webnovel

3 Tahun Lamanya

"Lihat, dia ikut zumba, pengajian kesana kemari, ganti baju warna warni, update story di instagram ga tau apa hutang suaminya padaku sampai ratusan juta!" sungut Tante Yaya satu kali saat melihat instagram ipar perempuannya.

"Lah ya biarkan saja, toh suaminya ga keberatan" timpal Rani.

"Gak keberatan gimana? kamu ga tau kalo tiap kali Mas Bagus datang ke rumah, pinjam uang sama ibu, sama kakakku dan aku ga tau di balikinnya kapan!"

Rani enggan berdebat, ia mesem hambar dengan tatapan nanar.

"Eh iya, gimana perkembangan ajuan ceraimu? kamu sudah mantap kan meninggalkan laki-laki buntet itu?" Seru tante Yaya mengalihkan pembicaraan

Rani melirik ke arah tante Yaya lalu sejenak menghela nafas,

"Aku lagi mengumpulkan keberanian untuk mengatakan padanya kalau aku menggugat cerai, aku ingin berpisah dengan cara baik-baik"

"Halaah sudahlah! kamu ga pantes bareng laki-laki seperti dia! kamu tu pantesnya dengan laki-laki pengusaha, tinggi, ganteng, banyak duit! bukan laki-laki kotopelo kayak begitu!"

"Aku bantu hubungi temanku yang pengacara, aku sudah nego dengan dia soal harga, dan dia bersedia bantu. Nanti aku bayarkan tapi uangnya aku kasih kamu dulu biar kamu yang bayar ke mas Rudi"

Rani kembali terdiam ..

"Udah 3 tahun kamu menunda-nunda untuk ngajuin cerai Ran! mau sampai kapan?"

Rani masih bungkam tak bergeming, pikirannya meracau dalam diam.

"Sekarang gini, kamu nurut apa kataku, kamu ambil buku nikah, bawa 22 nya kasih ke aku nanti aku kasih ke mas Rudi untuk dibuatkan berita acara ajuan perceraian"

"Tapi aku bingung Yaya, masalah yang di ajukannya apa?"

"Tenang, nanti aku bantu jelasin ke Mas Rudi dia mah gampang bisa ngatur"

Ke esokan harinya, pagi itu cuaca cerah semilir angin menerpa dedaunan yang meneduhkan jalanan, namun bagi Rani pagi itu tak seindah pandangan.

Di sebuah lounge cafe, di kawasan sebuah apartmen kelas studio. Pelayan cafe menghampiri Rani dan Yaya dengan 2 gelas Iced Tea dan Omlette.

Tak lama di susul mobil BRV parkir tepat di halaman cafe dan tampak seorang laki-laki bertubuh tinggi, berpenampilan necis masuk seraya menunduk sibuk dengan handphonenya menghubungi seseorang.

Handphone Yaya berbunyi, lalu ia menengok ke arah pintu masuk dan melambaikan tangan pada laki-laki necis itu.

"Nah tu Mas Rudi" Seru Yaya girang.

Rudi menghampiri, dan duduk bersama Yaya dan Rani.

"Kenalin ini Rani yang aku ceritain itu, kamu bawa berkasnya kan Rud?"

"Siap, aku perlu ngobrol banyak dan konfirmasi lagi ni ke yang bersangkutan Yay, jadi laporannya bukan berdasar apa kata kamu tapi memang dari yang akan menggugat"

"Aku tau banyak tentang kehidupan dia, jadi menurutku dia gak pantes aja bersuamikan laki-laki itu"

Rani terdiam, menunduk bingung.

"Baik, kenalkan saya Rudi bu Rani, saya sudah bikin draft ajuannya ya Bu, namun masih oretan pensil boleh di baca dan di pelajari dulu kalau ada yang tidak sesuai boleh kasih tau saya"

Lalu draft ajuan itu Rani ambil, ia baca sesekali dahinya mengernyit karena tak sesuai dengan apa yang terjadi dalam rumah tangganya.

"Draftnya boleh di bawa pulang, minggu depan kita bertemu lagi mudah-mudahan Bu Rani bisa menambahkan gugatan yang sekiranya memberatkan tergugat karena draft gugatan yang saya tuliskan bisa jadi di tolak hakim karena gugatannya masih dalam kategori bisa di mediasi"

"Saya pamit ya, Bu"

"Bentar, bentar Rud!" sergah Yaya

"Begini, berhubung pastinya suasana rumah Rani lagi ga kondusif jadi ga mungkin draft ajuannya Rani bawa pulang, baiknya kamu jadikan saja dan langsung ajukan ke pengadilan biar cepet beres"

"Gimana bu Rani?" Tanya Rudi

"Baik kalo begitu" jawab Rani lemah

Rudi mengambil kembali draft dari tangan Rani, dan pamit pulang.

"Ajuan cerai itu ga perlu banyak pertimbangan, kalau nanti di tunda suami kamu yang keenakan" sungut Yaya setelah mobil Rudi menghilang dari pandangan.

Selepas Maghrib, bunyi SMS di terima Rani, pesan pendek dari nomor yang tak di kenal,

"Salam bu Rani,

Dokumen Gugatannya sudah saya daftarkan tadi siang dan mendapat jadwal sidang pertama nanti Rabu, mohon ibu bisa kontak suaminya untuk bisa datang ya bu pukul 10 sudah ada di Pengadilan Agama, surat panggilan dari PA juga akan di kirimkan kurir PA langsung ke suami ibu besok pagi,

Terima kasih,

Salam hormat.

Rudi"

Sesaat selesai membaca sms, layar handphone berganti panggilan masuk,

"Halo, Ran, itu kata Rudi kamu udah masuk sidang pertama nanti Rabu, aku ga sabar jadinya. Kata Rudi biasanya 3x sidang langsung ketok palu. Mudah-mudahan sebelum lebaran nanti kamu udah ketok palu ya Ran" Suara Tante Yaya di ujung telpon sumringah bahagia.

Terlihat Rudi sudah stand by di lobby kantor Pengadilan Agama, Tante Yaya dan Rani menghampirinya.

"Suaminya ikut datang kan bu?"

"Dia ga bakalan datang Rud, dia pergi ke kantor tadi pagi kayaknya dia ga tau kalo hari ini ada sidang" sahut tante Yaya bersungut

"Lho koq, ya sudah nanti bicara sama hakim apa adanya"

Rani dan Rudi keluar dari ruang sidang di sambut Tante Yaya yang bersemangat,

"Gimana hasilnya Rud?" tanya Tante Yaya penasaran.

Lanjut sidang mediasi minggu depan, hakim minta suami bu Rani hadir.

"Oh kalo gitu aku gak akan nganter kamu ke Pengadilan ya Ran, kamu sama suamimu aja berdua berarti ya, awas jangan sampai kamu pergi bareng dia"

Dua laki-laki dan satu orang perempuan menunggu depan ruangan mediasi, sesaat kemudian seorang laki-laki berpakaian safari berwarna biru dongker menyapa dan membukakan pintu ruangan mediasi, dan mempersilahkan mereka masuk.

"Hari ini hari jumat, karena waktunya pendek kita langsung saja, Bapak sudah tau istri bapak menggugat?

"Ya saya tau"

"Ibu, apakah berubah pikiran menunda gugatan mengingat hari ini kita sedang berpuasa?"

"Tidak"

"Baik kalau begitu jika sudah tidak bisa di damaikan, kita lanjutkan ke sidang putusan minggu depan, tolong Anda Saudara Pengacara buatkan dan daftarkan untuk sidang selanjutnya"

Rudi mengangguk dan mengambil berkas gugatan. Lalu ketiganya keluar dari ruangan mediasi.

"Eh Ran, gimana hasilnya? kamu ga berubah pikiran kan?"

"Ngga" Sahut Rani

"Syukurlah, aku lega" Ujar Tante Yaya di ujung telpon setelah melihat mereka keluar dari gedung Pengadilan Agama.

Sidang ketiga Rani tak sendiri, adik dan kakak laki-lakinya mendampingi, Rani memperkenalkan mereka pada Rudi.

"Hari ini sidang putusan, jika suaminya tidak hadir kakak kakak ini sebagai saksi" Breafing Rudi sesaat sebelum masuk ruang sidang. Adik dan Kakak Rani tak banyak bicara hanya anggukan.

Sekitar 10 menit mereka berada dalam ruang sidang, hakim membacakan putusan dan hari itu Rani resmi berubah status menjadi janda.

Tante Yaya orang pertama yang mengucapkan selamat untuk Rani,

"Tenang Ran, kamu aku ajak makan sepuas kamu yang penting sudah tak ada lagi laki-laki buntet yang menghalangiku pergi dengan kamu"

"Maksudnya gimana Yaya?"

"Nggaaa, aku happy aja liat kamu sekarang lebih fresh" ujar Yaya tergopoh mengalihkan pembicaraan.

"Tak pernah rasanya hatiku sepuas ini melihat mereka berpisah, hampir ku putus asa dan tak percaya setelah 3 tahun berjuang. Ternyata aku punya kekuatan juga untuk memisahkan mereka dan sesuai dengan harapanku" pikiran tante Yaya meracau

#tobecontinued

#truestory