4 TAK SENGAJA

Nada terlihat lelah, dia baru saja selesai rapat osis. Kini tengah berdiri didepan halte menunggu bus. Nada melihat jam tangan melingkar ditangan mungilnya menunjukkan pukul 5.30 sore. Semoga saat dia sampai rumah tidak ada kejadian yang membuat mood nya makin rusak.

Setelah menaiki bus, Nada menyumpal kedua telinganya dengan headset untuk mendengarkan lagu. Hingga tak sadar bahwa sudah sampai di tempat halte dekat rumahnya.

"MA!" teriak seorang pria itu hingga terdengar Nada dan membuatnya menghela nafas.

"MAAFIN PAPA!" Teriak pria itu dengan berurai air mata.

"Pah, tolong" Ucap seorang perempuan disana dengan lirih.

"Masuk mah" Ujar Nada.

"tapi Nad-"

"MASUK!" Tegas Nada, Mama masuk kedalam rumah dengan berurai air mata.

"Apalagi pah?" tanya Nada dingin.

"Papa benar-benar minta maaf Nada" Ujar Papa memohon. Membuat Nada menghela nafas lelah.

"itu terus? papa ga capek? Nada capek banget pah dengernya. Bersyukur pah, mama masih pengertian sama papa, tapi papa gatau diri sama sekali. Selalu ulang kesalahan yang sama, selalu berbuat sesuka papa, selalu egois. Sekarang papa intropeksi diri papa aja deh" Ujar Nada.

"Nada, mama kamu selalu begitu. Dia gamau deng-" ucap Papa terputus.

"gausah salahin mama! Denger ya pah, kalo udah salah ya ngaku salah. Jangan salahin orang lain cuma untuk nebus kesalahan papa!" Tegas Nada dan meninggalkan papanya diluar.

"Nada" Panggil mama.

"Nada mau istirahat, capek" Ucap Nada dengan dingin.

"Maaf Nada" Isak mama, Nada hanya mengangguk lalu pergi ke kamarnya.

Sampai dikamar, Nada merebahkan dirinya dikasur. Lelah sekali hari ini bagi Nada. Hidupnya sungguh rumit, penat, dan hancur. Sering kali Nada mendengar keributan orang tuanya perihal pendapat dan pola pikir mereka yang berbeda. Mama yang memberi tau yang baik, Papa yang mencela sebaik mungkin. Nada hanya menghela nafas pelan, membersihkan diri, dan keluar sejenak mencari angin.

Dari jauh, Geva melihat Nada melamun melihat langit. Laki-laki itu menghampiri Nada dengan membawa kresek berisi makanan.

"buat lo" Ujar Geva duduk disebelah Nada. Nada yang melihat itu sedikit menggeser duduknya.

"thanks" Ucap Nada sambil meminum, minuman dari Geva.

"ngapain disini?" tanya Geva

"cari angin, lo?" ujar Nada

"baru balik gawe, ahh capeknya" ucap Geva sengaja menyenderkan kepalanya dibahu Nada.

"NGAPAIN LO!" teriak Nada. Membuat Geva menutup telinganya.

"aish belegug" Ucap Geva.

"Galak amat lo" sambung Geva.

"lagian ngapain lo nyender-nyeder" sinis Nada.

"pelit" ledek Geva.

"Gua pusing, lo mending diem" Ucap Nada meminjat pangkal kepalanya.

"kalo Nyokap lo nangis, cara nenanginnya gimana Nad?" tanya Geva menatap Nada.

"penting lo tau?" ujar Nada dingin. Nada tidak tau bagaimana harus menenangkan sang mama yang Nada sendiri tau bahwa perempuan itu menbutuhkan dirinya.

"penasaran yaelah" Ucap Geva.

"gua balik, thanks minumnya" Ujar Nada singkat dan beranjak pergi dari sana. Geva melihat itu tersenyum singkat, bahkan sangat singkat.

"Qila, kamu sama sekali ga berubah. Kamu merubah Nada yang seharusnya bisa dinikmati, sekarang malah jadi hambar dan gaada enaknya sama sekali." Ucap Geva pelan.

Nada bukan perempuan yang tidak memiliki perasaan, Nada memiliki cara tersendiri untuk menenangkan mama nya, biar Nada sendiri yang mengetahuinya.

"Nad, cowo yang ditaman bareng lo cakep. Siapa namanya? Tanya Selyn, Kakak Nada.

"Geva" Jawab Nada singkat.

"OMG! GEVARIEL?" tanya Selyn histeris. Membuat Nada mengerutkan keningnya bingung.

"cakep amat sekarang" Ujar Selyn.

"b aja" Ucap Nada singkat.

"Kerjain pr gua dong" Ucap Selyn santai. Nada tersenyum sinis mendengar itu. Itu bukan hanya sesekali tapi berkali-kali bahkan sering. Baik, maka Nada akan mengucapkan hal yang sama.

"Tangan lo masih berguna, gunain tangan lo selagi ada. Oiyaa jangan lupa otak lo juga" sinis Nada dan masuk kedalam kamarnya.

"Ck, sial" Sebal Selyn.

Selyn dan Nada seperti Gema dan Geva. Itu suatu kebetulan atau sebuah takdir?

avataravatar
Next chapter