90 Chapter 2 Rapat Para Pahlawan

Setelah Ren dan Itsuki menjelaskan situasinya pada party mereka, kami pergi mengunjungi ratu.

Saat kami bertemu beliau, beliau mengajak kami keluar dari aula dan pergi ke ruangan lain. Kami meninggalkan aula lalu berjalan menaiki tangga spiral.

Akhirnya kami sampai di ruangan, yang mana pasti berada di puncak sebuah menara, menilai dari jumlah tangga yang kami lewati.

Itu adalah sebuah ruangan sederhana, berisikan sebuah meja bulat dan besar di tengahnya.

Itu mengingatkan aku pada meja bundar. Ada kursi-kursi yang sudah dipersiapkan untuk kami, dan kami duduk dikursi itu.

"Sebentar lagi, tuan Kitamura, Pahlawan Tombak, akan bergabung dengan kita. Kita tunggu kedatangan dia."

Ren dan Itsuki sepertinya gelisah kalau disuruh menunggu, mereka melamun- mereka pasti melihat menu game mereka.

Itu ide yang bagus, aku membuka statusku sendiri.

Belakangan ini rasanya aku mengabaikannya karena terlalu sibuk. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengurusnya lagi.

Lima menit atau lebih berlalu.

Motoyasu yang kelihatan gak puas memasuki ruangan dan sama sekali gak berupaya menyembunyikan kebencian dalam tatapannya saat dia melihat kami.

"Tuan Kitamura, aku yakin kau menjenguk putriku. Ini adalah hukumannya karena berusaha meracuni tuan Iwatani."

"Itu benar."

Tatapan dingin Ren mengarah pada Motoyasu dan ratu.

"Kuatir jika tuan Kitamura mungkin akan marah, aku memerintahkan bawahanku untuk menarik pengakuan secara langsung dari putriku, Lonte."

Lonte saat ini berada dibawah mantra budak dan cuma bisa berkata jujur.

Terutama dia gak bisa bohong pada ratu ataupun Motoyasu.

Mungkin Motoyasu pergi menjenguk dia di rumah sakit dan mendengar pengakuannya secara langsung. Apa dia percaya? Sepertinya enggak.

"Lonte nggak salah! Semua ini salahnya Naofumi!"

"Aku yakin putriku sudah mengakuinya. Dan aku yakin kau telah ikut serta dalam ritual pemberian segel budak sebagai tuan, jadi dia tentunya tidak bisa bohong padamu. Apa kau bisa memahami inti dari ceritanya?"

"...."

"Terlepas dari itu, tolong mengertilah bahwa ini bukanlah waktunya untuk berargumen sepele atas putriku. Jika kau menghargai nyawanya, kau harus membantu kami melindungi dunia ini. Keselamatan dunia juga keselamatannya sendiri."

Rasa jengkelnya Motoyasu sangat jelas, tapi dia menahan protesnya dan duduk. Waktunya membicarakan urusan utamanya.

Dengan duduknya kami semua di sekitar meja, ruangan ini berasa memiliki suasana Arthurian asli.

Dengan aku dan Motoyasu duduk disini, siapa di antara kami yang memainkan bagian dari ksatria pembelot?

"Nah sekarang, mari kita mulai berbagi informasi di antara keempat pahlawan suci. Aku, Milleria Q. Melromarc, akan memimpin pembicaraan ini. Mari kita mulai."

"Baik."

"Dengan senang hati."

"Jadi kita harus berbagi informasi...

"Apa yang harus dibicarakan?"

Ratu yang seharusnya menjadi penyelengara pembicaraan ini, tapi ketidaksenangan Motoyasu sangat jelas dan dia mengeluarkan pertanyaan dengan jengkel.

Dia harusnya belajar menahan emosinya lagi. Sangat jelas kalau dia gak senang, tapi perempuan yang bersama dia lah yang salah disini.

"Aku akan memimpin diskusi ini, jadi aku akan memulainya. Aku ingin mulai dengan memberitahu kalian tentang opini-opini negara-negara tetangga kita, serta permasalahan negeri kita."

Jadi ratu memiliki sesuatu yang ingin disampaikan.

"Aku akan jujur. Aku menerima kabar dari para diplomat lain yang menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kemampuan para pahlawan untuk selamat dari gelombang mendatang-semua pahlawan selain tuan Iwatani, itu saja."

"Apa?!"

Ketiga pahlawan berteriak tak percaya.

"Apa maksudnya itu?!"

Itsuki yang menanyakan pertanyaan itu, tapi Motoyasu dan Ren mengangguk.

"Itu hampir terdengar seperti anda menyiratkan bahwa Naofumi adalah yang terkuat disini!"

"Kalau begitu biarkan aku menanyaimu sesuatu. Siapa di antara kalian yang mendaratkan serangan yang paling efektif terhadap high priest dari Church of the Three Heroes? Sebenarnya aku mendengar bahwa kalian semua telah dikalahkan sebelum tuan Iwatani bisa mengalahkan high priest."

"Um....."

Aku menyukai arah percakapan ini.

Merena bertiga telah memainkan game yang mirip dengan dunia ini di dunia asal mereka, jadi mereka mengasumsikan bahwa mereka tau apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan kekuatan-namun, sejujurnya mereka gak sekuat itu.

Diawal-awal, sudah pasti aku berada jauh di belakang mereka. Tapi belakangan ini sepertinya aku telah berhasil menutupi perbedaan itu.

Motoyasu kesulitan bertahan dari Filo, padahal itu sebelum Filo naik level.

Aku gak tau berapa level mereka, tapi dari apa yang kudengar, mereka semua ikut serta dalam banyak pertempuran di dunia. Aku kalah dalam hal itu saat aku bepergian menjual item, dan juga aku gak bisa melakukan perubahan kelas secepat mereka. Namun mereka masih kalah dariku dalam pertempuran. Apa artinya itu?

Dan mereka juga merupakan para pahlawan, jadi setidaknya mereka lebih kuat daripada orang biasa.

Sampah juga memberi mereka uang dalam jumlah yang cukup banyak untuk memulai perjalanan mereka, jadi mereka harusnya gak punya masalah dalam hal keuangan.

"Penduduk dunia mengharapkan para pahlawan bekerja sama. Aku yakin kalian mengerti apa yang aku maksudkan."

"Baiklah."

Mereka bertiga memasang ekspresi kekecewaan yang mendalam, tapi mereka tampaknya memahami inti dari rapat ini.

"Naofumi, kenapa kami gak dengar dari lu?"

"Kenapa juga gw harus ngomong duluan? Ratu memulai ini dengan nyebut elu."

"Yah sejujurnya, gw ngerasa kekuatan elu itu aneh, mempertimbangkan level lu sama rekan tim lu saat ini. Lu terlalu kuat. Perisai aneh punya lu juga sangat overpower."

"Ya, gw juga pengen nanyain itu. Cewek bernama Raphtalia, belum lagi monster bernama Filo, keduanya jauh lebih kuat daripada yang gw duga. Itu gak wajar."

"Ya. Raphtalia-chan dan Filo betul-betul kuat."

Dasar bajingan. Kami seharusnya berbagi informasi, tapi mereka malah menggunakan ini sebagai kesempatan untuk menginterogasi aku. Mereka telah mengacaukan prioritasnya.

Kurasa itu artinya dengan semua yang seharusnya mereka ketahui tentang dunia ini, mereka gak menduga menghadapi curse series, atau menyangka Raphtalia dan Filo bisa keluar sekarang ini.

Meski begitu, aku gak bisa mengatakan apapun yang ingin mereka dengar.

"Terus apa yang akan kalian bertiga berikan pada gw sebagai pertukaran buat informasi ini?"

"Apa?"

"Pertanyaan bodoh apaan itu? Pikirin lagi sejak awal semua ini. Kalian mengatakan pada gw kalo kelas perisai sangat lemah dan gak banyak berguna. Kalian gak ngasi tau apa-apa pada gw. Dan sekarang kalian mau tau rahasia dari kekuatan gw, tapi gimana caranya gw yakin kalo lu lu pada bakal ngasi informasi yang kalian ketahui setelah kalian cepatin apa yang kalian mau dari gw?"

Kalau aku punya informasi yang mereka inginkan, itu memberiku keuntungan pada negosiasi yang akan dimulai. Aku gak mau menyia-nyiakannya.

Kalau mereka menginginkan infornsi dariku, mereka harus memberi informasi terlebih dahulu-mereka harus memberitahuku apapun yang mereka tau.

"Bukannya kami secara sengaja merahasiakannya..."

"Lihatlah layar bantuan lu."

"gw rasa kami bisa sedikit lebih maju dengan pengetahuan kami, tapi...."

Mereka bertiga menjawab secara menyedihkan.

"Akan tetapi kalian menyangkalnya, gak satupun dari kalian yang membantu gw. Kalian mungkin mengatakan 'lihat layar bantuan' dan berusaha bertindak keren. Tapi apa layar bantuan itu memberitahu gw area-area yang paling efesien di peta untuk leveling?"

Aku betul-betul harus membaca reaksi mereka kalau aku mau mendapatkan informasi dari mereka semua.

Apa aku sudah lupa gimana caranya mendapatkan informasi dari seseorang?

Tentunya, kami semua akan berusaha untuk saling memanipulasi. Kalau kau mau berhasil dalam negosiasi, kau harus mencari cara untuk mengendalikan aliran percakapan.

Aku berhasil menciptakan suatu suasana dimana mereka menyadari bahwa mereka harus memberiku informasi kalau mereka menginginkan informasi dariku.

Kalau aku berhasil memberi dorongan terakhir, mungkin aku bisa mengamankan keuntungan.

"Sama kayak kalian, gw juga punya rahasia sendiri. Kurasa sudah saatnya kita bicara saling terbuka."

"Ha!"

Ren mendengus jengkel.

"Dan lu tau apa lagi? Kalian bertiga harus menyadari kalian udah pernah kalah pada gelombang. Kalau kalian mengacau kayak gitu lagi, kalian akan terbunuh."

"Apa yang lu bicarain? Itu adalah pertempuran event khusus-lu harus kalah pada pertempuran itu."

"Apa?"

"Ya, kalo para pahlawan kalah dalam pertempuran itu, mereka akan dibawa ke rumah sakit dan akan terbangun disana. Lu gak akan mati. Ceritanya sudah diatur kayak gitu."

"Ya, memang begitu. Lihat saja apa yang terjadi setelah kami kalah dari high priest-kami bangun di rumah sakit."

Apa-apaan yang mereka katakan? Apa mereka udah sinting?

"Apa yang kalian bertiga katakan? Terkadang aku bingung memahami apa yang dikatakan tuan Iwatani, tapi ini lebih membingungkan lagi."

Ratu berseru. Dia tampak sangat kebingungan. Aku juga merasa begitu.

Itu seperti mereka bertiga baru saja menyatakan keabadian didepan kami. Mereka menganggap bahwa mereka gak akan bisa mati, apapun yang mereka lakukan.

"Yah, asal kamu tau aja... Aku sebenarnya mengalahkan high priest itu setelah kamu kalah dari dia, jadi....."

Mereka bertiga berteriak serempak lagi.

"Gak mungkin seorang pengguna perisai bisa memenangkan pertarungan itu. Itu semua karena perisai aneh yang lu miliki."

Sialan, mereka semakin menjengkelkan.

Kalau mereka kalah, mereka akan bangkit di rumah sakit? Apa itu cara kerja game mereka? Apa mereka betul-betul ini cuma sebuah game, dan semua ini cuma event-event untuk malanjutkan ceritanya?

Meskipun mereka kalah, aku ingat gimana mereka merendahkan aku dan perisaiku. Itu membuatku emosi hanya dengan memikirkannya.

Itu.... Itu adalah....

"Yah, itu gak penting. Kita lanjut saja."

Gak penting? Para idiot ini masih menganggap semuanya seperti sebuah game!

Ini gak masuk akal-betul-betul gila! Kesalahpahaman mereka terhadap situasinya harus segera diluruskan.

"Dasar geblek. Kalian tau ini bukanlah sebuah game, kan?! Kalau lu mati disini, maka berakhirlah sudah!"

"Benar, tapi kita terlindungi."

"Ya."

"Tepat."

Percuma saja, mereka udah gak ketulungan.

Percakapan ini membuatku sangat gak nyaman. Meski dengan semua masalah yang aku hadapi sejak datang ke dunia ini, percakapan ini mungkin lebih berbahaya daripada mereka. Aku mencoba memberitahu mereka, tapi mereka gak mau dengar. Jadi apa lagi yang bisa aku perbuat? Aku cuma harus mengikuti alurnya.

Aku harus jadi cukup kuat untuk bertahan setelah mereka semua mati. Dari cara mereka berbicara, hari itu mungkin gak lama lagi akan datang.

Tapi tunggu... tidak, Fitoria bilang kalau gelombang akan semakin ganas kalau ada pahlawan yang mati.

"Jadi begitu lu nganggepnya cara kerja dunia ini dan kalian masih mencoba membunuhku? Apa yang akan terjadi jika kalian berhasil?"

"Apa maksud kamu? Kamu akan mati."

Itsuki mengatakan seolah itu bukanlah apa-apa.

Jadi mereka gak merasa keraguan apapun dalam memikirkan pembunuhan? Asalkan mereka menganggapnya 'orang jahat' semuanya gak masalah?

"Aku pikir itu agak aneh. Aku menyadari kami tidak bisa membunuh kamu."

"Aku baru aja menyadari kamu akan berakhir kembali ke dunia asal kamu. Bego."

"Motoyasu-Aku harus mengirim kamu kembali ke dunia asal mu!"

Gimana bisa dia berpikir itu akan terjadi? Dasar idiot!

"Yah, hentikan berpikir segalanya seperti game. Cukup ya cukup! Itu adalah sebuah keajaiban bahwa kalian bertiga masih hidup!"

Mereka bertiga cuma mendengarkan kata-kataku tanpa komentar. Mereka bahkan gak menanggapi. Mereka gak akan paham sampai kebenarannya muncul di hadapan mereka-tapi saat itu terjadi maka sudah terlambat.

Aku menghela nafas. "Udahlah. Lebih baik kalian mulai bicara. Katakan pada gw segala yang kalian tau, mulai dari awal. Kalau enggak, maka gw juga gak bakal kasi tau apapun sama kalian."

"Yah apa boleh buat deh. Itu menjengkelkan, tapi kalo lu ngotot..."

"Ya, dan para pahlawan harus berhenti mengganggu satu sama lain."

"Terserah. Ujung-ujungnya gak ada yang berubah. Sama sekali gak ada."

Mereka lebih baik segera berbicara. Aku ingin tau apa yang aku butuhkan untuk menjadi lebih kuat.

Mereka akan merebut kendali percakapan melalui kebodohan, tapi sudah waktunya bagiku untuk mengambil kembali kendalinya.

"Dan Itsuki," aku memulai. "Pastinya seorang pahlawan yang bertarung demi keadilan gak akan berbohong demi memuaskan jiwa keseimbangannya.... kan?"

"Bohong? Aku tidak bohong!"

"Aku penasaran. Apa yang lebih buruk dari berbohong, Ren?"

"Meneketehek."

"Dan wanita sama sekali gak bohong, kan Motoyasu?"

"Nggak, mereka gak bohong."

Apa itu cukup? Aku berharap aku bisa menutup kemungkinan kebohongan mereka yang berkelanjutan sebelum diskusinya dimulai lagi.

Aku membayangkan Ren sangat memperhatikan terlihat sekeren mungkin.

Motoyasu ingin para wanita menyukai dia.

Yang dipedulikan Itsuki hanya keadilan. Tentu, dia bisa menganggap begitu, akan tetapi itu sangat cocok-itu sebabnya aku yakin dia menganggapnya kebohongan. Dengan hal itu didalam kepalanya, dia mengetahui kalau sulit untuk berbohong.

Dengan berkumpulnya semuanya, mereka bertiga kemungkinan besar akan berkata jujur.

"Baiklah Itsuki, kamu duluan. Katakan padaku semuanya dari awal."

"Kenapa elu yang memberi perintah?"

Itsuki mengernyitkan alisnya dengan jengkel, lalu menoleh pada semua orang dan mulai berbicara.

"Senjata para pahlawan terbuka menggunakan material yang diserap kedalam senjata itu. Hal ini juga memperluas pohon skill yang tersedia. Sistemnya sangat mirip dengan game yang dulu pernah kumainkan, Dimension Wave, tapi ada perbedaannya."

"Huh? Apa gak sama persis?"

"Nggak-tapi sangat mirip. Ada banyak senjata disini yang belum pernah gw lihat sebelumnya."

Itu artinya dia gak tau semuanya tentang perbedaan senjata di dunia ini.

Itu masuk akal. Kalau dia tau segala tentang perbedaan senjata dan skill-skillnya, maka dia pasti tau tentang perisai budak dan perisai monster juga.

"Perbedaan terbesarnya mungkin, di dunia ini, saat elu mengubah pada senjata baru, senjata-senjata lain yang pernah elu gunain tetap tersedia buat elu."

Ren dan Motoyasu juga mengangguk. Jadi tempat ini gak sama persis dengan game-game yang pernah mereka mainkan? Itu cukup mengkhawatirkan.

"Selanjutnya kamu."

Ren mengangkat tangannya dan mulai berbicara.

"Gw akan melengkapi apa yang dikatakan Itsuki. Ketika sebuah senjata terbuka, bonus-bonus equip tertentu akan tersedia buat elu."

Sudah kuduga bahwa aku bisa mempercayai informasi itu, karena aku sudah tau kalau itu benar.

"Tetap saja, sistem bonus equipnya agak berbeda dari yang kuketahui dari Brave Star Online."

"Kok bisa?"

"Dalam game yang gw mainin, lu biasanya mempelajari skill dengan memperoleh poin skill melalui skill yang sudah kamu ketahui."

Bagiku itu juga masuk akal. Dalam game-game yang pernah kumainkan di masa lalu ada poin skill yang tersedia untuk player, dan poin skill tersebut bisa mereka atur dengan bebas sesuai keinginan untuk karakter mereka.

Aku merasa seperti.... kalau aku bisa membuka pohon skill dari perisai ini, maka semua skill akan tersedia.

Yang jelas, apa yang betul-betul membuatku terkejut adalah bahwa, meski adanya semua perbedaan ini, mereka bertiga tetap tampak percaya bahwa mereka berada didalam game yang sama yang akrab dengan mereka dari dunia asal mereka.

"Lu benar. Memang kayak gitu."

"Ya."

"Tapi kurasa cuma para pahlawan saja yang bisa membuka seluruh pohon skill ini."

Aku mulai paham. Para petualang biasa cuma bisa membuka sebagian kecil pohon skill, bergantung pada syarat pembukaan dalam pertumbuhan mereka. Cuma para pahlawan, karena senjata legendaris mereka, yang bisa membuka semuanya.

"Giliran gw. Kalau kamu menggunakan suatu tipe senjata yang elu kuasai, lu bisa menyalinnya. Kurasa mereka punya 'sistem penyalinan senjata'."

"Apa?"

Apa itu? Aku gak pernah dengar sesuatu yang kayak gitu!

"Ya, itu sangat berbeda dari game yang pernah aku mainin, tapi gw bisa mendapatkan sebuah senjata yang betul-betul kuat secara gratis, jadi itu merupakan bantuan yang besar."

"Yah, gimanapun kita adalah pahlawan. Kita memiliki beberapa keuntungan."

"Aku yakin kalian udah mengetahui ini, tapi toko senjata di ibukota Zeltbul, negeri tentara bayaran, memiliki equipment terbaik."

Ren dan Itsuki mengangguk pada apa yang dikatakan Motoyasu.

"Apaan itu?!"

Aku begitu jengkel sampai hampir berteriak.

Penyalinan senjata?

Aku gak pernah melihat sesuatu seperti itu di menu bantuan. Aku sudah menghabiskan empat bulan disini, jadi aku meluangkan waktu melihat seluruh menu satu per satu.

Itu kedengaran seperti mereka mengatakan bahwa kalau kau mengambil sebuah senjata di toko, maka kau bisa membuka kemampuan untuk menggunakannya.

"Naofumi, apa maksud kamu, kamu bahkan tidak tau itu? Saya kagum kamu bisa tetap hidup sampai sekarang!"

Ugh.... Sekarang aku semakin jengkel. Betul-betul jengkel! Aku mengasumsikan bahwa aku cuma bisa menggunakan perisai khusus yang kubuka sendiri!

Aku cuma melihat hal hal aneh seperti perisai-perisai besi dan perisai-perisai bulat dan perisai-perisai buku sampai saat ini-kupikir cuma itu yang tersedia.

"Kalian mengetahui ini sendiri?"

"Nggak juga, kami pergi untuk membeli senjata di toko. Itu adalah hal biasa, kan? Mengingat bahwa senjata bawaan begitu lemah."

Aku sudah mencoba hal yang sama saat aku pertama kali sampai disini. Aku ingin mengabaikan menjadi seorang pengguna perisai, jadi aku mencoba menggunakan pedang yang aku pilih di toko senjata.

Namun saat aku melakukannya, sebuah peringatan muncul mengatakan, "Kau tidak bisa memakai atau membawa senjata selain senjata legendaris yang telah ditetapkan untukmu."

Itu artinya aku gak bisa menggunakan apapun selain perisaiku dalam pertempuran.

"Peraturannya mengatakan bahwa kamu cuma bisa pake senjata ditetapkan, tapi elu bisa menggunakan sistem salinan senjata, elu bisa pake apapun."

"Ya."

"Itu benar."

Ini mulai membuatku bingung.

Selain itu, aku terjebak dengan perisai. Menyerang adalah hal yang paling penting bagiku untuk difokuskan, jadi aku mengabaikan perisai-perisai yang di jual di toko senjata.

Aku sudah dilengkapi dengan sebuah perisai yang naik level bersama denganku, jadi aku cuma fokus pasa mencoba mendapatkan sebuah senjata, seperti pedang, untuk tanganku yang satunya.

Mungkin itulah sebabnya aku gak menyadarinya?

"Baiklah, teruslah berbicara."

Kalau mereka udah mengetahui hal-hal utama yang belum aku ketahui, cuma memikirkannya tentang seberapa banyak yang mereka rahasiakan dariku sudah membuatku gelisah.

"Saat kamu membunuh monster dan monster itu berubah menjadi material yang kamu serap kedalam senjata mu, kamu bisa membuka menu senjata disaat yang bersamaan untuk mendapatkan item drop monster."

Item drop?

Hmmm... Aku melihat sesuatu seperti itu di RPG online sebelumnya. Biasanya monster akan menjatuhkan item setelah kau mengalahkan mereka. Mereka mungkin meninggalkan sesuatu yang gak ada hubungannya dengan material asli mereka.

Aku begitu bodoh! Aku seharusnya bisa mengetahui sesuatu sederhana itu sendiri!

"Seringkali ada item-item drop yang harganya mahal jika dibeli toko. Aku punya banyak barang-barang langka sekarang, itu betul-betul membuat aku merasa seperti aku berada di dunia yang betul-betul baru."

"Memang begitu kan?"

"Lu benar. Terkadang para monster meninggalkan item-item yang betul-betul berguna."

Mereka terus mengatakan informasi-informasi penting. Dan diatas semua itu, nampaknya mereka sudah mengetahui semua itu.

Mereka membuatku merasa begini di hari pertama aku bertemu mereka, tapi sekarang aku merasakannya lagi-itu membuatku merasa aku berada dalam posisi yang gak menguntungkan.

"Apa lagi? Oh ya, elu bisa membuat peralatan."

"Skill teknik, kan? Ya, kita mendapatkannya sejak awal."

"Terus lanjutkan, aku akan menyimak."

Informasi yang mereka berikan mungkin merupakan informasi baru bagiku. Aku harus mendengarkan semuanya.

"Kalau kamu memiliki skill teknik dan resepnya, maka kamy bisa memberikan material-material yang diperlukan pada senjata lu. Senjata itu akan menyerapnya, dan setelah beberapa waktu, senjata itu akan membuatkan apa yang kamu inginkan."

Senjatanya bisa melakukan produksi item?! Apa mereka bercanda? Aku gak bisa menahannya kalau memikirkan kembali semua waktu yang aku habiskan untuk membuat obat.

Sepertinya efektivitas dari item-itemnya sama terlepas dari senjata jenis apa yang membuatnya secara otomatis atau kau bisa begadang sepanjang malam untuk membuatnya secara manual-tapi kalau kau punya resep, dan senjatanya bisa mengerjakan semua pekerjaan untukmu, kenapa juga harus repot-repot?

Itu menjelaskan kenapa Motoyasu punya persediaan air sihir-dia tidak melalui segala upaya untuk membuatnya secara manual.

Mungkinkah material-material yang diperlukan untuk membuatnya mudah didapatkan dari monster?

"Satu-satunya bagian buruknya adalah bahwa kamu tidak bisa memakai item-item selain dari item drop yang kamu ambil atau yang kamu buat sendiri."

"Itu betul. Kamu tidak bisa menggunakannya dengan mudah."

Sepertinya ada beberapa masalah pada sistem itemnya. Bukannya aku khawatir dengan hal itu sih.

Aku tidak bisa percaya ada begitu banyak teknik pemberdayaan yang tidak kuketahui.

"Adapun untuk area-area leveling yang efisien, yah, kurasa kami gak bisa meringkasnya dalam satu atau dua kalimat."

"Betul. Kami bisa membuat sebuah skema atau semacamnya, mendaftar tempat-tempat dan monster-monster yang bagus berdasarkan pada kisaran levelmu. Dengan begitu kalau kamu mengikuti daftar sesuai dengan levelmu, lu gak akan jatuh ke dalam masalah besar."

"Kami harus memastikan agar gak tumpang tindih sih."

"Betul juga."

"Apa ada sesuatu yang lain yang mau elu beritahukan sama gw?"

Aku mengingat-ingat semua perkataan mereka dan mencoba terus melanjutkan percakapan.

"Keknya ada satu teknik utama untuk menjadi lebih kuat dengan cepat yang belum diketahui Naofumi. Kurasa aku harus memberi tahu dia."

Itsuki membusungkan dadanya dan berbicara dengan megah.

"Di dunia ini, tingkatan senjata sangatlah penting. Kemampuan yang menyertainya cuma bonus saja. Kalau senjata itu sendiri gak kuat dan langka, maka itu nggak terlalu layak."

"Maksud kamu senjata-senjata unik atau equipment legendaris?"

"Ya, sesuatu kek gitu."

"Berhentilah berbohong!"

"Tidaklah benar setelah mengawali mengatakan kebenaran dan kemudian beralih kebohongan dipertengahan."

Ren dan Motoyasu membentak dan mencemooh Itsuki. Nah bohongnya mulai keluar.

"Apa? Apa yang kamu katakan? Aku mengatakan yang sebenarnya!"

"Kagak. Itu sebuah kebohongan."

"Ya, dasar pembohong."

"Nggak! Aku tidak bohong!!"

Apa yang terjadi? Itsuki kehilangan ketenangannya. Dia betul-betul tampak marah karena mereka berdua.

Sesuatu yang aneh sedang terjadi.

"Kita dengerin aja dia."

Aku mengesampingkan argumen kecil mereka dan memberi sinyal pada Itsuki untuk melanjutkan.

"Baik, yah... bergantung pada jenis senjata yang kamu kerjakan tentunya, tapi biasanya kamu bisa menggunakan ore untuk membuatnya lebih kuat."

Itu kedengaran seperti dia sedang membicarakan tentang semacam sistem penyempurnaan. Aku sudah melihat sesuatu seperti itu dalam game-game sebelumnya.

"Plat besi memiliki jumlah slot ore paling banyak."

"Aku yakin ada resiko kegagalan. Kamu tidak seharusnya mengatakan kebohongan yang bahaya kek gitu."

Motoyasu menimpali untuk mendiamkan Itsuki.

"Nggak! Itu tidak pernah gagal!"

Tunggu, jadi tidak ada resiko kegagalan? Apa itu betul?

"Apa yang kamu bicarain? kamu jangan pakai ore buat nguatin sesuatu."

"Lebih baik kamu berhenti nyebut aku pembohong! Gimana dengan kamu, Ren? Gimana cara kamu nguatin sesuatu?"

"Aku? Pertanyaan bagus. Aku tidak mau lihat Naofumi bingung gara-gara kebohongan kamu, jadi kurasa aku harus bertindak dan memberitahu dia yang sebenarnya."

Kenapa dia harus memanggil namaku? Terserahlah, dia memang betul kalau aku bingung.

"Di dunia ini semuanya soal level. Mungkin ada hal lain yang perlu diperhatikan, tapi pada akhirnya semuanya kembali ke apakah elu udah cukup naik level."

"Ini lagi, nongol juga kelakukan busuk kamu yang demen bohong."

"Dasar! Kamu pikir kamu bisa bohong sesuka kamu kalo kamu memasang wajah tenang dan kalem!"

Apa yang terjadi disini?

"Naofumi, keknya mereka bedua ini berencana bohong sampai akhir pertemuan ini. Aku rasa itu terserah aku untuk ngasih tahu kamu yang sebenarnya. Kalo kamu mau nguatin senjata punya kamu, itu bergantung pada penguasaan skill."

"Penguasaan skill?"

"Tepat. Semakin sering kamu menggunakan sebuah senjata, semakin kuat senjata itu jadinya. Bagian pentingnya adalah saat berganti senjata, kamu harus mengubah penguasaan skill yang terkumpul dari senjata itu menjadi energi. Lalu kamu nambahin energi itu pada senjata baru kamu, dan itu akan membuka kekuatan tersembunyi dari senjata baru tersebut."

"Woah, itu adalah salah satu kebohongan yang menakjubkan yang pernah aku denger."

"Abaikan saja dia. Kamu cuma perlu terus ningkatin kelangkaan dari senjata kamu. Kamu mungkin gagal atau kamu kehilangan sebuah senjata, tapi senjata legendaris kita aman."

Semua cerita mereka membuatnya terdengar begitu sederhana. Tapi gak satupun dari yang mereka sebutkan yang bisa ditemukan di menu bantuan.

Aku tidak tau siapa yang harus dipercayai. Apa Ren dan Itsuki bohong?

"Dengarkan saja dirimu sendiri, berbohong dengan wajah kalem kayak gitu. Kamu tidak lebih baik dari Naofumi."

Motoyasu mencaci Ren.

"Apaan itu?!"

"Dia betul, kamu tidak usah dengerin dia-dia bohong."

"Kalian sinting. Siapa yang harus dia percayai? Dan aku tidak bohong!"

"Lihat aja sendiri. Buka pohon skill kamu dan lihat senjata yang sering kamu gunain. Kamu bisa periksa penguasaan skillnya disana."

Aku melakukan seperti yang dikatakan Motoyasu dan membuka menuku, lalu aku melihat Chimera Viper Shield.

Tapi saat aku membuka menu perisai itu, menu itu cuma menampilkan status yang kayak biasanya.

Dia bilang aku harus memeriksa sesuatu? Kayaknya itu sebuah kebohongan.

Aku mengulurkan jari untuk menyentuhnya, tapi tidak terjadi apa-apa.

"Tidak ada yang terjadi."

Harusnya aku sadar kalau itu sebuah kebohongan. Aku paham gak bisa mempercayai mereka sepenuhnya sejak awal, tapi aku terkejut bahwa mereka akan berbohong secara langsung didepanku saat aku bisa memeriksa kebenaran dari pernyataan mereka.

Kalau itu adalah sebuah kebohongan, maka pernyataan mereka tentang sistem penyalinan senjata mungkin juga bohong.

"Saya tidak bohong! Kamu cuma berusaha menghancurkan reputasi ku!"

"Saya juga tidak bisa melakukannya."

"Aku juga. Pilihan itu tidak ada di menu bantuan."

"Ugh! Terserahlah! Aku begitu tolol karena mencoba membantu mu!"

Ren menjadi sangat jengkel pada setiap penjelasan dari Itsuki dan Motoyasu, menghela nafas dan menyilangkan tangannya dengan marah. Dia duduk dikursinya.

Ren biasanya begitu tenang dan teliti. Nyatanya, aku gak pernah lihat dia begitu marah. Tetap saja, dua pahlawan yang lain bersikeras bahwa dia bohong, dan dari yang kulihat pada menu bantuanku sendiri sudah memverifikasinya.

"Aku belum kelar. Ada cara lain untuk nguatin senjata kamu. Kamu harus ngambil energi dari item lain dan menggunakannya untuk nguatin senjata. Kalau kamu melakukannya, itu akan meningkatkan kekuatan dari item tersebut dengan presentasi tertentu."

"Maksud kanu kayak meningkatkan kekuatan serangan sebesar 10 persen gitu?"

"Ya, tapi ada resiko besarnya. Kalau kamu gagal, maka nilainya akan jatuh menjadi nol."

"Lagi-lagi bohong. Berhentilah ngasih tau Naofumi tentang game lain."

"Aku mengatakan yang sebenarnya! Dengan cara inilah gw menjadi lebih kuat-dengan menggunakan energi dari monster dan item lain untuk nguatin senjata ku. Itu bekerja untuk semua senjata ku. Itu adalah sebuah sistem paralel dengan level kamu saat ini-kayak memiliki sebuah level job."

Kalau memikirkan kembali apa yang dia katakan, aku jadi ingat aku pernah melihat hal yang serupa dalam game-game yang pernah aku mainkan dulu. Kau bisa menaikkan level equipmentmu untuk mendapatkan kemampuan baru. Itu gak terlalu menarik, tapi itu berhasil. Tetap saja, kurasa aku ingat mempelajari beberapa kemampuan yang sangat kuat dengan cara itu.

"Oke, oke... Ren dan Itsuki semakin ngaco. Biar aku..."

"Akuwtidak berharap banyak, silahkan."

Aku sudah menduga kebohongan dari mereka.

"Aku kasih tahu kamu, yang paling penting adalah fokus pada peleburan senjata dan ningkatin statistik. Hasil yang kamu dapetin dari peningkatan statistiknya jauh lebih penting daripada apa yang kamu dapetin dari level asli kamu. Meskipun kamu pake senjata paling lemah, senjata bawaan yang kamu miliki, kalo kamu meleburkannya dengan betul, itu bisa jadi betul-betul kuat! Aku manfaatin semua bonus equip gw buat naikin kekuatan serangan."

"Nah itu tuh kebohongan yang tidak tanggung-tanggung!"

"Naofumi, gak usah lu dengerin dia!"

Motoyasu mengabaikan protes mereka dan terus bicara padaku.

"Itu berbeda untuk masing-masing senjata, tapi hal pertama yang lu perlukan adalah mengumpulkan ore untuk peleburan. Di Emerald online lu bakal kehilangan senjatalu kalo proses peleburannya gagal. Tapi itu gak akan terjadi pada senjata legendaris kita. Disini, kalo kamu gagal, nilai peleburannya cuma akan jadi nol."

"Itu gak benar."

"Ya."

Argumennya semakin parah dan gak karu-karuan. Ratu kelihatan bingung oleh semua yang saling bertolak belakang ini.

Sejujurnya, aku sendiri sangat bingung.

Apa mereka pikir mereka bisa lolos dengan kebohongan kalau mereka semua berbohong?

"Yang jelas, ada mata sukma dan peningkatan statistik. Bergantung pada jiwa monster yang kamu gabungin dengan senjata, efeknya akan beda. Pilihannya bermacam-macam bergantung pada senjata, tapi mari kita anggap bahwa kamu punya senjata untuk duel. Kamu bisa ningkatin damage senjata itu pada manusia lain."

"Itsuki, bukankah kamu mengatakan sesuatu yang mirip dengan itu?"

"Ada begitu banyak slot yang tersedia pada senjata, dan persentasinya udah ditetapkan."

"Katakan yang sebenarnya!"

"Ya, saya sudah muak mendengar tentang game lain."

Ren dan Itsuki berteriak untuk membungkam Motoyasu, yang menoleh frustasi pada mereka berdua.

"Kenapa kalian terus aja bohong?"

"Kenapa kamu bohong?"

"Kalian bedua yang bohong!"

"Yah aku tidak tahu siapa yang bohong dan siapa yang enggak..."

Percakapannya bisa dibilang berjalan baik sampai kami mencapai akhir. Terus sepertinya semuanya memiliki versi yang berbeda dari kebenarannya.

Mereka bertiga tampak marah-kurasa aku tidak pernah lihat mereka bertentangan secara terang-terangan seperti ini.

"Mungkinkah senjata kalian ditingkatin secara berbeda?"

"Anggap saja gitu."

"Itu bisa dijadikan penjelasan singkatnya. Anggap saja begitu."

"Baik-tapi sejauh ini gak satupun penjelasan kalian yang sesuai dengan apa yang udah aku lihat."

Dan kemudian, sepertinya percakapannya berakhir.

Jika mereka semua semarah kayak gitu, maka mereka mungkin gak bohong.

Kalo mereka bohong, kebohongan mereka cuma akan mempengaruhi reputasi mereka sendiri.

"Baik. Yah kurasa sekarang gikiranku."

"Ya. Kami udah berusaha sebaik mungkin ngasi tau elu apa yang kami tau, jadi lebih baik kamu cari tau sendiri kebenaranya."

"Kalo kamu pikir aku bohong, aku tidak mau disalahin."

Semua ini semakin lama semakin membingungkan.

"Apa yang ingin kalian ketahui duluan?"

Sejujurnya, mereka bertiga ini menganggap segalanya seperti game. Setidaknya, aku ingin mencari cara untuk membuat mereka menganggap ini secara serius-atau nyawa kami semua akan dalam bahaya. Jadi lebih baik aku memberitahu mereka yang sebenarnya.

"Katakan pada kami kenapa Raphtalia dan Filo bisa jadi sangat kuat."

"Mudah saja. Aku punya Slave-User Shield dan Monster-User Shield, keduanya memiliki bonus equip yang bagus yang mempengaruhi pertumbuhan mereka. Ini adalah efek-efek seperti 'penyesuaian status' dan hal-hal lainnya. Dan Filo memiliki bonus lain dari Filolial Shield punya gw."

Haruskah aku memberitahu mereka tentang jambul yang mengapung saat upacara peningkatan kelas? Aku memutuskan untuk menunggu bagaimana kelanjutan pertemuan ini.

"Kelas perisai di game yang gw tau gak punya skill yang betul-betul berguna."

"Aku juga ngerasa itu susah dipercaya. Skill-skill semacam itu akan merusak game.... Dimana lu dapat perisai curang?"

Curang? Ha... terserahlah-gak ada yang menyenangkan dari mereka ini.

"Aku dapat Slave-User Shield dari tinta yang digunakan pada pemasangan kutukan budak, dan aku dapat Monster-User Shield dari serpihan telur setelah Filo menetas."

"Yah kalau dia ngasi tau dimana dia ngedapatin perisai-perisai itu, kita mungkin bisa mencobanya sendiri."

"Kalian bisa mencobanya, tapi gak ada jaminan bahwa hal yang sama akan terjadi sama kalian."

"Memang, tapi lu bisa saja bohong sama kami."

"Terserah lu mau mikir apa. Gimana kalau itu adalah suatu sistem leveling yang cuma tersedia pada perisai legendaris?"

"Oke, kita anggap aja dia berkata jujur. Itu tetap gak ngejelasin kenapa Filo bisa sekuat itu. Kekuatannya sangat besar. Doi memang sudah kuat sejak awal, tapi sekarang doi betul-betul berbeda. Gimana bisa itu terjadi?"

"Oh-itu. Itu terjadi saat kami sedang sibuk kabur dari elu dan Lonte. Seorang bangsawan penganut Church of the Three Heroes melepas segel pada seekor monster kuat."

"Gw dengar soal itu-tapi gw denger kalo elu lah yang melepas mahluk itu."

Sang ratu menyela.

"Sebenarnya, aku telah melakukan sebuah penyelidikan resmi mengenai masalah ini. Dan sepertinya bangsawan korup yang ada di kota tersebut menolak mengakui kekalahannya di tangan Tuan Iwatani, dan kemudian melepaskan monster karena putus asa."

Aku gak punya waktu untuk kembali dan memeriksa area tersebut setelah kami pergi. Ada seorang bangsawan yang betul-betul baik di kota sebelah. Aku secara pribadi menyebut dia Nice Guy. Dia membuat komunitas demi-human lokal menjadi prioritasnya. Aku penasaran apa yang terjadi pada dia?

"Maaf, Yang Mulia. Apa yang terjadi pada bangsawan di kota sebelahnya?"

"Setelah semua itu terjadi, kami memutuskan untuk membawa dia kembali ke kotanya. Memang benar hanya sebentar, tapi dia sangat kelelahan karena pelarian itu, dan kami mengawasi pengobatan medisnya."

"Oh...."

Kami juga bertemu dengan seseorang dari desa Raphtalia, dan mereka kabur bersama Nice Guy.

Kami cuma bisa berharap bahwa mereka bisa sampai rumah dengan selamat.

"Monster seperti apa yang dilepaskan bangsawan itu?"

"Kami memancingnya keluar dari area pemukiman dan mencoba melawannya di hutan. Tapi saat pertempuran dimulai, ratu dari para filolial, Fitoria, muncul dan mengalahkan monster itu. Lalu dia menggunakan sihir untuk mentransport kami semua ke tempat aman."

"Transport?"

"Cuma itu satu-satunya kata yang bisa kupikirkan. Itu seperti tiba-tiba gw kehilangan pijakan. Gw gak betul-betul memahaminya."

"Bukankah lu punya skill transport? Saat gw melihat lu kabur dari Motoyasu sebelumnya, gw menyadari lu gak tau apa-apa, tapi gw tau lu pasti sudah mendapatkan satu atau dua sekarang."

Ren mengangguk berserta Itsuki, dan Motoyasu juga mengangguk setuju.

"Memangnya ada skill yang kayak gitu?"

"Tentu aja ada. Punya gw namanya Transport Bow. Lu bisa daftarin tempat-tempat yang udah kamu kunjungin, terus langsung mentransport dirilu sendiri dan party kamu kesana kapanpun."

"Punya gw namanya Transport Sword. Cara kerjanya sama."

"Punya gw Portal Spear. Lu betul-betul gak tau apa-apa tentang ini?"

"Nggak! Ini baru pertama kalinya gw mendengarnya!"

Apa yang mereka bicarakan? Aku memang tau kalau menjadi seorang pahlawan memiliki keuntungan yang bagus seperti itu!

"Untuk membukanya lu harus level 50 sih-lumayan tinggi."

Itu menjelaskan kenapa aku gak punya. Aku masih level 43.

Tunggu bentar, apa itu artinya para badut ini sudah berlevel diatas 50?

"Material apa yang kalian butuhin?"

"Pasir dari jam pasir naga."

"Itu benar...."

Mereka bertiga mengangguk. Tapi.....

"Gimana caranya kalian dapetin pasir itu?!"

"Kami memintanya dan mereka memberikannya pada kami."

Jancok! Aku cuma ketemu sama para suster cerewet pelit lagi saat aku datang ke gereja-dan mereka gak memberi aku apapun.

"Terus, apa terjadi setelah perpindahan itu?"

"Dia mengajari Filo cara bertarung yang efektif selama beberapa saat, dan kemudian dia melakukan.... sesuatu... dan statistik Filo meningkat pesat. Lalu dia nyeramahin gw, bilang kalo para pahlawan musti bekerja sama. Dia bilang kalau para pahlawan gak bekerja sama, dia bakal membunuh kita semua."

Ha! Mereka bertiga tampak gak percaya dengan apa yang kukatakan.

"Kalau kalian berpikir gw bohong, mungkin kalian harus melawan Filo sendiri? Asal kalian tau bahwa kami barusaja melakukan peningkat kelas, jadi dia lebih kuat lagi sekarang."

Bukankah mereka menyadari bahwa statistik milik Filo hampir dua kali lipat dari punyaku?

Motoyasu saja sudah kesulitan menghadapi aku-dia gak akan punya kesempatan menghadapi Filo.

"Nggak. Itu gak perlu."

"Oke, gw akan menanyakan pertanyaan selanjutnya. Saat pertarungan melawan high priest, Naofumi menggunakan kekuatan yang besar. Itu gak wajar. Kekuatan itu berasal dari perisai yang menyeramkan miliknya. Gw gak pernah lihat sesuatu kayak gitu di game yang gw mainin."

Itsuki mengarahkan tatapan penuh keraguan padaku dan terus berbicara.

"Dimana elu dapetin kekuatan kayak gitu? Bukan, kayaknya kurang tepat, biar gw ganti pertanyaannya. Dimana elu ketemu Dewa?"

"Apa?"

"Apa elu ketemu Dewa disuatu tempat dan menerima sebuah perisai cheat dari dia? Ada sebuah web novel yang gw baca dimana si MC mendapatkan kekuatan khusus kayak gitu dan kekuatan itu memungkinkan si MC bisa lebih tangguh dari karakter yang lainnya. Kasi tau gw yang sebenarnya."

Ha! Aku tau cerita yang dia bicarakan, tapi yang kayak gitu gak terjadi disini.

Aku melalui banyak hal sejak datang ke dunia ini, tapi beberapa pertanyaan membuatku jengkel sama kayak pertanyaan yang satu ini.

"Itu bukan cheat!"

"Masa sih. Seorang pengguna perisai harusnya gak bisa menimbulkan damage sedikitpun!"

Ren dan Motoyasu mengangguk.

"Dimana elu dapat kekuatan itu? Kalau kita bisa mendapatkan kekuatan kayak gitu maka kita akan tak terkalahkan. Elu harus memberitahu kami."

Orang-orang bego ini cuma ngelantur doang dari tadi. Itu mulai membuatku betul-betul jengkel.

"Mungkin gw cuma perlu berusaha keras untuk itu?"

"Ya betul."

Ampun deh. Mereka sudah meyakini soal apa yang bisa dilakukan pengguna perisai.

Tapi aku merasa mereka salah. Aku merasa bahwa para pengguna perisai lebih kuat dari yang mereka pikirkan.

Aku memandangnya begini: aku berusaha mendapatkan lebih banyak bonus equip, dan sebagai hasilnya aku mendapatkan seri kutukan-beitulah caranya aku jadi lebih kuat dari mereka.

Tapi mereka sepertinya berpikir bahwa aku mengetahui gimana caranya berbuat curang sehingga aku bisa sekuat mereka.

"Perisai itu bernama Shield of Rage. Bagian dari seri kutukan yang ada dalam perisai legendaris. Gw gak tau apa tepatnya yang menyebabkan perisai itu muncul, tapi kalo gw harus nebak... Aku akan mengatakan bahwa itu menanggapi amarahku. Pertama kali seri itu muncul adalah saat gw duel dengan Motoyasu. Gw sangat marah karena gw dijebak dan difitnah dan segala sesuatunya sangat gak adil."

Aku ingat saat itu terjadi. Aku begitu marah dan amarah itu meluap. Kupikir itu akan menelan aku sepenuhnya.

Kalau Raphtalia gak ada disana untuk menenangkan aku, entah apa yang akan terjadi.

"Itu ada di menu bantuan. Dikatakan elu harus membayar harga untuk menggunakannya. Bisakah kalian bertiga mengendalikannya? Ngomong-ngomong, gw menggunakannya untuk mengalahkan high priest, tapi perisai itu juga menyerang gw, alhasil statistik gw masih dalam masa pemulihan."

Ren melambaikan jarinya diudara. Dia pasti sedang melihat-lihat menu bantuan.

Lalu, seolah itu adalah hal yang jelas, dia berkata, "Gak ada. Gak ada sesuatu kayak gitu disini."

Yang betul saja! Itu ada di menu punyaku. aku bisa membacanya sejak Shield of Rage terbuka.

"Itu mungkin gak muncul sampai elu membuka senjatanya."

"Apa game-game online cenderung memiliki banyak senjata kutukan yang sangat kuat yang tersedia?"

"Tentu saja enggak. Perisai pengatur pertumbuhan itu nampak cukup mencurigakan juga."

"Kalo lu mau bohong sama kami, elu musti memikirkan kebohongan yang lebih baik-kek Ren sama Motoyasu."

Ren sepenuhnya kehilangan ketenangannya saat dia mendengar apa yang dikatakan Itsuki. Dia berdiri dan mengacungkan jarinya pada Itsuki.

"Siapa yang lu bicarain?! Elu pembohong terburuk disini!"

"Masa sih? Gimana dengan elu, selalu pura-pura sok tenang! Elu gak kelihatan tenang sekarang, kan?!"

"Ya, tepat."

Ren dan Itsuki menoleh dan berteriak serempak. "Elu cuma orang geblek maniak wanita! Masih mau cari cewek cabe lagi?!"

"Apaan itu?!"

"Kalian semua! Berapa lama lagi kalian menganggap semua ini sebuah game? Kalian mestinya bertindak seperti pahlawan yang sebenarnya atau kita semua akan mati!"

Sejujurnya, aku bahkan gak mau mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Ruangan itu dipenuhi dengan penyebutan yang vulgar.

Sang ratu berteriak protes, mengatakan apapun yang beliau bisa untuk mencoba mengendalikan situasi ruangan ini, tapi sudah terlambat. Gak bisa dihentikan lagi.

Adu cek-cok dan pertengkaran terus berlanjut sampai pintu ruangan terbuka, engselnya berderak saat para prajurit masuk.

"Apa yang terjadi?"

Kemunculan para prajurit yang tiba-tiba membuatku kembali sadar, dan kepalaku langsung jernih.

"Para anggota party para Pahlawan mulai berseteru dibawah!"

"Apa?!"

Para idiot itu.... apa yang mereka perbuat sekarang? Kami semua bergegas keluar dari ruangan dan berjalan turun.

* * * * *

"Lebih baik tarik kembali ucapanmu!"

"Jangan harap. Orang jelek itu-dia adalah perusak pemandangan! Mataku gak bohong."

"Apa kau yakin kau nggak membicarakan dirimu sendiri?!"

"Ha! Memangnya pelayan dari seorang arogan bodoh seperti dia tau!"

Saat kami tiba di aula, Raphtalia sedang berseteru saling membentak dengan wanita jalang itu dan pria berarmor.

Party Ren bersama Filo dan cewek bernama Rishia, cuma bisa berdiri dibelakang dan menonton tak berdaya.

Raphtalia sangat marah. Aku gak pernah melihat dia semarah itu. Apa yang sudah terjadi?

Wanita jalang itu begitu tampak energik. Dia baru saja keracunan dan keluar dari rumah sakit, dan dia sudah berkelahi?

Party Motoyasu, termasuk wanita jalang itu, terdiri dari tiga orang.

Salah satu dari mereka berdiri disamping wanita jalang dan ikut serta dalam argumen. Yang satunya berdiri dikejauhan, melihat perkelahian terjadi.

"Ha! Gimana bisa semua orang berharap selamat dengan anggota party seperti demi-human kotor dan monster menjijikkan?"

"Oh rasakan ini! Ini adalah hukuman karena menyebabkan kekacauan."

Sang ratu menjentikkan jarinya dan kutukan budak diaktifkan.

"Kyaaaaaaaaaaa!"

Segel bersinar muncul di dada Lonte dan dia jatuh ke lantai, menggeliat kesakitan.

Rekan Itsuki, si pria berarmor, terkejut pada tindakan ratu. Dia terkesiap dan sambil wajahnya pucat saat melihatnya.

"Astaga... Kenapa kamu melakukan ini?"

Sang ratu terlihat muak saat dia menatap wanita jalang yang meronta.

Beliau tidak akan membunuh dia... kan?

"Raphtalia, apa yang terjadi?"

"Kami sedang berbicara dengan yang lainnya tentang bagaimana caranya bekerja sama dengan baik mulai dari sekarang, terus wanita jalang itu dan yang lainnya datang dan mulai mengatakan bahwa gak ada perlunya bekerja sama dengan kami, mengatakan kalau cuma gak buruk saja yang akan terjadi. Terus dia mulai menghina desaku dan mencemooh Filo... Terus dia mulai menghina Melty, mengatakan bahwa dia tau cara memanfaatkan orangtuanya dan dia bisa memanipulasi mereka. Dia mengatakan semua hal mengerikan yang dia lakukan!"

Aku menghela nafas dan melotot pada Itsuki dan Motoyasu.

"Tidak boleh begitu! Mereka berdua adalah rekannya seorang pahlawan, dan mereka bertarung untuk menyelamatkan dunia ini!"

Itsuki, merasakan kemana arahnya semua ini, berbalik pada pria berarmor dan memarahi dia.

"Tapi Master Itsuki... bukankah orang-orang ini berkeliaran dan menyebabkan masalah-masalah kemanapun mereka pergi?"

Menakjubkan. Kata-kata ini berasal dari orang yang menyebabkan masalah disini saat ini.

"Itu sudah dijelaskan bahwa itu adalah sebuah kesalahpahaman. Berdamailah dengan mereka."

"Baik."

"Myn... maksudku, Jalang! Kenapa anda memperlakukan dia seperti ini?"

Motoyasu memeluk wanuta jalang itu dan menatap ratu.

"Ini adalah hukuman yang dia terima karena menimbulkan kericuhan. Dari semua yang telah aku dengar, akar masalahnya terletak pada dia saja."

Sang ratu membuka kipasnya dan menutupi bibirnya saat beliau berbicara. Ketidaksenangan Motoyasu sangat jelas-dia menatap ratu, kebencian berkobar dimatanya.

"Tuan Kitamura? Luangkan waktu untuk memikirkan ini baik-baik. Gadis ini baru saja keluar dari rumah sakit, dan ini merupakan hal pertama yang dia lakukan."

"Urm...."

"Apa kau mendengar apa yang terjadi disini? Apa belum jelas siapa sumber masalahnya?"

Motoyasu jelas-jelas merasakan hal itu, nggak mengatakan apa-apa. Dia cuma memeluk wanita jalang itu dan meninggalkan aula.

Itsuki sibuk menenangkan pria berarmor.

Pria yang menunjukkan rasa hormat yang tinggi pada Itsuki, namun kemudian dia terlibat dalam tindakan seperti ini.

"Kurasa pestanya sudah lama usai. Kita akhiri saja untuk hari ini. Nanti, saat emosinya sudah tidak tinggi, aku ingin mengadakan pembicaraan dengan kalian semua sekali lagi, pembicaraan yang dihadiri semua pahlawan."

"Baik."

"Saya setuju."

Ren dan aku mengangguk.

Itsuki juga mengangguk setuju dan kemudian meninggalkan ruangan.

Yang benar saja.... Semuanya semakin parah. Bagaimana caranya kami belajar bekerja sama sekarang?

Para pahlawan harus bekerja sama, kalau enggak Fitoria akan datang membunuh kami semua. Kami sudah berada dalam situasi yang gawat, tapi masalah-masalah kami terus meningkat.

****

avataravatar
Next chapter