9 Bab 8 Pesan dari kejauhan

"nak,, malam ini kamu dan adi pulang dulu yah nak kerumah orang tua kalian", bujuk ibu tia

"kalian sudah lumayan lama berada disini,, pasti orang tua kalian sangat merindukan dan mengkhawatirkan kalian", lanjut ibu tia.

dyah hanya bisa menangis sambil menggelengkan kepalanya pertanda menolak bujukan ibu tia, adipun mulai membujuk tapi tetap nihil.

"tidak mau bu,, ibu sudah janji akan membantu saya pindah kesekolah sini bu!!, ujar dyah mulai berbicara

"saya masih pegang janji ibu, jangan buat saya kecewa juga sama ibu bu, saya mohon bu", lanjut dyah terisak.

"iya nak, ibu pasti akan bantu kalian. ibu sudah janji, tapi bagaimana cara kamu mau dibantu kalau kamu belum pulang ke rumah kalian masing masing untuk mengurus semua berkas berkas kepindahan kalian kesini", ujar bu tia mencoba menenangkan

"ibu tetap akan bantu kalian nak, tapi bantu ibu juga untuk mengurus semuanya di sekolah kalian yah", terang ibu tia kembali

dyah kembali terdiam, menyeka air matanya lalu nampak mulai berpikir. Adi dan bu tia pun berusaha untuk diam dan membiarkan dyah berpikir sejenak.

"kalau begitu, ibu dan adi keluar dulu yah nak. silahkan kamu berpikir dulu. ibu punya saran buat kamu, semakin lama kamu disini, makan urusan kamu akan semakin susah selesai. tapi bila semakin cepat kamu untuk pulang, maka urusan kamu untuk pindah ke sini akan semakin cepat juga selesai", ujar bu tia

Bu tia dan adi mulai beranjak dari tempat duduknya menuju pintu keluar. "Bu tia", panggil dyah menahan langkah bu tia untuk meninggalkan kamar.

"kenapa nak?", sahut bu tia.

"baiklah, saya akan pulang malam ini. tapi saya mohon jangan kecewakan saya bu", ucap dyah memelas

"iya nak, sekarang pulang lah kasihan ibumu, beliau sangat merindukanmu. Kasihan beliau tersiksa selama ini karena mengkhawatirkan kamu nak". terang bu tia

"tapi pakaianku belum saya siapkan kedalam tas bu",ujar dyah

"tidak usah khawatir tentang pakaian kamu nak, kan kamu mau kembali lagi kesini. jadi nanti sebagian ibu kirim kerumah kamu untuk kamu pakai disana dan sebagiannya lagi ibu simpan disini nah untuk kamu pakai bila sudah ada disini kembali", ucap bu tia semakin meyakinkan langkah dyah untuk meninggalkan tempat tersebut.

"baik bu", ucap dyah yakin

Setelah berdiskusi cukup lama dan membuahkan hasil, akhirnya dyah mau keluar juga dari dalam kamar menemui ke dua pria yang ingin menjemputnya. Dan dyah duduk di hadapan semua orang, mencoba bernegosiasi kembali dengan semuanya.

"saya ingin pulang om, tapi saya takut orang tua saya akan memarahi saya dan menghukum saya", ucap dyah takut

"tidak nak,, mereka tidak akan setega itu kepada kamu. Yang mereka inginkan itu adalah kamu segera pulang nak,, karena mereka rindu dengan kamu", ujar om syam

"apa jaminannya om kalo mereka tidak akan memarahi dan menghukum saya?", tanya dyah

"saya nak jaminannya, kamu bisa lakukan apa saja kepada om bila nanti kamu pulang akan dimarahi dan dihukum", jawab om syam mencoba meyakinkan dyah.

"baik,, saya pulang", ucap dyah

dyahpun berpamitan dengan ibu tia, memeluk dan menangis

"makasih banyak bu atas tumpangannya selama ini,,mohon maaf telah merepotkan ibu",ucap dyah

"jgn bilang begitu nak,, sungguh kalian tidak pernah merepotkan ibu", ujar bu tia

"hati hati nak,, selamat sampai dirumah. ibu sayang kamu nak", sambung bu tia pada dyah

"dyah juga sayang ibu,, dan akan rindu pada ibu", sambung dyah

"iya nak", tangis bu tia pecah melepas kepergian dyah

"kamu om bonceng yah nak", ujar om syam

"tidak, saya mau sama adi. saya berangkat sama sama, pulangnya pun harus sama sama", tegas dyah

"baik nak, tidak jadi masalah", ujar om syam

Akhirnya, mereka semua berpamitan untuk pulang. mereka mengendarai motor masing masing. kakak adi berada didepan sebagai penunjuk dan pembuka jalan, dyah bersama adi berada ditengah, dan om syam berada dibelakang menjaga adi dan dyah.. Mereka berdua diapit oleh om dan kakak adi karena om syam dan kakaknya di takut kalo mereka akan kabur lebih jauh lagi, jadi hanya ini satu satunya cara untuk mengamankan kedua ank tersebut.

"kamu pegangan yah, jangan coba untuk melepaskan tanganmu atau berpikiran macam macam untuk melompat, oke?!", ucap adi mengingatkan dyah yang tengah dia bonceng.

Perjalanan malam ini sungguh sangat berbeda dengan perjalanan yang beberapa waktu lalu mereka tempuh. Sepertinya perjalanan ini begitu cepat, tiba tiba saja mereka sudah berada dikota yang telah mereka tinggalkan selama beberapa hari ini.

"sebentar lagi kita akan sampai kerumah kamu dyah, kamu baik baik yah dirumah. Apapun yang terjadi dirumah kamu,, kamu harus kuat. oke?!", ucap adi memecah keheningan

"hmmmm", jawab dyah seadanya

"tapi saya takut, mereka akan marah padaku bahkan lebih mengekang aku setibanya disana.. Kita putar balik saja yah, tidak usah pulang", bujuk dyah

"bagaimana caranya?!, kamu lihat kan didepan dan dibelakang kita dijaga oleh kakak ku dan om kamu", ucap adi

"kamu tidak usah khawatir, kan ada ibu tia yang akan membantu kepindahan kita kesana. jadi bertahanlah semampu kamu yah", ucap adi balik membujuk

"mmm, baiklah", ucap dyah mencoba menguatkan hatinya

Dan tibalah mereka tepat berada didepan rumah dyah. Rumah itu nampak gelap, nampaknya pemilik rumah sudah terlelap tidur hanya lampu teras saja yang menyala. Dyah melihat jam yang melingkar ditangannya, pukul 01.10 dini hari. Pantas saja rumah tersebut sunyi,, ternyata sudah larut.

Mereka semua masuk mengantar dyah menuju rumah orang tuanya.

Dyah memegang lengan adi meminta untuk dikuatkan, dan berjalan ragu menuju halaman rumah. Pintu rumah mulai diketuk oleh om syam, dan tak berselang berapa lama lampu ruang tamupun menyala, pertanda ada yang bangun didalam rumah. Terdengar kunci pintu mulai diputar dan pintu langsung terbuka. Seorang pria tinggi kurus yang ternyata bapak dyah yang keluar, disambut ibu dyah dibelakangnya.

Mereka semua dipersilahkan masuk ke dalam rumah, dan saat dyah tengah memasuki pintu ruang tamu, ibu dyah hanya tersenyum saja. Ekspektasi dyah didalam benaknya, begitu dia masuk kedalam rumahnya, dia akan dipeluk lalu ibunya menangis. Tapi harapan tinggal harapan, tak ada yang terjadi dimalam itu, semua hanya terdiam, kaku seperti tak saling mengenal. Orang tuanya mengucapkan kata terima kasih karena telah membantu mereka menemukan kedua anak tersebut. Tak selang beberapa lama, om syam, adi dan juga kakaknya berpamitan untuk pulang.

"masuklah nak ke kamarmu, istirahatlah, kamu pasti capek", ucap ibunya membuka percakapan.

Dyah lalu masuk ke dalam kamarnya tanpa berkata apa apa, banyak perasaan yang berkecamuk dalam hatinya tapi tak mampu dia utarakan. Dyahpun akhirnya tertidur pulas dengan mengenakan pakaian yang dia pakai saat berangkat.

avataravatar
Next chapter