webnovel

2

Tak ingin karirnya hancur, gara-gara berita miring.

Lin Yue bergegas pergi dengan meninggalkan sebuah catatan di buku Shin Han. Dengan bunyi, "Maaf, aku harus pergi dan lupakan saja semuanya."

Setelah memastikan semuanya aman, Lin Yue segera kembali ke kontrakkanya. Ia mengemasin semua pakaian dan mandi.

Di dalam kamar mandi, Lin Yue menatapi tubuhnya penuh jejak cinta. Takut dirinya hamil, Lin Yue menelan pil anti hamil dalam jumlah banyak. Sebelum cek in pesawat, ia kembali minum pil anti hamil.

Sedangkan Shin Han yang terbangun kesiangan, mulai membuka matanya yang kabur. Wajah tampannya memancarkan pesona yang luar biasa.

Pertemuan semalam yang penuh gairah. Namun dingin dengan dosen wanita bernama Lin Yue membanjiri pikirannya sesat. Setelah Shin Han duduk.

Setelah berapa detik, Shin Han membuka dan melihat beberapa tetes darah mengotori sprai putihnya. Mereka tampak seperti bunga teratai yang sedang mekar dengan agresif yang luar biasa idah. Yang terpapang jelas di mata Shin Han yang berwarna hazel.

Kemerahan menyebar di wajah Shin Han.

"Sial, ini sungguh memalukan!"

Kakinya yang ramping dan proporsional menginjak lantai. Saat ia meraih pakaian dalam boxer. Ia tidak sengaja menjatuhkan buku yang di timpak dengan vas bunga kecil.

Itu adalah buku catatan hukum dengan tulisan yang indah.

"Maaf aku harus pergi dan lupakan saja semuanya," bunyi tulisan indah itu semakin menambah emosi Shin Han. Ia merobeknya dan membuang ke tong sampah. Kemudian bergegas untuk mandi, ia bersumpah akan mengambil ahli kekuasan keluarga Shin untuk menjadi pria kuat dan di takuti. Karena tidak ingin di tindas lagi, sekaligus membalas semua yang mereka lakukan padanya.

"Aku akan balas! Termasuk wanita itu," batin Shin Han yang berdiri di air pancuran shower dingin.

Saat selesai mandi, Shin Han berjalan melewati tong sampah tersebut. Langkahnya terhenti dan ujung matanya melirik kertas kelabu yang sesuai warna matanya. Dengan gerakkan lembut, ia mengambil kertas yang ia buang barusan.

Sekilas, sebuah senyuman terbit di bibir Shin Han ketika melihat tulisan tersebut.

Di bandara, Lin Yue duduk dengan tidak tenang. Ia kembali meminum pil anti hamil tersebut dan berapa kali mengusap wajahnya secara kasar.

Hal yang paling di sesalin Lin Yue, ia kehilangan malam pertama dengan anak didiknya. Mau menuntut, pasti akan menjadi aib untuk dirinya dan anak didiknya. Yang akan mempengaruhi masa depannya yang cemerlang yang kini menjadi pengacara. Selain itu, anak didiknya pasti akan kehilangan pendidikkan karena kasus tersebut.

Melupakan, itulah yang harus di lakukan Lin Yue. Selama ini secara perlahan-lahan dan menutupinya dengan rapat. Agar semua orang tidak mengetahuinya, termasuk Ji Bella yang merupakan sahabat karibnya. Jika tidak, maka kandas karir dan kehidupannya. Beruntungnya, saat itu ia memakai nama keluarga ayah tirinya Yin. Bukan Lin di Eropa, sehingga bisa mengurangi kecurigaan orang padanya.

***

Tiga tahun kemudian.

Kota utara, Lin Yue merupakan salah satu pengacara terhandal dan terkenal. Karena keahliannya yang berhasil memenangkan banyak kasus sulit di pengadilan. Sehingga ia di juluki dengan nama dewi Antena. Yang membela kebenaran dan di kabarkan akan segera menikah dengan Mhu Erick pria yang paling terpengaruh di kota utara.

Kabar pernikahan mereka berdua, berhembus luas dengan banyaknya berita yang di muat di media sosial dan sebagainya. Baik Lin Yue dan dan Mhu Erick tidak membantah sama sekali rumor tersebut. Apalagi untuk menyangkalnya, tidak tidak di lakukan oleh keduanya. Mereka berdua membiarkan rumor tersebut terus berjalan setiap harinya.

Mereka akan diam tanpa berbicara apapun, saat keduanya di tanya oleh para wartawan yang mengejar kebenaran pernikahan keduanya. seolah-olah membuat publik hanya bisa mati penasaran dengan mengigit kuku jemari dengan pemberitaan yang berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan yang tak kunjung menemukan jawaban dari kedua pihak yang selalu mestra setiap harinya.

Mhu Erick bukam, begitu juga dengan Lin Yue yang selalu menghindari pertanyaan wartawan yang kepo dengan hubungan keduanya.

Berita keduanya terus berlanjut hingga menjelang tahun baru di kota Utara. kota kekuasan Empire Shin yang di sebut sebagai naga hitam atau naga kematian yang mengatur kota utara dari segi aspek kehidupan rakyat kota utara, dari pangan hingga elektronik, semua di bawah kekuasan Empire Shin.

di malam tahun baru, Mhu Erick akan menjemput kekasihnya saat menjelang tahun baru. ia sengaja datang dengan membawa sebuket bunga mawar putih untuk Lin Yue. Wanita yang akan menjadi istrinya di berapa bulan lagi.

suara mobil menyadarkan Lin Yue yang sedang duduk di ruang tamu yang bersiap-siap untuk keluar bersama dengan Mhu Erick. dengan langkah cepat, Lin Yue berlari ke arah pintu utama untuk menyambut kedatangan Mhu Erick. Pria yang akan menjadi calon suaminya di masa depan.

"Ini untukmu, aku harap. aku tidak datang terlambat di malam tahun baru," ucap Mhu Erick dengan suara khasnya yang serak ringan.

"Tidak terlambat, malah kecepatan 10 menit!" balas Lin Yue dengan wajah merah yang menerima pemberian Mhu Erick dengan wajah bahagia.

moment keduanya yang romantis di depan pintu. di tatapi penuh kebencian oleh Yin Merry, adik tiri yang beda ayah dengan Lin Yue.

Malam tahun baru, merupakan hal yang paling membahagiankan untuk semua orang. Termasuk dengan Lin Yue, ia sangat bahagia bersama seorang pria kaya dan kini menjadi tunangannya. Pria itu bernama Mhu Erick dan merupakan Pria yang di taksir oleh Yin Merry secara diam-diam selama ini.

"Ayo kita keluar," ajak Mhu Erick kepada Lin Yue yang masih menatapi bunga mawar putih pemberiannya.

dengan wajah tersipu malu, Lin Yue menerima uluran tangan Mhu Erick. di saksikan secara langsung oleh kedua mata Yin Merry di ruang tamu.

Yin Merry mendengus kesal dengan menghentakkan kedua kakinya, saat keduanya pergi dengan penuh agenda keromantisan dan mengacuhkan dirinya. seakan keduanya melupakan keberadaanya yang di dalam ruang tamu.

Yin Anna berjalan menuruni anak tangga dan melihat putrinya bertingkah seperti anak kecil di ruang tamu.

"Sabar, Yin Merry!" ucap Yin Anna yang menghibur putrinya yang sedang marah.

"Sabar gimana bu! semua keberuntungan ini selalu milik Lin Yue saja, dan aku selalu tidak pernah dapat." ngeluh Yin Merry kepada ibunya.

Yin Anna hanya menghela nafas panjang, ia mengandeng tangan Yin Merry untuk pergi sama-sama kediaman Ming untuk menghadiri perjamuan makan malam di salah satu rekan kerja Lin Yanto.