4 3. Amang

15. 15

Setelah pajaran berakhir Bintangpun mempersilahkan semua murid untuk duduk dengan rapih dan bedoa terlebih dahulu sebelum pulang.

" Beri salam " -Bintang

" Assalamualaikum warrohmatullahi wabbarokatu "

" Waalaikumsalam warrohmatullahi wabbarokatu "

" Terimakasih pak "

" Sama sama " Pak Kum pun meninggalkan ruangan kelas.

" Deli sekarang ada kumpulan ga ?" -Dias

" Ada kenapa emangnya? "

" Pulangnya bareng ya " Dias menunjukan jersey tim vollynya.

Lalu Delipun hanya mengacungkan jempol, tak lupa dengan seulas senyum.

Setelah menunggu Dias mengganti pakaian Deli dan Dias pun keluar kelas dan melakukan kegiatannya masing masing, Dias dengan bola Vollynya. Dan Deli dengan pertemuannya.

Kumpulan berjalan lancar, dan semua proker sudah dibuat. Tinggal dijalankan bersama dengan program lainnyan.

Di akhir pertemuan kang Azka memanggilku sebelum aku keluar.

" Del tunggu! " kang Azka menghampiriku yang sudah berada di ambang pintu

" Iya kang? "

" Akang boleh minta tolong ga? "

" Minta tolong apa kang? "

" Baharkan akang tugasin buat bikin absen, tapi baharnya mau ada turnamen katanya sama tim Volly. Jadi dia ga sempet bikin. Hari ini aja dia ga hadir " jelas kang Azka

" Jadi akang minta tolong buat dibikinin absen gitu? "

" Iya itu juga kalo Delira ga sibuk, soalnyakan ini harusnya tugas sekertaris " Kang Azka sedikit menggaruk lehernya yang tidak gatal

" Yaudah gapapakang, nanti insyaallah Deli bikinin "

" Beneran gapapa? "

" Iya bener, yaudah Delira pulang dulu ya kang "

" Iya hati hati Del " kang Azka tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya.

Sebelum pulang aku menghampiri Dias yang sudah menungguku dilapangan. Karena aku sudah membuat janji dengannya akan pulang bersama.

" Dias ayoo "

" Eh udah selesai " Dias mengeluarkan jaket berwarna hijau toska dengan motif bunga dari dalam tasnya.

" Bawa jaket ga? Kayanya mau hujan deh, udah mendung gini "

" Ennggak apa apa udah ayo "

" Eh teh tunggu " entah sejak kapan Bahar berada di sini

Bahar memanggilku dengan embel embel teh karena memang Bahar itu adik kelas ku. Dia baru kelas 10

" Kang Azka udah kasih tau soal absen belum? "

" Oh itu, iya udah ko. Gapapa teteh aja yang bikin"

" Makasih banget ya teh "

" Dih ko kalo ngomong sama Deliramah jadi kalem sih " Dias memicingkan matanya. Dan sontak itu membuat senyum Bahar memudar

" Apasih teh Dias ah sirik aja. Yaudah ya teh Bahar ke lapang lagi "

"hushh hushh sana pergi, ke antartika kalo perlu"

" Udah ah ayo udah gerimis " Aku menarik lengan Dias

Dan benar saja, hujan langsung membesar saat aku dan Dias sampai di tempat tukang baso. Ya memang para murid biasa menunggu angkot di sini saat hujan atau panas.

Mang asep si penjual baso pun tidak mempermasalahkannya. Beliau bahkan sangat ramah

" Enak ya jadi kamu Del " pernyataan Dias barusan membuat keningku berkerut

" Gimana maksudnya? "

" Ya enak aja gitu, kamu kan Cantik jadi semua orang suka sama kamu trus ramah sama kamu. Ga kaya ke aku, sukanya ngeledekin " Dias mulai melihat tetesan air yang turun dari langit

" Emang kamu pikir di gangguin terus sama Bagus itu enak? " tanyaku

Dias menggeleng " Ya tapikan ga enaknya cuma itu doang "

Delira mengeluarkan hp nya dari saku dan memperlihatkan jejak komentar pada akun Instagram nya.

Disukai oleh Azkafahrudin14 dan 3378 lainnya

DeliraangkaraRas so beautiful 😍

Alifyaaaa so cantik sekali

_Bahariyusuf beautiful like youđŸ€Ș

Memeya kak pengen fotbarrđŸ€—

Diasyaputri gerai aja rambutnya ish!!

Jeslyfrazaa so inggris bgt lo

Ritaaprisa gausah deketin Bagus!!

Keke modal putih doang ko sombong

Lalalala ewhh kakah hitsss

" Aku tanya sama kamu, emang di komen gini enak? "

Dias menggelengkan kepalanya lagi.

"Tetep jadi diri kamu apa adanya, buktinya ga semua orang suka sama akukan? Yang ada mereka itu cuma bisa berkomentar tanpa mengenal. Jadi kamu juga kaya enak, bisa ngambil buku di rak yang paling atas " Dan di akhiri kekehan.

" Tapi kalo pendek itu imut tau " Dias memajukan bibirnya

" Imut itu ga menjamin kamu bisa diterima di unniversitas impian kamu nanti atau di perusahaan tempat kamu kerja nanti " Aku dan Dias mulai menaikin angkot.

Karena rumahku dan Dias lebih jauh rumahku, jadi Dias turun lebih dulu. Memang bukan Dias jika tidak menyebalkan, dia dengan sengaja menarik ikat rambutku saat turun dan membawanya.

Ingin rasanya berteriak, tapi itu tidak mungkin. Karena kondisi angkot yang padat. Akhirnya aku hanya bisa berdecak dan memberi tatapan sinis pada Dias saat turun.

Lalu Dias? Dia hanya tersenyum penuh kemenangan. Dasar anak itu, untung temanku

17.30

Sudah sekitar 20 menit aku di angkot namun belum sapai juga, tak biasanya jalanan macet di jam ini. Karena memang ini bukan jam sekolah. Biasanya aku hanya memakan waktu 10 menit di angkot.

" Loh bukannya itu Arum? " batinku saat melihat gadis di dalam mobil berwarna oren, dan di sampingnya ada seorang pria yang sangat familiyar, ah iya itu dokter yang ibu ceritakan kemarin.

Ternyata benar dia itu kakaknya Arum.

Tanpa Deli sadari bibirnya tersenyum saat melihat orang yang berada di dalam mobil oren tersebut. Entah karena apa dia tersenyum. Hingga suara hp menyadarkannya

Tringg!!

Dias

Iketannya di kembaliin bsk :v

Gausah minjem buku adumku lg y bsk!!

Sesampainya di rumah

"Eh Delira geus gede deui, ya Allah gusti ni geulis!!"

" Amang??" Deli langsung memeluk sosok pria kurus yang hanya menggenakan boxer dan kaos oblong over size nya.

" Amang kapan datang "

" Tadi pagi, pas abis kamu berangkat sekolah pisan " mereka sudah duduk di ruang tengah

" Yang lain pada kemana mang? " Deli melihat seisi rumah yang terasa sangat sepi

" Amihmah lagi ke warung, mun si Bima mah ker ngerem di kamar. Eta ih budak teh meni jiga parawan pisan. Maen bola maen bola atuh " Cerocos Ferdi, pria berusia 21 tahun yang barusan Deli panggil amang.

FYI, Ferdi ini adiknya apih yang tinggal di Bandung. Dia memang sangat cerewet. Tapi Deli sangat senang saat bertemu dengan Ferdi.

" Bima mah emang gitu mang, udah biarin. Eh amang nginep kan? " Deli memeluk Ferdi kembali

" Ih manja pisan udah gede oge, ke mun amang khilaf kumaha? " Candaan yang sukses membuat Deli melepas pelukannya lalu memukul paha Ferdi yang terekspos.

" Amang mah " protes Deli

" Amang mah enggak nginep Del "

" Ihh kenapa? Emang ga cape langsung pulang lagi ke bandung, nanggung atuh besok aja "

" Eleh cie meni kangen pisannya ke amang? Atau amang makin ganteng? " Ferdi menaik turunkan halisnya

" Ihh jijik!! Masih gantengan Bima tauu!! " Teriak Bima dari atas.

Deli tertawa puas mendengar itu, ya Bima dan Ferdi memang jarang akur bila sudah bertemu.

" Gandeng ah budak parawanmah cicing weh " Ferdi tak mau kalah.

" Si amang udah atuh ih biarin. Ih tapi amang serius ga nginep? " -Deli

" Iya emang amangmah ga nginep, tapi tinggal di sini selama amang kuliah " Ferdi tersenyum ke arah Deli

" Yang bener? " mata Deli berbinar.

Berbeda dengan Bima yang sedang menguping di atas. Dia sudah misuh misuh tidak karuan, menurut Bima apih saja sudah cukup untuk menjahilinya.

Sekarang di tambah amangnya yang super cerewet itu? Bima rasa Bima harus segela mencari penginapan. Hahahaha

Tringggg...

Ternyata itu teh Lisda ( ketua osis )

" Hallo Del, assalamualaikum. "

" Waalaikumsalam, iya kenapa teh? "

" aku mau minta tolong sama Deli bisa ga?"

" Minta tolong apa ya teh? "

" Besok itu bakal ada penyuluhan kesehatan dadakan di sekolah. Nah pihak sananya bakal datang kira kira jam 10 han. Tapi Deli tau sendirikan anak anak kalo disuruh ngumpul d

lapangan suka pada susah. Jadi kumpulinnya kalo bisa 40 menit sebelum acara "

" Iyaa, jadi maksud teteh gimana? "

" Ya jadi tolong isi waktu yang 40 menitan itu sama game ke, atau bicara santai, pokoknya isi dulu bisa ga? "

" Bisa aja sih teh, tapi ga sendirikan?"

" Enggaklah, nanti teteh infoin ke grup bira kalian semua kerjasama. Tapi yang ngisi waktunya nanti Delira yah? "

" Iya teh siap "

" makasih ya Dell, teteh besok ada urusan soalnya mau dispen "

" Iya teh santai aja "

Dias

Del bsk ada penyuluhan kesehatan loh

Udh tau

Dias

Kata si Nita dokternya ganteng emang iya?

Kl itumah g tau

Dias

Yeh kudet

avataravatar
Next chapter