1 Bad Morning

"Pyar!"

Lagi, suara piring yang dilempar dengan keras itu jatuh dan pecah. Park A Yeong yang semula tidak terbiasa dengan keributan di pagi hari, kini sudah mulai terbiasa. Lebih tepatnya terpaksa terbiasa. Sudah sekitar lima hari suara piring pecah menjadi alarm paginya. Di bawah sana, pria paruh baya dan wanita paruh baya sedang beradu mulut dengan keras membuat telinganya pekak.

Ia berjalan dengan malas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Bagaimana pun juga, kini ia adalah seorang siswi SMA dan harus menyiapkan dirinya dengan baik. Setelah berada di dalam kamar mandi selama lima belas menit, ia keluar dengan mengenakan seragam khas anak SMA.

Ia menuju ke depan meja rias untuk menyisir rambut panjangnya yang berwarna hitam kelam. Rambutnya lurus, namun ujungnya sedikit bergelombang. Percampuran gen dari rambut ibunya yang lurus dan rambut ayahnya yang sedikit keriting. Ia juga mengoleskan lip balm di bibirnya supaya tidak terlihat kering.

Sebuah tas sekolah berwarna ungu pastel berhiaskan pernak-pernik ia ambil dan cangklongkan di punggungnya. Setelah mengenakan kaus kaki berwarna putih, ia mengecek penampilannya di depan cermin untuk yang kedua kalinya. Merasa puas dengan penampilannya, ia segera mengenakan sepatu sekolah berwarna putih, lalu keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga.

"Dasar wanita durhaka! Berani-beraninya kamu melawan suamimu!" Bentak Park Min Ho seraya menampar pipi Park Ye Rim.

Park Ye Rim memegangi pipi kanannya yang memerah bekas tamparan dari suaminya. Sedikit terisak, dia berkata, "Tidak bisakah kamu memukulku di tempat lain?! Kamu tidak boleh menunjukkan kekerasan di depan anakmu!"

A Yeong yang sedang menikmati roti panggangnya mendadak berhenti mengunyah dan menelannya dengan susah payah. Ia tak sengaja melihat kejadian yang seharusnya tidak ditampilkan di depan anak.

Roti yang masih separuh ia letakkan kembali di piring karena nafsu makannya sudah tidak ada. Setelah minum seteguk susu, ia berdiri dan beranjak pergi.

"Eomma, Appa, aku pergi dulu." Ucap A Yeong singkat. Ia bisa mendengar ibunya berkata lirih dan terpaksa tersenyum sambil berkata, "A Yeong, huaiting!"

"Haishh..." dengus Park Min Ho seraya memijit pelipisnya. Ia segera pergi menuju garasi dan mengendarai mobil Porsche berwarna hitam legam miliknya. Sementara itu, Park Ye Rim meminta bibi untuk membersihkan pecahan piring dan pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Pak Kim membukakan pintu mobil untuk anak majikannya dan berkata, "selamat pagi."

A Yeong membalas sapaan itu dengan senyum palsu yang selalu ia tunjukkan pada orang-orang. Setelah itu ia masuk dan duduk di kursi belakang. Badannya tegak dan matanya menatap nanar ke luar jendela. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis. Kejadian di lantai satu tadi membuat dadanya sesak.

Pak Kim memperhatikan sikap anak tuannya dari kaca yang ada di depan. Ia merasa iba dengan gadis yang seumuran dengan anaknya itu. Di usianya yang masih cukup muda, ia sudah merasakan depresi berat. Walaupun A Yeong selalu tampak baik-baik saja, tetapi Pak Kim yang telah bekerja dengan keluarganya sejak ia di dalam kandungan mengetahui perubahan sikapnya. Anak yang dulunya ceria seperti matahari menjadi pendiam seperti bulan.

Setelah melalui dua puluh menit waktu perjalanan, akhirnya mereka sampai di SMA Sunny. Mobil berwarna putih itu berhenti di halaman sekolah dan menurunkan seorang gadis berperawakan pendek atau mungil.

Pak Kim pamit undur diri dan mobil yang ditumpanginya melesat meninggalkan halaman sekolah yang luas. A Yeong berjalan santai menuju kelas X-A yang merupakan kelasnya. Kakinya yang ramping berhenti tatkala tiga orang siswi yang lebih tinggi darinya berdiri menghalangi jalannya. Ketiga siswi itu merupakan pentolan dari kelasnya dan merasa superior dibandingkan yang lain.

A Yeong hanya diam saja. Ia malas meladeni siswi-siswi yang ada di hadapannya dan melanjutkan perjalanan dengan melewati ketiga siswi itu, namun tasnya segera ditarik oleh siswi berambut blonde sepunggung.

"Eits... Mau ke mana kecoak? Sini main sama kakak dulu." Ucap si blonde.

"Wah, rambutmu harum banget," ucap siswi bersurai coklat sebahu sambil mencium rambutnya.

"Lepasin!" ucap A Yeong yang tangannya dicengkram oleh siswi bersurai hitam dengan gaya rambut pony tail.

"Ahahahaha... kiyowo..." ucap siswi yang mencengkram tangan A Yeong.

Lalu, si blonde itu melihat seorang siswa dengan potongan rambut mohawk sedang berjalan sambil meminum susu pisang. Tangannya segera mengambil dan menuangkannya di atas kepala A Yeong. Sang empu susu pisang itu terkejut, "ah, susu pisangku!"

"Susu murah seperti ini bisa kuganti seratus kali lipat jika kamu mau," ucap si blonde meremehkan.

Sang pemilik susu membalikkan badannya. Dahinya berkerut karena kesal. Ia berkata dengan nada kesalnya, "Oho! Susu murah katamu? Kalau begitu, tolong ganti seratus kali lipat sesuai dengan merknya."

"Ah! Kang Hye Jun," ucapnya panik dan segera memberi kode kepada temannya untuk melepaskan cengkeramannya pada A Yeong.

"Ya, Choi Ha Na! Berani-beraninya kamu membuatku kesal di pagi hari!" bentak Hye Jun melampiaskan kekesalannya.

Matanya yang tajam itu melirik ke arah A Yeong, yang rambutnya sudah basah karena susu pisangnya. Kemudian beralih menuju Kim Da Mi dan Im Soo Ah.

"Oh, ini yang kalian lakukan?! Merundung siswi seperti ini bisa terkena skors bahkan bisa di d.o dari sekolah jika guru tahu," ucap Hye Jun.

Ketiga siswi itu merasa takut dan cemas. Choi Ha Na menggenggam tangan kiri Hye Jun yang langsung ditepis oleh Hye Jun. Ha Na merengek, "i-itu tidak seperti yang kamu pikirkan, Hye Jun. Mianhae."

"Kau seharusnya minta maaf sama dia, jika dia bukan orang yang baik hati, sudah pasti dia akan melaporkan kalian ke guru BK." Ucap Hye Jun seraya menunjuk A Yeong yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Cih!" batin Choi Ha Na kesal.

Ia pun menggenggam tangan A Yeong, disusul oleh kedua temannya. Mereka bertiga memohon-mohon untuk meminta maaf.

A Yeong menatap mata mereka bertiga. "Cih! Buat apa minta maaf kalau tidak ikhlas?" batinnya.

"Maafkan kami, A Yeong."

"Bagaimana, ya? Aku tidak masalah jika kalian menarik tas dan mencengkram tanganku. Tapi, bagaimana dengan rambutku yang 'harum' ini?" ucap A Yeong berusaha menyembunyikan kekesalannya.

"Ah, itu... Aku bisa mengijinkanmu kepada guru, jadi kamu bisa membersihkan rambutmu sebentar," ucap Kim Da Mi.

"Dengan alasan apa kalian ingin mengijinkanku?" tanya A Yeong.

"Ah, itu aku bakalan bilang kalau kamu tidak sengaja terpeleset saat sedang minum susu pisang, lalu susunya membasahi rambutmu." Jawab Im Soo Ah.

"Hah, konyol! Aku tidak mau." Ucap A Yeong. "Bagaimana jika kalian mengatakan kepada guru bahwa Choi Ha Na tidak sengaja menumpahkan minumannya di atas rambutku?" Lanjut A Yeong.

"Grr..." Ha Na menggeram kesal.

"Kenapa? Bukankah ini adil? Atau kalian mau aku laporkan kepada guru BK?" ancam A Yeong.

Sementara itu, Hye Jun masih memperhatikan mereka, lebih tepatnya pandangannya terkunci pada sosok A Yeong.

"Ah, baiklah! Kami ikuti maumu!" ucap Ha Na kesal dan segera meninggalkan A Yeong, diikuti dengan kedua temannya.

"Ya, Choi Ha Na! Tunggu kami!" ucap Im Soo Ah.

"Terima kasih," ucap A Yeong singkat kepada laki-laki yang diketahuinya bernama Hye Jun.

"Mwo-ya?" tanya Hye Jun bingung.

"Yah, pokoknya terima kasih. Bye," ucap A Yeong meninggalkan Hye Jun yang masih kebingungan.

Ia segera menuju supermarket sekolah untuk membeli shampoo. Untungnya, sekolah memiliki jadwal menginap dalam sebulan sekali, jadi disediakan supermarket yang berisi kebutuhan mandi. Selain itu, di kamar mandi sekolah juga disediakan pengering rambut.

"Haish... entah aku harus merasa sial atau beruntung," ucap A Yeong sambil mencuci rambutnya.

Ia memejamkan matanya sejenak sambil mengingat-ingat kejadian tadi pagi. Pagi ini merupakan pagi yang buruk, begitulah menurutnya.

avataravatar
Next chapter