9 Chapter 9 Mereka Menyebutnya Seorang Budak

Tu.... Wa... Ga...

Aku bekerja kayak gini selama dua minggu dan berhasil mendapatkan 40 silver, yang mana itu artinya bahwa aku akhirnya mendapatkan kembali apa yang kulemparkan pada Motoyasu dihari dia menghianati aku, ditambah sedikit tambahan.

Sesuatu tentang itu terasa menyesakkan. Maksudku, kekuatan seranganku sangat membatasi tempat-tempat yang bisa ku kunjungi.

Aku nggak terluka, tapi suatu kali aku mencoba mengunjungi hutan.

Kupikir itu adalah seekor Red Balloon. Aku menyerangnya dengan tangan kosong, dan dia menyerang balik. Aku memukulinya selama 30 menit atau lebih, tapi dia nggak menunjukkan tanda-tanda melemah. Hal itu menghancurkan suasana hatiku, dan aku meninggalkan hutan dengan kepala tertunduk lesu.

Itu artinya bahwa aku gak bisa meninggalkan area ini, dan oleh karena itu dipaksa untuk leveling disini, yang mana kulakukan selama 2 minggu. Pada akhinya aku mencapai level 4. Aku bertanya-tanya sudah sampai level berapa para pahlawan yang lain. Aku nggak mau berpikir tentang hal itu.

Masih ada seekor Red Balloon yang menggigit lenganku. Dia terus dan terus melakukannya, seolah dia bisa melihat tulang atau semacamnya. Aku pergi ke hutan diawal minggu. Aku sudah naik level sejak saat itu. Aku mencoba memukul balloon itu.

Clang!

"Sigh..."

Seranganku masih terlalu rendah.

Kalau seranganku rendah, aku nggak bisa berburu monster.

Kalau aku gak bisa berburu monster, aku gak bisa dapat poin EXP.

Kalau aku gak dapat poin EXP, aku gak bisa menaikkan seranganku.

Sialan! Nggak ada ujungnya ini. Aku berjalan di gang sempit dibelakang restoran. Itu mengarah ke padang rumput.

Tapi hari ini gak kayak hari yang biasanya.

"Kau kayaknya kebingungan, tuan."

"Huh?"

Seorang pria aneh memanggilku dari gang tersebut. Dia mengenakan topi sutra dan mantel berekor. Dia adalah seorang pria yang aneh, sangat gendut dan memakai kacamata.

Dia nggak kelihatan cocok dengan dunia ini, yang mana jauh lebih mirip dengan Abad Pertengahan. Jadi dia sangat mencolok dari sekelilingnya. Memutuskan bahwa itu lebih bijak untuk mengabaikan dia, aku bergegas lewat.

"Kau butuh orang."

Aku berhenti berjalan. Dia tau pasti apa yang harus dikatakan untuk membuatku berhenti.

"Itu sebabnya kau nggak bisa memburu monster yang lebih kuat."

Segala yang dia katakan membuatku jengkel.

"Aku nggak yakin apa hal itu ada hubungannya denganmu."

"Kalau aku membantu perekrutan, kau mungkin masih punya peluang."

Aku nggak punya dana ataupun keingingan untuk menyewa seorang kapitalis serakah.

"Anggota party? Ahaha, bukan. Aku akan memberimu sesuatu yang jauh lebih berguna."

"Misalnya?"

Pria itu mendekat ke sampingku.

"Tertarik?"

"Jangan dekat-dekat, kampret."

"Ahaha. Aku suka kau, bocah. Baiklah kalau begitu, aku akan memberitahumu."

Pria itu membusungkan dadanya, tampak seperti sangat penting, memutarkan tongkat jalannya, "SEORANG BUDAK!"

"Seorang budak?"

"Ya, seorang budak."

Seorang budak.... apaan itu? Kudengar mereka memang ada di dunia nyata, tapi sekarang mereka muncul waktu ke waktu didalam game dan manga (tipe game dan manga dimana seseorang dipanggil ke dunia lain).

Kalau dibilang secara blak-blakan, itu artinya kau bisa memiliki otang lain, lebih seperti seseorang menjadi properti pribadi, dan kau bisa memaksa mereka melakukan pekerjaan fisik untukmu. Yang ada bayanganku mereka itu dicambuki.

Yang jelas, para budak adalah mahluk hidup.

Apa ini artinya bahwa para budak dibawa dan dijual disini?

"Mereka nggak berbohong, dan mereka nggak menghianati tuan mereka."

Hmm...

"Para budak berada dibawah kutukan yang kuat. Jika mereka menentang atau menghianati tuan mereka, mereka harus membayar dengan nyawa mereka."

"Hmmm..."

Sekarang ceritanya menjadi semakin menarik.

Kalau mereka membangkang, mereka mati. Dalam arti tertentu, itulah tepatnya yang kucari, seseorang yang nggak akan memanfaatkan aku, dan seseorang yang nggak memiliki pemikiran-pemikiran licik.

Seranganku sangat lemah. Aku butuh seseorang untuk membantuku. Tapi orang menghianatimu, jadi aku nggak mau membayar mereka. Aku nggak mau siapapun membantuku. Tapi seorang budak nggak akan menghianati aku karena penghianatan artinya kematian.

"Bagaimana menurutmu?"

"Boleh juga."

Dia tersenyum. "Lewat sini, tuan."

Dia memanduku berjalan di sebuah gang, dan segera aku sejumlah orang yang berantakan dan terlihat berbahaya. Udaranya dipenuhi dengan teriakan agresif dan suara-suara sesuatu yang rawan pecah hancur. Lebih dari itu, ini baunya mengerikan.

Rupanya dunia ini punya sisi buruknya juga.

Saat ini sudah malam, tapi nggak ada lampu ditempat kami berada. Kami berjalan ke sudut, dan disana, di ujung gang ada sesuatu seperti tenda sirkus.

"Disini, tuan."

"Uh huh..."

Si pedagang budak berjalan disertai udara mengerikan disekitar dia. Itu adalah sesuatu seperti melompat-lompat, tapi dia menghabiskan lebih banyak waktu di udara. Dia memanduku kearah tenda, dan menarik penutupnya.

"Ayo selesaikan ini dimuka. Kalau kau menipuku..."

"Ah, iya... hukuman balloonmu cukup terkenal di kota. Kau akan menyebabkan keributan lalu kabur, eh?"

Jadi orang-orang mulai membicarakan tentang aku. Nggak masalah. Itu adalah cara yang bagus untuk menghukum kelompok orang jahat, dan aku nggak akan terkejut kalau hal itu membuatku terkenal.

"Sejujurnya, ada orang-orang yang menginginkan seorang Pahlawan, seperti dirimu, sebagai budak untuk mereka. Aku awalnya mendekatimu dengan tujuan itu didalam benakku, tapi kemudian aku mulai berubah pikiran."

"Maaf?"

"Yah, kau punya semua kualifikasi dari seorang klien yang bagus. Semua kualifikasi: bagus serta buruknya."

"Apa maksudmu?"

"Aku penasaran apa yang kumaksudkan?"

Orang ini licin kayak belut. Apa yang dia mau dariku?

Ada dentangan logam, dan kemudian sebuah pintu yang terlihat berat terbuka.

"Woah..."

Bagian dalamnya redup, dan aroma busuk yang samar-samar bisa tercium di udara. Aku juga mencium aroma hewan. Ini nggak kayak sebuah tempat yang sangat bagus.

Ada sejumlah kurungan di ruangan ini, dan bentuk seperti manusia bergerak didalam kurungan-kurungan tersebut.

"Nah sekarang, yang ini, sebelah sini, aku bisa merekomendasikan yang sangat bagus padamu."

Aku bergerak mendekati kurungan yang dia tunjuk dan melihat kedalamnya.

"Guoooow... Gah!"

"Itu bukan seorang manusia!"

Didalamnya adalah sesuatu... sesuatu yang tertutupi bulu tebal, serta taring dan cakat tajam.

Gampangnya, itu tampak seperti seorang werewolf, dan dia melolong sama seperti yang kau bayangkan.

"Itu adalah seorang manusia-hewan. Disini, kami menganggap mereka, dalam rasa hormat paling tinggi, orang."

"Seorang manusia-hewan?"

Aku memahami pemikiran itu, karena karakter-karakter manusia-hewan cukup sering muncul didalam game-game fantasi.

"Aku sadar bahwa aku adalah seorang pahlawan, tapi aku masih nggak tau segala sesuatu tentang tempat ini. Bisakah kau memberitahuku lebih banyak lagi tentang hal itu?"

Nggak seperti para pahlawan yang lain, aku betul-betul gak tau apapun mengenai tempat ini. Aku bahkan nggak tau apa yang seharusnya kuketahui.

Saat aku berjalan di koya, aku melihat beberapa orang terkadang memiliki telinga "anjing" atau telinga yang seperti kucing dikepala mereka. Setiap kali aku melihat mereka, aku menyadari bahwa aku betul-betul berada didalam sebuah dunia fantasi. Tapi jumlah mereka nggak terlalu banyak.

"Kerajaan Melromarc cenderung menganggap manusia sebagai mahluk berperingkat lebih tinggi daripada tipe-tipe mahluk lain. Itu bisa jadi sebuah tempat yang sukut bagi para manusia-hewan dan demi-human untuk tinggal."

"Huh..."

Memang betul, aku melihat para demi-human dan manusia-hewan di kota, tapi, seperti yang dikatakan si penjual budak, mereka biasanya adalah para petualang atau pedagang keliling. Jadi itu terdengar seperti mereka mendapat diskriminasi, dan hanya bisa mendapatkan pekerjaan tingkat yang lebih rendah.

"Ok, nggak masalah. Tapi apa tepatnya para manusia-hewan dan demi-human ini?"

"Demi-human terlihat sama persis dengan manusia dari luarnya, tapi mereka memiliki beberapa perbedaan didalamnya. Mereka dianggap tipe manusia. Manusia-hewan secara teknis adalah tipe demi-human, jenis yang memiliki karakteristik seperti-hewan yang sangat kuat."

"Dimengerti. Jadi mereka berada dalam kategori yang sama."

"Itu benar. Dan karena para demi-human di negara ini dianggap satu langkah lebih jauh dari para monster, sulit bagi mereka untuk hidup disini, dan mereka sering berakhir dijual pada perbudakan."

Kurasa setiap dunia memiliki sisi gelapnya. Dan karena mereka secara teknis bukanlah manusia, mereka sangat cocok untuk perbudakan disini.

"Jadi begitulah, dan para budak ini memiliki fitur khusus..." Si penjual budak menjentikkan jarinya keras-keras. Saat dia melakukan hal itu, sebuah aura magis muncul disekitar tangannya, dan pada saat yang sama, suatu bentuk pada dada si werewolf mulai bersinar.

"Arrrgggh! Awooo! Awooo!"

Si werewolf mulai melolong kesakitan, seolah sesuatu menekan dadanya. Si penjual budak menjentikkan jarinya lagi, dan sesuatu yang menyala di dada si werewolf perlahan memudar.

"....Menghukumnya semudah menjentikkan jarimu."

"Enak sekali," bisikku, mataku mengarah pada si werewolf yang sekarang telentang menghadap keatas di lantai kurungan tersebut. "Bisakah aku melakukan itu juga?"

"Tentunya. Itu bahkan bisa diatur sehingga sentakan jari nggak diperlukan. Itu bisa bekerja langsung pada Status Magic milikmu..."

"Huh..."

Kayaknya itu enak banget.

"Akan tetapi, sebuah upacara diperlukan. Informasi si pemilik harus dibagikan dan diserap oleh si budak."

"Jadi si budak bisa selalu memahami niat si pemilik?"

"Otakmu encer juga."

Si penjual budak menunjukkan senyum sinis.

Dia membuatku nggak nyaman.

"Kedengarannya nggak masalah buatku. Berapa harganya yang ini?"

"Yah kau pasti mengerti seberapa bergunanya seorang manusia-hewan dalam pertarungan. Tentunya hal ini mempengaruhi harganya."

Gak diragukan lagi, gosip mengenai keuanganku telah mencapai telinga pria ini. Dia bisa mengatakan apapun yang dia inginkan. Aku nggak akan membuang-buang uang. Pikirkan tentang ini: dia tau aku dalam masalah, dan dia mendekati aku. Ada peluang yang besar dia akan mencoba menipuku.

"Gimana kalau 15 keping gold?"

"Aku nggak tau apa-apa mengenai harga pasar, tapi aku mengasumsikan kau memberiku tawaran yang bagus?"

1 keping gold bernilai sekitar 100 keping silver.

Ada alasan raja menyediakan dana kami dalam bentuk silver, bukannya gold. Keping gold bernilai sebanyak itu sehingga gold sangat sulit untuk pertukaran. Jauh lebih mudah untuk jual beli menggunakan silver, dan juga perdagangan di kota mayoritas menggunakan silver, bukan gold.

"Tentu saja."

"...."

Aku terdiam, dan si penjual budak tersenyum.

"Kau tau bahwa aku nggak bisa membayar segitu, jadi kau mulai dengan yang paling mahal, kan?"

"Ya, aku bisa bilang kau akan menjadi seorang pelanggan yang bagus. Aku akan jadi pebisnis melarat kalau aku nggak memulai dengan barang terbaik kami."

Orang ini licin kayak belut.

"Silahkan lihat informasi budak ini."

Dia mengulurkan sebuah krital kecil padaku. Aku melihat sebuah ikon yang menyala, dan segera kata-kata muncul didepan mataku.

Battle Slave: LV 75

Ras: Manusia serigala

Informasi itu menjelaskan sampai berbagai skill milik si budak.

Level 75... Itu hampir 20 kali levelku.

Kalau dia ada didalam kelompokku, hidupku akan jauh lebih mudah.

Aku mungkin akan berakhir menjadi yang terkuat daripada para pahlawan yang lain.

Aku nggak mungkin tau apakah itu menentukan harganya.

Dia nggak terlihat betul-betul sehat, dan dia mungkin berakhir jadi bebanku. Aku penasaran apakah itu sebabnya harganya begitu rendah?

"Dia dulunya bertarung di Coliseum. Dia mendapat luka pada kakinya, jadi mereka akan membuang dia. Saat itulah aku datang dan membeli dia."

"Jangan bilang..."

Jadi itu adalah barang cacat. Kalau begitu levelnya bukanlah masalah.

"Nah sekarang, aku sudah menunjukkan padamu barang terbaikku. Katakan padaku, tuan, budak seperti apa yang kau inginkan?"

"Yang murah, dan yang gak rusak."

"Kami punya budak-budak yang terspesialis untuk pertarungan atau pekerjaan fisik. Atau, kalau intuisiku tepat..."

"Aku nggak melakukannya!"

"Heh, heh, heh, yah... aku nggak peduli. Tapi tipe seperti apa yang kau suka?"

"Ini gila. Apapun yang penting bukan budak sex."

"Heh... Kurasa rumornya palsu?"

"...Aku nggak melakukannya."

Ya, aku bisa mengatakan apapun yang aku mau. Aku nggak melakukannya.

Yang kubutuhkan adalah seseorang yang bisa menyerang monster untukku. Itu saja. Kalau mereka hebat dalam gal yang lain, itu nggak masalah. Kalau aku bisa bertahan dimalam hari, dan keesokan harinya... itu sudah cukup.

"Gimana dengan jenis kelaminnya?"

"Kurasa laki-laki akan lebih baik, tapi aku nggak betul-betul peduli."

Si penjual budak menggaruk dagunya. "Kayaknya aku tau, tapi mereka nggak akan bagus buat... kesenangan pribadimu."

"Aku gak peduli sama hal itu."

"Levelnya nggak tinggi."

"Kalau mereka bisa bertarung, kami akan bisa naik level bersama."

"Jawaban yang bagus... meski kau nggak mempercayai orang."

"Budak bukanlah orang, kan? Kalau aku menaikkan level sebuah objek, itu cuma kayak menaikkan level perisaiku. Aku akan memelihara sesuatu yang gak akan menghianati aku."

"Baiklah," kata dia, menekan tawanya. "Kalau begitu sebelah sini."

Kami berjalan ditoko itu, yang mana kandang dengan kolom yang panjang berbaris di kedua sisi.

Pada akhirnya teriakan dan bau sudah tidak ada lagi, kami memasuki sebuah area toko yang hening.

....Atau begitulah yang kupikir. Segera ruangan tersebut dipenuhi dengan suara tangisan anak kecil.

Aku melihat sekeliling dan melihat kandang-kandang yang terisi dengan para demi-human anak-anak dan agak tua. Mereka tampak menyedihkan. Si penjual budak terus memanduku sampai tiba-tiba berhenti.

"Ini adalah budak termurah yang bisa kutawarkan padamu hari ini, tuan."

Dia menunjukkan pada tiga kandang.

Kandang pertama berisikan seorang pria, dia juga memiliki telinga kelinci, dan salah sayu tangannya bengkok ke arah yang aneh. Dia tampak berusia sekitar 20 tahun. Dia tampak tepat seperti yang didefinisikan sebagai seorang budak.

Kandang selanjutnya berisikan seorang cewek berusia sekitar 10 tahun. Dia sangat kurus, dan matanya tampak ketakutan. Dia batuk. Dia juga memiliki telinga yang seperti telinga anjing yang tumbuh di kepalanya.

Dia kayaknya punya ekor yang bulat serta besar.

Kandang ketiga berisikan seorang manusia kadal yang mana matanya bergerak dengan cepat mengamati ruangan seolah dia mencari seseorang untuk dibunuh. Dia tampaknya lebih seperti seorang manusia daripada kadal.

"Dari kanan, mereka adalah: seorang tipe kelinci yang memiliki kelainan genetik, seorang tipe rakun yang menderita karena serangan panik, dan peranakan campuran, manusia kadal."

Jadi yang terakhir adalah peranakan campuran.

"Mereka kayaknya mengalami masalah yang parah."

"Inilah yang bisa kutawarkan padamu sesuai dengan kemampuanmu. Kalau kami menurunkan lebih banyak lagi maka.... Yah..."

Si penjual budak menatap ke dinding. Aku mengikuti tatapannya.

Kau bisa bilang, bahkan dari kejauhan, aroma kematian. Aroma itu mengambang di udara sama seperti di sebuah pemakaman, aroma itu kuat, dan berasal dari arah itu. Baunya juga kayak bau busuk. Aku merasa mual hanya dengan melihat kearah itu.

"Berapa harga yang sedang kita bicarakan?"

"Dari kanan, 25, 30, dan 40 silver."

"Hmm. Gimana dengan level mereka?"

"5, 1, dan 8."

Kalau aku ingin seorang petarung kuat, manusia kadal adalah pilihan terbaik. Kalau aku mengkhawatirkan harganya, maka kelinci yang menderita kelainan genetik adalah pilihan terbaik. Mereka semua tampak sangat kurus.

Pria kelinci itu memiliki tangan yang gak berguna, tapi bagian yang lain dari dia nggak ada masalah. Dan mereka semua tampak menyedihkan.... tapi begitulah semua budak yang ada ditenda ini

Kenapa mereka semua begitu tenang?"

"Karena mereka akan dihukum saat mereka membuat keributan."

"Masuk akal."

Jadi dia menunjukkan para budak yang terlatih padaku, atau para budak yang nggak bisa dilatih? Manusia kadal tampak seperti dia hebat dalam pertarungan, tapi yang lainnya mungkin nggak begitu.

"Kenapa yang tengah begitu murah?"

Dia kurus, tapi dia tampak seperti seorang cewek normal. Wajahnya nggak cantik ataupun jelek, standar saja.

"Tipe rakun nggak populer dengan manusia. Sekarang, kalau dia adalah tipe rubah, aku akan bisa dapat harga yang bagus untuk dia."

"Huh...."

Rakun itu, kalau kau menterjemahkannya, seperti tanuki. Meski begitu, dia sangat mirip manusia yang mana kau akan pikir mereka bisa mendapatkan harga yang bagus untuk dia. Tapi kalau rakun nggak populer, maka dia mungkin nggak akan bernilai banyak sebagai seorang budak.

"Dia mengalami serangan panik dimalam hari. Butuh upaya banyak untuk merawat dia."

"Dan ini adalah yang terbaik yang kau miliki?"

"Kau betul-betul memukul ditempat yang sakit."

Cewek rakun itu nggak akan bagus untuk bekerja keras, dan dia memiliki level yang paling rendah.

Apa ini adalah hal yang bagus? Aku nggak yakin.

Aku melihat mata cewek rakun itu. Dan aku menyadari yang kurasakan saat menatap matanya.

Ya. Dia ini seorang cewek, gender yang sama dengan orang yang menghianati aku. Aku menatap matanya yang ketakutan dan segera berpikir bahwa aku ingin mengendalikan dia. Kurasa aku barusaja berpura-pura bahwa aku mengubah Myne jadi seorang budak... Kalau dia mati, mungkin akan membuatku merasa lebih baik.

"Baiklah kalau begitu, aku ambil yang tengah."

"Pilihan yang bagus, dan membuat hidupku lebih mudah juga."

Si penjual budak mengeluarkan kunci dan membuka kandang cewek rakun itu. Si cewek melangkah keluar, dan si penjual menarik kerah cewek itu. Si cewek mengeluarkan teriakan.

Aku menatap dia gemetaran ketakutan, dan aku merasakan gelombang kepuasan. Aku membayangkan bahwa wanita lain gemetar ketakutan, sama kayak ini, dan itu membuatku merasa lega.

Si penjual budak menarik cewek itu, kerahnya terikat pada rantai, dan menarik dia di belakang kami saat kami kembali ke jalan tempat kami datang. Kami keluar dari tenda sirkus tersebut dan berada di gang lagi. Dia memanggil beberapa orang yang mana segera muncul. Mereka membawa kantong yang kayaknya berisikan tinta. Mereka menuangkan tinta tersebut pada sebuah piring kecil dan menyodorkan kearahku.

"Pahlawan, beri kami sedikit darahmu. Dengan begitu pendaftaran budaknya akan selesai, dan dia akan menjadi milikmu."

"Aku paham."

Aku menekan sebuah pisau kecil pada ujung jariku. Saat aku melakukannya, aku merasa perisaiku beraksi, tapi aku nggak diserang, jadi perisai itu nggak menghentikan aku dari meneteskan darah. Rupanya perisai ini bertindak acuh diluar pertempuran.

Aku menunggu darahnya berkumpul, dan kemudian meneteskan beberapa tetes ke piring kecil tersebut.

Salah satu pria mencelupkan kuasnya ke cairan tersebut dan kemudian menarik bagian belakang jubah cewek itu untuk menggambar sihir pada dadanya.

"Gahhhh! AAHHHH!"

Pola pada dadanya mulai bersinar, dan aku tiba-tiba melihat ikon status bersinar di bidang pandangku.

Seorang budak didapatkan. Persyaratan penggunaan sebagai berikut:

Sebuah jendela terbuka, dan jendela tersebut dipenuhi dengan persyaratan.

Aku dengan cepat membacanya. Menyerangku saat tidur, atau tindakan lain yang berhubungan dengan pembantahan keinginanku, akan segera dihukum dengan rasa sakit.

Dan juga, sebuah ikon anggota party muncul diluar menu budak, jadi aku melihatnya.

Budak A. Aku nggak tau namanya, jadi itulah yang tertulis disana.

"Sekarang budak ini adalah milikmu, Pahlawan. Tolong pembayarannya."

"Tentu."

Aku memberi si penjual budak 31 silver.

"Kebanyakan tuan."

"Untuk upacaranya. Kau akan memeras lebih banyak uang dariku, kan?"

"...Tau aja."

Kalau aku membayarnya di muka, itu akan sulit bagi dia untuk mengatakan tentang itu setelahnya. Aku ingin melihat dia berusaha untuk mendapatkan lebih banyak uang dariku.

"Baiklah kalau begitu. Kau telah membantu mengurangi stokku."

"Ngomong-ngomong, berapa biaya sebenarnya untuk pemrosesan ini?"

"Haha, itu biaya sendiri."

"Sudah pastilah."

Dia tertawa, jadi aku ikut tertawa juga.

"Kau sesuatu banget. Aku sampai tercengang."

"Terserahlah."

"Aku menantikan kunjunganmu lagi."

"Tentu."

Aku berjalan pergi, dan memanggil cewek budak itu untuk ikut bersamaku.

Si cewek budak itu mengikuti dibelakangku, memasang penampilan menyedihkan diwajahnya.

"Nah sekarang, kasi tau namamu."

"....Guh...."

Dia memalingkan mukanya dan gak menjawab.

Tapi itu adalah tindakan bodoh. Kalau budak membangkang perintahku, dia akan menerima akibatnya. Dan kutukan hukuman budak diaktifkan.

"Gu... guhhhhh...."

Dia menekankan tangannya pada dadanya dan tampak kesakitan.

"Ayolah, siapa namamu?"

"Ra... Raphtalia..." Cough! Cough!

"Raphtalia ya. Oke."

Saat dia menyebutkan namanya, rasa sakitnya memudar. Dia memulihkan nafasnya beberapa saat.

Aku memegang tangannya, dan kami terus berjalan di gang sempit itu.

"...."

Raphtalia menatapku, tangannya berpegangan dengan tanganku. Dia kelihatan ketakutan, tapi kami terus berjalan....

***

avataravatar
Next chapter