1 chapter 1 - Masa Keemasan

prolog

bulan purnama bersinar terang dilangit gelap tanpa awan, seorang pria paruh baya dengan baju lusuh dengan rambut menggimbal tampak terluka dengan tangan yang memegang sebuah pedang dan sebuah tameng platinum yang rusak parah. di depannya berdiri seekor serigala keramat berukuran raksasa yang mengalami sedikit luka.

"wahai manusia, kamu masih belum mencapai tingkat master. kamu tidak akan bisa membunuhku"

"kita belum mencobanya bagaimana kamu bisa tahu."

" kalaupun kamu berhasil, hidup abadi adalah siksaan yang lebih berat dari kematian. apakah kamu yakin ingin hidup seperti itu?" tanya serigala keramat pada pria dihadapannya.

"asalkan aku bisa balas dendam, apapun akan aku lakukan." terdengar suara pria itu yang dalam dan berat.

kembali pria itu melesatkan pedangnya dengan cepat sedangkan serigala keramat memamerkan gigi tajamnya yang siap menerkam dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat mata.

BOMMMM!

Suara ledakan terdengar hingga jauh, aroma mesiu tercium pekat diudara yang dingin. kini serigala keramat terbujur ditanah dengan tubuh terkoyak dan isi perut yang berhamburan. serigala keramat menarik nafas berat yang tak beraturan untuk mempertahankan sisa nyawanya yang tinggal sejengkal. pria itu datang menghampiri dan berdiri sejenak didekat serigala keramat.

"aku merasa tidak pantas untuk meminta maaf karena telah menodai pertarungan kita dengan kecurangan. tapi aku tidak akan menyesalinya."

"wahai manusia, kecuranganmu hari ini akan membawa penyesalanmu dimasa...depan...." didetik terakhirnya setiap kata yang terucap dari mulut serigala keramat terasa seperti kutukan.

"yang ada dihadapanmu saat ini bukanlah manusia, melaikan mayat hidup" ucap pria yang dari sorot matanya tidak ada cahaya setitikpun.

tanpa ragu pria itu merobek dada serigala keramat dan memakan jantungnya mentah-mentah disaksikan cahaya bulan purnama yang begitu terang dilangit malam. beberapa saat kemudian tubuh pria itu berguling-guling ditanah dengan gerakan tubuh yang tidak normal.

AAAGGHHHKKK!!!!!

pria itu menggeram kesakitan, bentuk tubuhnya menjadi tidak normal, seakan tulangnya tumbuh lebih besar. perlahan tulangnya membesar menyerupai bentuk hewan itu dilapisi daging berotot yang membuatnya tampak memiliki ukuran tubuh raksasa dan membuat seluruh pakaiannya robek tak bersisa. seluruh bulu kuduknya berdiri dan tumbuh semakin panjang hingga hampir seluruh tubuhnya dilapisi dengan bulu rambut berwarna hitam.

AAKKKHHHH!!!!!

AAKKHHHUUUUU!!!!

AUUUUUUUU!!!!!!!

AUUUUUUUUUU!!!!!!!

jerit suara pria itu perlahan berubah seperti lolongan serigala. kini wujudnya lebih seperti percampuran antara manusia dengan serigala yang melolong keras dibawah sinar bulan purnama.

...¤¤¤...

(9 tahun yang lalu)

Pemandangan kota megah membentang hingga keujung cakrawala sore berwarna keemasan. seorang pria yang memiliki paras bak lukisan dewa dan seorang gadis berkulit gelap, duduk berdua diteras istana megah yang dihiasi ukiran indah pada setiap pilar, lukisan surga pada dinding dan tumbuh-tumbuhan merambat menambah suasana lebih hidup.

warna langit semakin gelap, lampu-lampu taman mulai dinyalakan.

"..." wajah tampan berkulit putih susu pria itu tampak memerah seperti tomat dari tadi dan terlihat jelas gelagatnya yang selalu salah tingkah.

berbeda dengan gadis itu yang tampak tenang dengan sikap yang sopan. setelah cukup lama diam ia mulai berbicara. "...pangeran sokka."

"!?.... y,ya?..." pipi pangeran sokka semakin memerah saat ia mendengar gadis itu berucap.

"kondisi politik saat ini sangat tidak baik, saya sarankan anda tidak mudah percaya dengan apa yang dikatakan pejabat secara mentah-mentah. anda terlalu berpikiran positif dan menganggap semua orang itu baik, tapi anda seharusnya ingat bahwa manusia dilahirkan bukan hanya memiliki sifat baik, tapi juga sifat buruk. dan semua itu bergantung pada kepentingan setiap individu, jika mereka memiliki kepentingan yang membutuhkan dukungan anda, mereka tidak segan menjilati kaki anda. tapi jika mereka tidak membutuhkan anda, maka mereka akan membunuh anda tanpa mengedipkan mata. hamba mohon anda harus lebih jeli melihat pergerakan pengikut anda."

mata pangeran sokka berbinar-binar menatap paras gadis didepannya, kemudian ia berkata. "....Hanna, bisakah hari ini kita tidak membicarakan politik?"

"?...."

"aku mengajakmu duduk disini karena ingin membicarakan hal lain yang lebih penting." bibir pangeran Sokka tersenyum.

"?..."

PLOK! pangeran Sokka menepuk tangannya, dalam sekejap barisan pelayan berdatangan yang dengan sekejap menyulap teras istana menjadi ruang makan romantis.

"..."

"sudah dari dulu aku ingin makan malam berdua denganmu."

"...pangeran, anda seharusnya tahu bahwa hubungan kita tidak akan berhasil. pertunangan anda dengan putri Heera sudah ditetapkan sejak lahir, anda harusnya mengutamakan kepentingan negara."

wajah pangeran tampak kesal. "kepentingan negara apanya? memangnya mereka pernah bertanya apa yang aku mau? mereka hanya memaksakan kehendak padaku! aku tidak mau terus menerus menjadi boneka yang bahkan mencintaipun tidak boleh!"

Hanna menarik nafas yang terasa berat. "...pangeran, anda berbeda, anda terlahir dari keluarga kerajaan yang menjadi contoh dan panutan semua orang. jika anda menikah dengan saya yang berkasta sudra, maka para bangsawan akan memandang remeh anda. jika itu terjadi, maka pondasi kerajaan yang juga di topang oleh kekuatan para bangsawan akan goyah...." Hanna berdiri perlahan kemudian ia membungkuk pada pangeran Sokka untuk memohon. "... hamba mohon, anda mengutamakan kepentingan negara."

telapak tangan pangeran mengepal erat dengan suara datar ia menjawab. "bisakah kamu sekali saja tidak berlagak seperti patriot?"

"mohon perhatikan kepentingan negara yang mulia pangeran Sokka." ucap Hanna yang masih membungkuk kearah pangeran Sokka.

pangeran Sokka semakin kesal dan berdiri meninggalkan teras istana beserta Hanna yang masih membungkuk dibelakangnya.

...¤¤¤¤¤...

(keesokan harinya di Aula Kerajaan)

beberapa pejabat tampak menunggu rapat kerajaan dimulai. pangeran Sokka datang menghadiri rapat dengan wajah yang tampak masam, beberapa pejabat melirik kearahnya dan membiarkannya berlalu. beberapa saat kemudian semua pejabat berbaris rapi menunggu kedatangan Raja dan Ratu memasuki Aula Kerajaan yang diiringi puluhan kasim dan dayang dengan anggun Raja dan Ratu duduk di singgasana mereka yang menandakan rapat kerajaan telah dimulai. kemudian para pejabat melaporkan hasil kerja mereka dan masalah yang mereka hadapi dalam setiap divisi. Pangeran Hayat selalu bersemangat membahas politik berbeda dengan Pangeran Sokka yang tidak pernah berkomentar.

kedua tangan pangeran Sokka terkait memberi hormat. "ayah handa."

semua orang terdiam sejenak seakan terkejut saat Pangeran Sokka mengeluarkan suaranya di aula rapat kerajaan.

"ada apa pangeran Sokka, apakah kamu ingin melaporkan sesuatu?" tanya Raja pada pangeran Sokka.

"ayah handa, saya ingin memohon agar pertunangan saya dibatalkan."

Seketika Raja naik darah dan berteriak. "LANCANG!...." sesaat setelah itu Raja menahan amarahnya dan berusaha bersikap tenang. "....putri Herra adalah adalah anak dari Kaisar Jiran, dilihat dari segimanapun kitalah yang mendapat keuntungan besar dari pernikahan kalian."

"rakyat kita sangat makmur tanpa harus menjalani pernikahan politik ini."

"BODOH!" Raja tak bisa menahan emosi dan berteriak. "Kitalah yang mengusulkan ikatan perunangan ini, jika kita memutuskan secara sepihak sama saja kita telah menghina Kaisar Jiran!, OTAKMU KAMU TARUH DIMANA?"

"semua itu bukanlah keinginanku, kalianlah yang membuat keputusan sendiri saat aku masih bayi."

BRAKK!!! Raja mengebrak meja dengan keras dengan wajah yang memerah karena marah.

pangeran hayat berusaha menenangkan Raja. "ayah handa mohon tenang, saya akan membujuk adik." kemudian ia mengadap kearah pangeran Sokka dan berkata. "adik, aku mohon jangan membuat ayah handa marah lagi."

pangeran Sokka tidak menghiraukan perkataan dari kakaknya dan malah menggungkit masalah lama didepan Raja. "demi memperkaya para saudagar dan bangsawan ayah sudah menjual kakak pada putri kekaisaran Seng hingga membuat kaki kakak cacat karena mengalami ketidak adilan disana. apakah ayah handa tidak jera."

"L,LANCANG!!!" amarah Raja memuncak hingga membuat ia jatuh pingsan.

"YANG MULIA!" Ratu dan semua pejabat khawatir saat melihat Raja jatuh pingsan.

pangeran Hayat memandang ekspresi pangeran Sokka yang tidak bergeming.

Ratu mendekap Raja dalam pelukannya dan memberi perintah. " tangkap pangeran Sokka dan jebloskan dalam penjara. dia tidak boleh dilepaskan tanpa perintah resmi dari Raja!"

segera para prajurit datang untuk mengawal pangeran Sokka yang berjalan dengan sendirinya menuju penjara.

pangeran Hayat terdiam berdiri mematung ditempatnya sambil memegang kaki kirinya yang kini hanya berupa kaki palsu dari kayu. andai ia tidaklah cacat sudah pasti posisi putra mahkota adalah miliknya. sekilas ingatannya memandang kemasalalu saat Kekaisaran Seng menghukumnya atas tuduhan yang belum terbukti kebenarannya. ketika kaki kirinya sudah membusuk karena siksaan, ternyata baru diketahui bahwa ia tidak bersalah. meskipun seluruh keluarga penuduh telah dihukum mati, tapi itu tidak dapat menggantikan kaki pangeran Hayat yang membusuk dan terpaksa harus diamputasi.

avataravatar