webnovel

9. Pertarungan yang Berat Sebelah

Zraatt! Zraatt!! Syaat!

Berkali-kali dan berulang-ulang, Riyan berhasil menghindari serangan fisik dari sang monster, Chimera, sekaligus menyerang dengan pedang yang ia genggam. Sambil menghindar dari serangan-serangan beruntun, sesekali maju dan mengayunkan pedangnya melukai sang monster sedikit demi sedikit.

'Walaupun tubuhnya sangat besar, gerakannya terlalu cepat untuk monster seukurannya.'

Sembari mengeluhkan itu di dalam hatinya, Riyan tetap menghindar dan terus menghindar serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Chimera yang ada di hadapannya itu. Staminanya lebih cepat terkuras dibanding berburu bersama Faleon karena ia selalu bergerak, tapi ini adalah keharusannya. Jika ia tidak menghindar, maka ia akan langsung tamat.

Dengan sebuah langkah besar, Riyan melompat ke belakang mengambil jarak aman sekali lagi. Memang nafasnya terengah-engah, tapi berkat latihan yang diberikan Faleon kepadanya, ia dapat bertahan hingga saat ini. Kalau saja saat ini ia masih Riyan yang dulu, mungkin hidupnya telah berakhir sejak dua menit yang lalu.

Riyan merunduk dan mengambil beberapa batu kecil dengan tangan kirinya yang kosong. Sesaat kemudian, ia berlari secepat mungkin ke depan sambil menunduk untuk mempercepat larinya. Chimera tersebut menyadari Riyan telah masuk ke dalam jangkauan serangannya langsung mengibaskan ekor ularnya secara vertikal untuk menyerang sang penantang.

Karena refleks, Riyan menghindari serangan itu hanya dengan sebuah putaran di poros kakinya, tapi ia tak menghentikan larinya. Memang Riyan bukanlah seseorang yang ahli di bidang olahraga, walau begitu ia memiliki refleks yang cukup bagus.

Ia mengangkat tangan kirinya, lalu melempar seluruh batu kecil yang ia genggam bersamaan ke langit-langit labirin. Ia melempar bebatuan itu bukan tanpa alasan.

"[Distract]!"

Traakk!

Batu-batu tersebut membentur langit-langit labirin yang terbuat dari batu dan menimbulkan suara yang cukup nyaring. Seketika itu juga perhatian sang Chimera terebut oleh suara dari benturan antara batu dan langit-langit. Makhluk itu terlihat bingung dengan apa yang ia dengar.

Ini adalah skill paling berguna Riyan miliki, [Distract]. Skill ini dapat mengalihkan perhatian dari orang lain menuju penggunanya hanya dalam sekejap tanpa mempedulikan bagaimanapun kondisi lingkungan sekitar. Efek dari skill ini makin besar karena hawa keberadaan Riyan yang sulit disadari.

Tak membuang kesempatan emas ini, Riyan maju dan menusukkan pedangnya ke dalam lengan lawan. Setengah pedangnya langsung masuk karena ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menusuk Chimera itu. Ia berdiri diam sambil mengatur nafasnya yang sejak tadi tidak karuan.

Beberapa detik setelah itu, sang monster pun akhirnya sadar apa yang sedang terjadi. Ia memandang Riyan yang tengah menusukkan pedang ke dalam lengannya. Ia langsung membuka rahangnya dan mengeluarkan skill [Fire Breath] untuk mengusir manusia pengganggu itu. Karena api tersebut, mau tidak mau Riyan langsung menarik pedangnya dan menendang tanah demi menghindari serangan yang diarahkan kepadanya.

Berhasil menghindarinya, Riyan yang berada sekitar 7 meter jauhnya dari sang lawan, tersenyum dikarenakan suatu alasan. Ia melihat ke tangan kirinya dengan sedikit senyum masam.

'Sepertinya dengan ini aku dapat menggunakan itu.'

Kemudian ia kembali menatap ke Chimera yang ada di depannya dan mulai memusatkan mana di telapak tangan kirinya. Sang monster berjalan mendekatinya dengan sorot mata yang haus akan darah. Air liurnya menetes, matanya memerah, tubuhnya bergemetar ingin memakan mangsa yang telah lama ia idamkan, seorang manusia.

Tanpa basa-basi, Chimera itu kembali membuka rahangnya dan mengeluarkan [Fire Breath] sekali lagi. Bukannya menghindar, Riyan tetap berdiri tegak di tempatnya seolah-olah akan menerima serangan nafas api yang mengarah kepadanya.

"Aku selalu ingin mencoba skill ini."

Sambil mengucapkan itu, Riyan memperlihatkan sebuah senyum yang tidak pernah ia perlihatkan kepada siapa pun. Sebuah senyum yang hanya didapatkan oleh seorang manusia yang telah mencapai keinginan pribadinya. Ia mengangkat tangan kirinya ke depan, tepat mengarah ke gumpalan nafas api dari Chimera.

Terlihat sebuah bola biru di depan tangannya. Perlahan-lahan, bola itu mengeluarkan sinar putih terang dan mengembang sedikit lebih besar. Di saat yang bersamaan, Riyan melepaskan mana yang ada di bola itu.

"[Mana Burst]!"

Setelah kedua kata tersebut terucap dari bibirnya, bola biru itu meledak dan membentuk tiang sinar berwarna biru muda seperti laser yang menghancurkan [Fire Breath] milik sang Chimera. Menembus nafas api, sinar biru itu langsung menghantam lawannya.

BLAARRR!!

Suara ledakan memenuhi lorong labirin setelah beberapa saat. Ledakan tersebut adalah akibat skill [Mana Burst] milik Riyan dan tubuh monster dari lantai lima itu. Riyan pun terlempar karena angin ledakan yang tak terelakkan dan kembali membentur dinding batu labirin yang keras. Untungnya ia sanggup menahan laju tubuhnya dengan pedang yang ia tancapkan di lantai.

[Mana Burst], sebuah skill yang berasal dari [Mana Manipulation]. Skill ini ia latih tanpa sepengetahuan siapa pun, termasuk Faleon. [Mana Burst] merupakan skill yang memusatkan mana murni di satu tempat menjadi bola mana dan ketika sang pengguna melepasnya, kumpulan mana murni berbentuk bola tersebut akan meledak. Arah ledakannya tergantung sang pengguna.

Mana yang diperlukan untuk skill ini tergantung sesuai keinginan, bisa besar bisa kecil. Dalam kasus Riyan, karena ia hanya memiliki parameter mana 5 poin, hanya ledakan kecil yang dapat ia ciptakan. Tapi dengan bantuan pil penambah status yang khasiatnya sementara, ledakan dari [Mana Burst] berkali-kali lebih besar dari biasanya.

"Ukh... angin ledakannya merepotkan. [Status]."

---

Nama : Riyan Klaint

Ras : Human

Kelas : Citizen

Level : 6

Nyawa : 68/24 (50)

Mana : 0/5 (50)

Kekuatan Fisik : 0 (4) (+50)

Kekuatan Sihir : 0 (6) (+50)

Ketahanan : 0 (12) (+50)

Atribut : Hampa

Skill : Appraisal, All Zero, Distract, Nothing Eye, Mana Manipulation, Comprehension , Auto-Counter, Mana Shield, Mana Burst, Mana Slash

---

Karena menggunakan seluruh mana ia miliki, daya ledak [Mana Burst] jauh lebih besar dari percobaan-percobaan sebelumnya beberapa minggu yang lalu. Riyan yang terduduk di lantai berusaha berdiri menahan rasa sakit.

"[Appraisal]"

Setelah berdiri, ia mengerahkan [Appraisal] untuk melihat seberapa besar dampak yang dihasilkan oleh [Mana Burst] yang ia kerahkan dengan semua mana miliknya. Ia berharap bahwa parameter nyawa sang Chimera berkurang sekitar 1/38-nya, tapi perkiraannya salah.

---

Nama : Chimera

Ras : Monster Hybrid

Kelas : Penghancur

Level : 76

Nyawa : 35700/38000

Mana : 6970/7800

Kekuatan Fisik : 1300

Kekuatan Sihir : 970

Ketahanan : 790

Atribut : Kegelapan, Ledakan, Api

Skill : Dark Force, Gale Burst, Fire Breath

---

Riyan terkejut begitu melihat hasil yang jauh dari ekspetasinya itu. Walau tak menyangkanya, ia tersenyum. Skill yang selama ini ia latih diam-diam sendiri, ternyata menyembunyikan kekuatan yang dahsyat. Memang itu semua karena pil penambah status yang menambah kekuatan sihir serta parameter mananya sehingga berbeda jauh dengan status asli miliknya.

'Yah, aku harus berterima kasih kepada jenderal Faleon karena telah memberi pil ini padaku, tapi aku juga tidak bisa selamanya bergantung dengan dirinya. Apalagi efek pil ini hanya sementara, cara ini akan menghambatku dalam berkembang, sebisa mungkin takkan kupakai, tentu saja kecuali pada saat keadaan darurat.'

Sambil memperhatikan Chimera yang ambruk di tanah, ia berlari membawa pedangnya seperti hendak menusuk monster tersebut lagi. Saat ia berlari mendekat, lawan ganasnya bangkit berdiri dengan keempat kaki besarnya. Riyan sempat terkejut, tapi ia tetap menjaga ritme dan terus berlari.

Kondisi Chimera tersebut terlihat kurang baik, seperti kebingungan. Mungkin monster itu terkejut menerima serangan sebesar itu. Riyan sendiri juga terkejut melihat serangannya yang ia duga sangat lemah itu, ternyata melukai lawannya sampai lebih dari 2000 poin.

Melihat sang monster belum bisa bergerak dengan baik, Riyan langsung menghujamkan pedangnya sekali lagi ke kaki kiri depannya yang besar itu. Riyan mengerahkan seluruh kewaspadaannya sambil membiarkan pedangnya menghisap mana Chimera sebanyak mungkin.

'Dengan ini, kemungkinan daya serang [Mana Burst] juga akan bertambah besar. Walau begitu, sungguh tak terduga bahwa dampaknya akan sebesar itu. Bayangkan saja jika yang lain tahu, bagaimana terkejutnya mereka.'

Sambil mengatakan itu di dalam hati, Riyan tersenyum masam membayangkan kejadian tersebut. Memang awalnya akan heboh, tapi seperti halnya [Auto-Counter], kebencian teman-temannya akan lebih berkembang dan mengakibatkan sesuatu yang buruk.

Di saat itu juga, entah kenapa, tiba-tiba urat-urat di seluruh tubuhnya menonjol keluar sehingga dapat terlihat jelas. Riyan agak terkejut melihat hal itu terjadi pada tubuhnya, tapi ia tetap seperti biasa. Beberapa saat kemudian, ia diserang oleh rasa sakit yang amat hebat.

"Akhh!! A-apa ini!?"

Karena rasa sakit yang mengerikan tersebut, ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedang sangat sangat kesakitan. Walau diterjang oleh rasa sakit, ia tak melepaskan gagang pedangnya, bahkan mengendur saja tidak. Ia berusaha tetap berdiri dengan susah payah, dengan sekuat tenaganya.

Sesaat kemudian, sang Chimera menyadari ada seorang manusia yang menancapkan sedang pedang di tubuhnya sedalam-dalamnya. Manusia tersebut adalah Riyan. Makhluk itu langsung mengayunkan kaki kiri depannya dan menghempaskan Riyan.

Tapi sayang sekali, Riyan bereaksi sedikit lebih cepat sehingga dapat mencabut pedangnya sekaligus menghindari serangan mendadak dari sang Chimera itu. Ia mengelak dengan menjejakkan kaki kanannya dan melompat ke kiri, lebih tepatnya di bawah tubuh sang monster.

Sambil terus meringis menahan rasa sakit, ia berdiri tegak di bawah tubuh lawannya itu dengan bantuan pedang yang ia tancapkan ke lantai labirin. Ia terlihat waswas ketika berada di bawah tubuh raksasa sang monster. Tentu saja, lawannya kali ini bukanlah monster biasa, melainkan monster dari lantai lima di labirin Hexaphilia yang bahkan dapat memukul mundur pasukan kerajaan Alivonia, bahkan pasukan yang dipimpin oleh Faleon sendiri, salah satu orang yang memiliki kelas Holy Knight.

'Apa-apaan rasa sakit ini!? Apa ini sejenis sihir khusus yang dimiliki oleh Chimera itu? Ataukah sihir kutukan khusus sebagai perangkap di lorong ini?'

Karena kebingungan, Riyan bertanya-tanya dengan pertanyaan yang takkan dijawab oleh siapa pun. Ia berdiam diri di bawah tubuh monster itu sambil memusatkan mana di telapak tangan kirinya, kali ini ia mengerahkan mana yang lebih banyak dari yang tadi.

"[Status]"

Ketika mengucapkan kata tersebut, layar statusnya langsung muncul dari gelang besi yang ia kenakan di tangan kirinya. Ia menoleh dan melihat apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya sehingga merasakan rasa sakit yang luar biasa hebat itu.

'A-apa ini? Apa karena ini aku merasakan sakit?'

Matanya terbelalak begitu melihat parameter yang menunjukkan mananya. Rasa sakit yang ia rasakan tadi perlahan-lahan menghilang, tapi tetap terasa, walau mereda. Parameter mana-nya menunjukkan "84/5 (50)", hal ini membuatnya sangat terkejut.

'Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku pernah membaca efek samping dari kelebihan mana.'

Sambil menggumamkan itu di hatinya, Riyan memandang ke atas, tepatnya perut dari sang Chimera. Ia mendapat sebuah ide yang menurutnya lumayan bagus. Ia mengangkat tangan kirinya ke atas setinggi-tingginya seolah-olah ia berusaha meraih perut monster tersebut. Karena rasa sakit hebat yang ia rasakan, tangannya bergemetar, bahkan sikunya saja tidak bisa lurus.

Rasa sakit yang saat ini diderita Riyan adalah efek dari kelebihan mana. Ketika mana seseorang mencapai angka tertinggi dari batasnya pada parameter mana, maka tubuhnya akan berhenti mengumpulkan mana secara otomatis. Setiap makhluk di dunia ini memiliki kemampuan menyerap mana dari alam sekitar sehingga dapat dijadikan sebagai mana untuk diri sendiri.

Ada sebuah skill yang dapat menyebabkan seseorang dapat mengumpulkan mana alam lebih banyak daripada yang lain, tapi skill ini sangatlah langka. Adapun beberapa benda yang memiliki kemampuan ini karena dimanipulasi menggunakan sihir oleh para peneliti sihir, salah satunya adalah pedang yang digenggam oleh Riyan saat ini.

Jika seseorang menyerap melebihi batas yang ia miliki, maka efeknya akan seperti Riyan sekarang. Rasa sakit ini juga akan menyerang jika parameter mana mencapai angka nol, tapi tak sesakit efek kelebihan mana. Karena telah terbiasa selama latihan, Riyan tidak merasakan sakit tersebut.

Riyan menutup mata dan mengerahkan seluruh konsentrasinya ke telapak tangan kirinya mengabaikan rasa sakit yang sedang ia terima ini. Bola biru kembali terbentuk di telapak tangannya itu dan kali ini sedikit lebih besar dari sebelumnya. Setelah merasa cukup, ia membuka matanya.

"[Mana Burst]!"

Tepat setelah kedua kata tersebut diucapkan, bola mana yang melayang di atas telapak tangan kirinya meledak menghantam perut sang monster.

BLAARR!!

Sama halnya dengan ukuran, daya ledaknya juga lebih kuat. Suara ledakan itu terdengar sangat keras, lantai juga bergetar akibatnya. Tubuh sang Chimera terangkat sedikit dengan suara raungan yang menggetarkan udara.

GRAAA!!

Sesaat setelah Riyan melepaskan bola mana tersebut, rasa sakit yang ia derita sedari tadi hilang dalam sekejap. Karena parameter mananya kembali menyentuh angka nol, ia terbebas dari belenggu sakit itu. Sadar akan tubuhnya kembali normal, ia langsung berlari menjauhi tubuh raksasa lawannya.

Setelah berhasil keluar dari sana, beberapa detik kemudian tubuh besar sang Chimera ambruk ke lantai dengan getaran yang sangat keras hingga mengguncangkan langkahnya. Karena guncangan tersebut, Riyan sempat terjatuh.

Ia langsung menoleh ke arah kumpulan debu yang menutupi lawannya itu. Memang terhalang debu, tapi sebagian tubuhnya seperti kepala serta ekornya tetap terlihat karena terlalu besar. Ia memperhatikan tubuh makhluk itu menggunakan [Appraisal] untuk melihat seberapa besar dampak dari skillnya.

Dari yang terlihat, parameter nyawa milik sang Chimera berubah menjadi 30240/38000. Melihat apa yang diperlihatkan oleh skill [Appraisal]-nya, Riyan kembali dibuat terkejut. Tentu saja, mengingat statusnya yang parah seperti itu dapat menyebabkan luka sebesar ini, hal tersebut sangatlah berlawanan, walaupun sebagian besar karena pil penambah status.

'Skill ini ternyata jauh lebih hebat dari yang kubayangkan.'

Sambil mengatakan itu di dalam hatinya, ia bangkit berdiri seperti sebelumnya, hanya saja kali ini ia tak merasakan rasa sakit seperti tadi. Ia melihat tangan kirinya dengan ekspresi kagum tidak menyangka skill hasil percabangan dari [Mana Manipulation], skill yang dianggap sangat merugikan penggunanya miliknya itu dapat mengurangi nyawa monster mengerikan itu hingga lebih dari 5000 poin.

Seketika itu juga, tubuh Chimera tersebut bergerak, monster itu belum tumbang dan berusaha bangkit kembali. Riyan yang melihat itu langsung mengambil kuda-kuda bertarung dengan pedangnya, tetapi ada yang berbeda dari dirinya. Apa itu? Hal tersebut adalah ekspresinya.

Karena melihat hasil dari skill [Mana Burst], ia lebih percaya diri dalam menghadapi pertempuran yang berat sebelah ini. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyum percaya diri. Sebelum lawannya berdiri tegak, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu secepat mungkin.

Chimera itu menyadari bahwa Riyan sedang berlari menujunya dengan pedang yang sekali lagi diacungkan kepada dirinya. Ia membuka rahang dan mengumpulkan mana. Sebuah bola mana biru keabu-abuan yang mirip seperti [Mana Burst] milik Riyan terbentuk di depan rahangnya.

'Itu... apa itu salah satu skillnya? Biar kutebak, [Gale Burst]? Kebetulan macam apa ini?'

Melihat bola mana tersebut, Riyan sedikit terkejut dan kebingungan, tapi ia tetap berlari sambil berkonsentrasi ke depan. Mungkin ia berpikir kenapa skill [Mana Burst]-nya dan [Gale Burst] milik Chimera itu memiliki kesamaan yang bahkan hampir persis, hanya ukuran dan warnanya sedikit berbeda.

Beberapa saat kemudian, bola mana itu meledak dan melepaskan sebuah laser biru ke arah Riyan. Melihat itu, ia terkejut. Saking terkejutnya, ia tak dapat bereaksi terhadap serangan dari sang Chimera. Ia tahu jika laser itu akan mengenai dirinya, tapi tubuhnya tak bergerak.

"Sial..."

Ia mengucapkan kata tersebut menutup mata seakan-akan telah pasrah dengan situasi yang sangat tak menguntungkan itu. Tapi di saat ia mulai menyerah, sepasang perisai putih yang bertumpuk tiba-tiba muncul di hadapannya begitu saja. Otomatis, kedua perisai tersebut menahan laser dari makhluk itu mencapai targetnya.

Riyan yang menyadari tubuhnya tak kunjung menerima serangan membuka matanya perlahan dan mendapati kedua perisai yang bertumpuk tepat di depannya. Matanya terbelalak tidak percaya melihat apa yang ia lihat dengan kedua matanya saat ini.

'A-apa ini?'

Ia bertanya-tanya kebingungan memperhatikan kedua perisai putih tersebut yang muncul tiba-tiba. Ketika ia kebingungan, sebuah suara manusia tertangkap oleh telinganya dari arah belakang. Mendengar suara manusia, ia langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapakah itu.

""[Holy Aegis]!!""

Bersamaan dengan suara itu, Tifania dan Gilbert mengangkat tangan kanannya mengarah ke Riyan, disusul oleh Rizu, Johan, Layla, serta murid-murid lainnya dari belakang. Melihat teman-temannya datang, Riyan sungguh terkejut, matanya kembali terbelalak.

'Tifania!?'

Tersedia di wattpad dengan judul dan pengarang yang sama~

Galih_Gatescreators' thoughts