17 Karir atau Cinta

Pagi hari di Jakarta, Nadia duduk sambil memandangi kalender di meja kerjanya. Sudah lama ia tidak mendengar kabar dari kekasihnya. Kata orang, tidak ada kabar adalah kabar yaitu kabar bahwa tidak ada kabar. Tidak ada kepastian pun adalah kepastian, yaitu kepastian bahwa tidak ada kepastian.

Nadia bertopang dagu dan tatapannya menjadi kosong. Tiba - tiba Hrd memanggilnya dan memintanya untuk menuju ruang meeting. Nadia bangun dari kursinya dan pergi menuju ruang meeting. Didalam ruang meeting sudah ada kepala departemen yang duduk menunggu Nadia.

"Silahkan duduk Nadia", kata kepala departemen.

"Baik Pak".

HRD memulai meetingnya. Ternyata perusahaan mereka akan membuat kantor cabang di Seoul. Dan Nadia akan dipromosi sebagai kepala cabang kantor nya di Seoul. Nadia cukup terkejut mendengarnya, ini adalah kesempatan langka yang dia miliki untuk mengembangkan karirnya, tetapi ia harus memikirkan kelanjutan hubungannya percintaannya dengan Tama.

"Jadi bagaimana Nadia? apakah kamu setuju untuk dimutasi ke korea selatan?" tanya kepala departemen.

"Hmm.. bolehkah saya mendiskusikannya terlebih dulu dengan keluarga saya pak?"

"Silahkan, kami beri kamu waktu 1 bulan untuk berpikir karena ini kesempatan bagus untuk karir kamu, jika kamu tolak kemungkinan kamu tidak akan mendapatkan promosi lagi"

"Baik pak terima kasih atas kesempatan yang diberikan, saya akan segera memberi kabar jika dapat persetujuan keluarga".

Meeting telah selesai, Nadia berjalan keluar dari ruang meeting. Ia berjalan dengan tatapan kosong. Dewi berteriak memanggil namanya. Dewi berlari ke arahnya lalu memberikan selamat atas promosi Nadia. Ternyata pada saat Nadia meeting, teman - teman kantornya menguping dari luar ruangan.

"Ah, kalian ini. Aku masih harus diskusi dengan orang tuaku", kata Nadia.

"Huu.. bilang aja kamu khawatir sama pacarmu yang ghosting itu", canda Dewi.

"Please ya, aku lagi gak mood bercanda", Nadia pergi meninggalkan Dewi dengan wajah kesalnya.

"Eh Nad! jangan ngambek dong, Nad,,, tunggu!"

Sementara itu di Villa Putri, Kirana masih tertidur pulas. Denok hendak membangunkan Kirana tapi ia tidak tega membangunkannya, sebab Kirana tertidur dengan nyenyak sekali hingga ia mendengkur.

"Duh, baru kali ini Putri tidurnya nyenyak banget, sampai mendengkur segala, Denok kan jadi gak tega banguninnya"

Akhirnya Denok meletakkan makanan untuk Kirana di meja yang ada di kamarnya. Kamar Kirana memang sangat luas. Selain ada meja dengan empat kursi, disebelah kanan ada rak buku. Di samping tempat tidurnya, selain lemari pakaian, ada juga lemari tas dan sepatu.

Setelah meletakkan makanan untuk Kirana, Denok kembali ke dapur untuk mengantarkan makanan untuk Tama. Di dapur sudah ada Limbur yang berseragam satpam dan sedang sibuk icip - icip makanan yang dimasak oleh Denok. Sesampainya di dapur, Denok langsung mengomel karena Limbur sembarangan icip - icip.

"Hei, kebiasaan ya kamu ini. Itu tanganmu kotor ya, kalau mau icip ya ambil piring dan sendok sana!", kata Denok sambil menjewer Limbur.

"Eh..eh.. aduh.. aduh..iya deh neng.. ampun"

Denok mempersiapkan makanan untuk Limbur, lalu ia memberikannya pada Limbur.

"Nih, bawa sana!"

"Loh kok gak dianterin sih, Putri sama mas Tama aja kamu anterin sarapannya, masa aku bawa sendiri" kata Limbur mengeluh.

"Yo makanya, kalau mau diantar jangan datang ke dapur! ini mau makan gak? kalau gak aku kasih kucing nih!"

"Eh, jangan - jangan"

Limbur membawa nampan sarapannya, sementara Denok kembali mempersiapkan makanan untuk Tama. Setelah itu ia pun berjalan menuju kamar Tama.

"Tamaa .. Tama mas mas... mas Tama tamvan.. Denok nih bawa sarapan".

Tetapi tidak ada suara yang merespon. Denok kembali mengetuk pintu.

Tok..tok..tok..

"Mas, kok gak ada suaranya. Masa sih udah kerja, kamarnya juga di kunci"

Denok meletakkan sarapannya di meja depan kamar Tama, kemudian ia berubah menjadi ular untuk masuk ke kamar Tama. Setelah Denok masuk ke kamar Tama, ia melihat Tama yang masih tertidur pulas sambil mendengkur seperti Kirana.

"Loh, sehati banget ini sama ibu bos, kenapa masih pada tidur? jangan.. jangan.. ada kejadian romantis tadi malam,, hehe"

Denok menghayal jika semalam Tama dan Kirana berduaan. Ia pun sampai malu dengan khayalannya sendiri, akhirnya ia membuka kamar Tama yang terkunci itu dari dalam, lalu ia membawa masuk makanan untuk Tama dan meletakkannya di meja yang ada di dalam kamar Tama.

"Duh, Denok simpen sini ya makanannya, have a nice dream", bisik Denok.

Denok pun keluar dari kamar Tama.

Waktu terus berlalu, tidak disangka jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, Tama langsung bergegas bangun dan mandi. Ia menghabiskan sarapannya lalu pergi mengerjakan pekerjaan rumah yang sudah menjadi tugasnya.

Kirana pun baru saja membuka matanya.

"Jam berapa ini? haaaah jam 11?", Kirana bangun dan menuju kamar mandi.

****

Disaat hari mulai gelap dan semua pekerjaan Tama telah selesai, Tama langsung bersiap untuk pergi ke jakarta demi menemui Nadia. Saat matahari tenggelam, Tama sudah berdiri di tepi danau dan berubah menjadi manusia. Ia merasa senang sekali karena hari itu ia akan menemui Nadia, wanita yang ia cintai sejak kecil.

Kirana masih duduk di meja kerjanya. Ia sedang membuat laporan keuangan.

"Hmmm.. ditambah hasil jualan perhiasan kemarin, jumlah oh my goddd.. 5 milyar! Kalau begini, apa aku harus tetap mengadakan event besar untuk mendapatkan uang?".

Kirana ingin meminta solusi dari Tama, ia keluar dari ruang kerjanya, lalu pergi menuju kamar Tama. Saat menuju ke kamar Tama, ia bertemu dengan Denok. Denok memberitahu bahwa Tama sudah pergi sejak matahari tenggelam dan berubah menjadi manusia.

"Huh, menyebalkan sekali pelayan satu itu. Apakah dia lupa kalau dia itu milikku?"

"Besok - besok kita kunciin aja putri, gimana?", tanya Denok.

"Percuma, sekarang dia sudah dapat kekuatan dari Bang MM, dia bisa kabur kapan saja".

"Bang MM? ohhh.. babang malaikat maut? curang banget, padahal kenalnya sama Denok duluan, tapi malah mas Tama yang dikasi kekuatan".

"Sudah lah aku pusing". Kirana pergi meninggalkan Denok.

Denok mengamati Kirana yang sepertinya uring - uringan sekali tanpa Tama di sisinya, apakah mungkin Kirana tidak rela jika Tama pergi menemui Nadia.

"Huh, lagu baru ini.. pasti cembuwu.. ihiww", kata Denok.

****

Di Jakarta, Tama sudah datang ke Rumah Nadia, tetapi ternyata Nadia masih ada di kantornya. Rupanya hari ini Nadia lembur hingga malam. Tama pergi ke kantor Nadia dan menunggunya di lobby. Jam menunjukkan pukul 9 malam, Nadia pun keluar dari ruang kerjanya.

Nadia berjalan dengan tatapan kosong, ia masih bingung dengan pilihan yang akan ia tetapkan nantinya, apakah ia harus menerima tawaran mutasi ke Korea Selatan, ataukah ia tetap tinggal menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang. Saat Nadia sudah berjalan sampai di lobby, ia terkejut karena disana sudah ada Tama berdiri menyambutnya. Tama melambaikan tangannya sambil menebar senyum yang menawan.

"Tamaaaa!!!!", teriak Nadia.

Nadia langsung berlari dan memeluk Tama. Lalu Tama mengusap punggung Nadia. Kini Nadia dan Tama saling melepas rindu yang selama ini mereka pendam. Apakah Nadia akan melupakan keghostingan Tama dan akan memilih Tama dibanding karirnya di Korea Selatan?

avataravatar
Next chapter