1 Prolog

Sepasang langkah kaki bergerak dalam kesunyian. Sang pemilik sesekali mengedarkan pandangannya, memastikan tidak ada seorang pun di belakangnya. Dari bangunan satu ke bangunan lainnya dilewati dengan langkah pelan dan mengendap-endap di bawah bayangan.

Sebuah bangunan tua yang sudah tak layak huni berada di ujung jalan. Dia pun memasuki bangunan tersebut sambil merogoh saku celana belakangnya. Seorang pria paruh baya telah menunggu di tengah ruangan dengan beberapa bawahan di sekelilingnya.

"Mana barang yang ku minta?", tanyanya dengan wajah angkuhnya.

"Ini, bos", sang pemuda menyerahkan amplop coklat yang langsung diambil pria tersebut.

"Bagus. Kerja bagus. Ini upahmu", puji pria itu dengan memberikan sejumlah uang.

Dia pun segera meninggalkan tempat itu setelah menerima bayarannya. Tanpa keduanya sadari, sepasang mata mengawasi dari celah jendela rumah yang tak jauh dari sana. Tatapannya menajam ketika si pemuda melewati tempat persembunyiannya.

"Aku melihatnya bertemu si bajingan itu", ujarnya memberitahu seseorang di seberang sana.

"Amati terus, jangan sampai kita kehilangan jejak lagi", balas seseorang dengan suara tenang namun sarat akan dendam.

"Oke. Tenang saja, Do"

avataravatar