  sangat senang dengan hal hal yang berbau romantis?

" kenapa Del? "

" Ah enggak mang " lalu Deli mengeluarkan hp nya dan mulai mengetik sebuah puisi di memo. Ya, Deli pikir puisi yang diiringi petikan gitar bisa menarik attention para murid, agar mereka mau keluar kelas dan berkumpul di lapangan.

■■■

" Teh ayo isi acaranya dulu, udah ada sebagian yang kumpul di lapangan "

Ternyata sudah ada anak osis yang kelas 10 di parkiran. Mereka sengaja menunggun Deli. Karena sudah ada beberapa siswa yang berkumpul di lapang.

" Eh iya sebentar " Deli ingin membuka helmnya, namun ternyata tak semudah yang Deli pikir,

Ferdi tidak menyadarinya dan malah asik membelokan motornya.

" Ihh amang ini helmnya " Deli sedikit berteriak karena Ferdi akan pergi begitu saja dan meninggalkan helm yang masih terpasang di kepala Deli.

" Astagfirullah poho " sambil cengengesan

" Sini sini amang bukain, tudana kamumah muka nukieu ge teu bisa " perlu diingatkan bahwa Ferdi ini cerewet.

Deli hanya bisa tersenyum. Ya, emang itu yang Deli suka dari Ferdi. Sangat cerewet namun perhatian.

" Gih sekolah yang bener biar jadi bupati " sontak membuat Deli tertawa.

" Teh ayo " -osis

" Eh iya ayo " Delipun bergegas masuk ke dalam

" Eh de ada temen kamu yang bisa main gitar ga? "-Deli

" Hmm, ada deh kalo ga salah. Sebentar ya teh " dia mengeluarkan hp nya

Delipun mengangguk.

" De nanti kalo udah ada langsung ke teteh aja gitu ya, teteh mau langsung ngisi aja. Soalnya udah ada yang mulai balik ke kelas lagi "

" Iya teh "

Delipun mengambil mikrofon yang sudah disediakan.

" Akang teteh mau pada kemana? Jangan dulu pada ke kelas ya. Mmmm, Deli ada sedikit puisi nih, sambil nunggu orang yang dari dinas kesehatannya datang "

" Teh " Delipun menoleh

" Loh Bahar? " Bahar membawa gitar

" Kamu bisa main gi-"

" Ah udah ayo langsung aja teh "

" Yaudah ayo "

Deli menatap Bahar seolah memberi aba aba.

Dan menarik nafas panjanggg, lalu mengeluarkannya.

Akar Bagi pohon

Sekokoh kokohnya pohon

tetap akan tumbang bila tak di

topang akar.

Sama sepertiku, yang kuat menunggu

hanya karena  satu alasan. Yaitu, rindu

Tapi apa boleh buat...

pohon dan akar itu hidup

di dimensi yang berbeda.

Akar di dalam tanah

dan pohon di atasnya...

begitupun dengan si rindu

yang selalu ada di lubuk

tanpa pernah kau tahu

Ingin tahu apa yang akan

terjadi saat akar timbul???

tentu akan ada banyak orang

yang tersandung.

Si hati hanya ingin berpesan~

Pesan pertama untuk si rindu,

jangan timbul karena itu akan

menyakiti

Pesan kedua untuk si rindu,

jangan pula hilang karena aku

akan tumbang.....

-Teh Deli

Di sisi lain ada seseorang yang berkata

"bolehkan saya menjadi alasan akar itu tumbuh?"

Singkat cerita acara telah dimulai. Karena Deli rasa ada yang tidak beres dengan perutnya. Diapun memutuskan untuk ke kamar mandi dan menitipkan acaranya ke osis kelas 10.

Bukannya apa apa tapi jika benar pengisi acaranya masih muda dan tampan bisa bisa acara tidak kondusif karena ulah siswi di Gema nusa yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah siswa.

Deli cukup lama berada di kamar mandi, ternyata dia baru kedatangan tamu. Dengan bantuan Dias semuanya sudah teratasi dan Deli kembali ke lapangan.

Saat di lapangan Deli tidak bisa menemukan Dias. Padahal tadi dia yang mengajak Deli untuk duduk bersama. Delipun menanyakan Dias pada Bintang.

" Bin liat Dias ga? "

" Kalo ga salah tadi liat di barisan depan deh sama Nita "

Deli hanya bisa membuang nafas, dia sudah sangat hafal dengan teman temannya ini. Mereka akan sangat semangat jika berhubungan dengan pria muda, tampan, dan mapan.

" Yaudah deh, makasih ya Bin "

Dari tadi Deli hanya fokus mencari Dias sampai sampai dia tidak sadar bahwa sosok yang dibicarakan oleh teman temannya itu malah memperhatikannya dari depan sana.

" Del " panggil Nita

" Dias ko ninggalin sih? Katanya mau bareng " Dias tidak menghiraukannya dia malah terus menatap dokter yang katanya tampan itu.

Karena merasa kesal tidak dihiraukan Delipun mengalihkan pandangannya ke depan, dan....

" Loh dokter itu "

" Kamu kenal Del " - Nita

" Hah? Eh eng- enggak cuma waktu itu dia pernah ngerawat adik aku waktu sakit "

" Hah?? Jadi kalian pernah ketemu Dell !!?? Heboh Dias

" Tau ah "

" Ih Deliramah marah " Dias mulai menggelayut

Deli masih diam.

" Deli jangan marah dong. Dell ihh " Dias mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu pelukan

" Iya iya udah ah " Deli terkikik

" Teh permisi acaranya udah mau selesai " - ade kelas yang tadi

" Iya udah gapapa kalo udah selesai " ucap Deli santai

" Tapi kata teh Lisda dokternya harus di kawal sampe depan "

" Lah di kawal? "

" Iya soalnya tuhh liat teh " dia menunjuk dokter yang sudah dikerubuni oleh murid murid yang ingin minta foto.

" Ck, yaudah deh ayo "

Seperti yang diperintahkan teh Lisda akupun mengawal dokter tadi, meskipun sedikit terdengar lebay. Tapi yasudahlah.

" Permisi semuanya, mohon maaf ya dokternya lagi buru buru " sontak para siswipun menoleh ke arahku, tak terkecuali  dokter muda itu.

" Sebentar doang kenapa sih, pelit banget!!"

" Iya dokternya aja gapapa "

Gapapa gimana?orang jelas jelas dia keliatan canggung banget -batin Deli

" tapi dokternya masih harus nanganin pasien lain " Deli tak mau kalah

" Bilang aja lo juga pengen fotbar, cihh dasar licik lo !!"

" Tau mentang mentang osis "

Deli mulai mengepalkan tangan karena emosinya sudah tidak bisa di tahan. Baru saja Deli maju selangkah untuk melawan,

" Udah gapapa kalo mau foto dulu, tapi biar cepet fotonya sama sama aja ya sekalian " Dokter itupun menyerahkan salah satu hp milik siswi yang tadi iya gunakan untuk selfi.

" Hmm yaudah deh boleh "akhirnya para siswipun setuju.

" Nih fotoin, awas aja kalo guenya gak kebawa "

Deli terlalu malas untuk menjawab. Jadi dia langsung mengambil hp nya dan mengambil gambar mereka bersama.

Cekrekk

Cekrekk

Cekrekk

" Udahkan? Kalo gitu saya permisi ya " Pamit dokter itu secara sopan

Delipun memberikan hp pada pemiliknya.

" Dih goyang gini gambarnya, lo bisa motoin gak sih!!"

" Aku masih sabar ya dari tadi diem, tapi di diemin mal-" ucapan Deli kembali di potong

" Maaf, mmm.. osis yang mau nganterin saya ke depan siapa ya?"

Deli membuang nafas kasar. " Saya "

" Yaudah ayo "

Deli makin kesal karena sudah dua kali kalimatnya terpotong, tapi dia tetap harus menjalankan tugasnya dari teh Lisda. Tapi saat sudah sejajar dengan dokter itu, dia malah berbalik badan lagi dan berbicara pada siswi yang membuat Deli emosi

" Maaf saya cuma mau tanya, apakah kalian tidak di ajarkan tatakrama di sekolah ini " nada bicaranya datar, tapi sangat menohok

Tidak ada yang bergeming satupun

Lalu dia jalan mendahului Deli.

Di parkiran

Dokter itu mulai menghampiri mobil warna oren yang tempo hari Deli lihat.

Tapi tanpa Deli sangka ternyata Arum ada di dalam mobil, ntah apa yang dilakukan anak itu. Yang pasti Arum tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik menurut Deli.

Tapi Deli tidak yakin kalo Arum masih cerewet dan usil seperti dulu dia selalu meledek Bima.

Tanpa sadar Deli melamun saat mengingat masa kecil Bima dengan Arum

" Heyy !!" -Dokter

" O-oh iya iya kenapa? " Deli sedikit terkejut

" Kamu ga akan balik lagi ke kelas? "

" Oh iya, yaudah saya permisi ya dok " Deli sedikit tersenyum

Tanpa disengaja mata Deli dan Arum bertemu.

Arum turun dari mobil dan melepas earpone yang sejak tadi terpasang di telinganya.

" Kak tunggu " panggil Arum

Deli berbalik.

" ke saya? "

" Ya iyalah, emang di sini ada orang lain ya? " ya keadaan parkiran memang sedang sepi.

" kamu kalo ngomong sama orang yang lebih dewasa itu yang sopan " tegur dokter tadi yang notabennya adalah kakaknya.

" Iya maaf, tapi tunggu deh. Aku kaya kenal sama dia " Arum mulai mendekat

" Masa kamu lupa sih sama teteh? " - Deli

1 detik

2 detik

3 detik

" Kak Delira!! Aaaa kak aku kangenn " Arum langsung memeluk Deli

" Ternyata kamu masih sama ya " Delipun membalas pelukan arum

Sedangkan kakak arum hanya bisa terheran.

" Iya dong, eh Bima gimana? Apa kabar? "

" Arum, kamu kenal sama dia? " aku dan Arum baru sadar bahwa kita tidak cuma beruda di parkiran ini.

" Hmm gimana ya kak, ceritanya panjanggggggg  banget "

" Jadi mau gimana? Kaka masih ada praktek di rumah sakit "

"Yaudah gapapa nanti lagi aja ngobrolnya. Rumah tet- eh kaka maksudnya belum pindah ko"

" Iya deh, nanti kapan kapan aku main, pengen ketemu Bima hehehe"

" Yaudah gih, takut telat " aku sedikit mengelus kepala Arum

Arum sedikit mendekat dan membisikan sesuatu " maaf ya, kakak Arum mah susah akrab orangnya "

" Arum kakak denger loh!!" Sambil memasuki mobilnya lebih dulu

avataravatar
Next chapter