37 Misi Kapal Pesiar 1

Pagi ini matahari bersinar cerah membuat Aaron bersemangat untuk berolahraga di luar ruangan. Biasanya pria itu paling malas berolahraga di luar ruangan. Dia lebih suka pergi ke gym pribadinya atau latihan tinju dengan pelatih pribadinya.

"Arif, menurutku taman belakang kita terlalu membosankan," kata Aaron sambil memandang taman belakang kastilnya. "Harusnya kita mulai menanam bunga."

"Bunga?" Arif kaget. Setahu Arif, bosnya itu tidak pernah suka bunga dan memilih menanam pohon di taman.

Sejak kapan bos suka bunga, batinnya bertanya-tanya.

Aaron bisa berpikir seperti itu karena tempo hari Haya mengkritik taman belakang kastilnya. Haya bilang Aaron seharusnya menanam bunga agar tamannya nampak lebih hidup.

"Menurutmu bunga apa yang disukai wanita?" Aaron bertanya lagi.

Arif berpikir. "Setahu saya wanita suka mawar, lily, bunga matahari dan teratai."

"Kalau begitu suruh tukang kebun kita mulai menanam itu besok. Pastikan taman kita kelihatan lebih hidup."

"Baik, Bos."

Lalu Aaron dan Arif pergi ke lapangan golf yang ada di perbukitan. Aaron berjalan menyusuri lapangan golf sambil membawa tongkat golf. Di belakangnya Arif sedang membawa tas golf besar milik Aaron.

Di tengah permainan golf, Riko muncul dengan wajah serius.

"Bos, kita dapat undangan," Arif memberi tahu.

"Dari siapa?" tanya Aaron sambil fokus pada bola di rumput yang hendak dipukulnya.

"Dari musuh Hades terdahulu, Tuan Budi. Kita diundang ke sebuah kapal pesiar malam ini."

Mendengar itu Aaron tersenyum lalu memukul bola golfnya. Bolanya masuk ke dalam lubang.

"Sudah kuduga. Dia pasti akan mengundangku saat tahu kita akan mulai berbisnis ganja. Beni si pengkhianat itu pasti sudah melapor pada Tuan Budi," ujar Aaron dengan senang. "Siapkan anak buah kita. Suruh mereka berjaga-jaga karena aku punya firasat Tuan Budi akan merencanakan hal bodoh."

Riko langung membungkukan kepala. "Baik, Bos."

"Bos, apa kita bisa menghadapi Tuan Budi kali ini mengingat dia dulu musuh Hades terdahulu?" tanya Arif setelah Riko pergi.

"Tentu saja. Aku sudah memikirkan solusi untuk menghadapi pria bajingan itu."

….

Haya berjalan dengan pakaian pelayan di atas kapal pesiar. Penampilannya cukup cantik. Pakaian pelayan yang dikenalannya berupa kemeja putih yang dibalut dengan vest hitam dan rok mini.

Haya sangat bersemangat kali ini. Seumur hidup ia belum pernah naik kapal pesiar mewah seperti ini. Terkadang ada keuntungan menjadi anggota Divisi Inteligen. Pengalaman dan pengetahuannya bertambah.

"Haya, kamu dimana?" tanya Ethan dari earphone yang dipasang di telinga Haya.

"Aku lagi menuju dapur untuk mengambil minuman," jawab Haya senang.

"Oke. Setelah kamu menyajikan minuman, kamu harus mengecek area sekitar ballroom pesta. Aku dan anggota lainnya akan mengawasi apakah akan ada pesta ganja di dalam ballroom nanti," Ethan memberi instruksi.

"Baik."

Kali ini Haya mendapat 'peran kecil' dalam misi. Semua ini adalah inisiatif Kapten Irwan yang takut Haya membuat kekacauan. Kapten Irwan tidak pernah lupa bagaimana Haya terlibat masalah saat misi pertamanya bersama Kapten Ji dan bagaimana gadis itu menangkap Ibas dengan cara barbar.

Setelah Haya mengantar minuman ke ballroom, ia berkeliling sekitar kapal pesiar untuk mengecek adakah hal-hal yang mencurigakan atau tidak. Sejauh ini kondisi di dalam kapal pesiar cukup baik. Semua tamu yang terdiri dari golongan orang-orang kaya sibuk menikmati keindahan laut dan suasana di kapal pesiar yang mewah.

Seandainya Haya punya banyak uang, dia ingin sekali berlibur dengan kapal pesiar seperti ini. Sayang sekali gajinya dari kepolisian masih belum banyak.

Di tengah berkeliling, Haya tidak sengaja menabrak pria berbaju hitam.

"Maaf," kata Haya buru-buru.

"Okay," jawab pria itu.

Tanpa sadar Haya melihat tato di tangan pria itu. Api hitam.

Tunggu bukankah tato api hitam berasal dari kelompok gangster Aaron? BeraRti Aaron juga ada di sini? Apa yang sedang dia lakukan di sini?

Haya sangat takut dengan pikirannya itu. Kalau sampai Aaron juga ada di atas kapal pesiar, bisa berantakan misi yang sedang dikerjakannya.

Dengan tekad bulat Haya berusaha mencari keberadaan Aaron. Ia berkeliling ke setiap lantai yang ada di kapal pesiar. Terakhir Haya mencoba pergi ke lantai paling atas kapal pesiar. Dan benar saja, ia berhasil menemukan Aaron di sana.

"Aaron, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Haya sambil berjalan mendekati Aaron yang sedang menikmati wine.

"Haya?" Aaron nampak kaget melihat Haya di depannya. Gadis itu memakai pakaian pelayan. "Apa kamu lagi kerja part time di sini?"

Haya menyipitkan mata. "Bisa di bilang begitu."

"Apa gaji sebagai polisi masih kurang untukmu? Kalau iya, aku bisa mentransfer uang ke rekeningmu," Aaron menawarkan. Dia sudah bersiap mengeluarkan ponselnya hendak mentransfer uang.

"Aku gak mau uangmu. Gajiku baik-baik saja," tolak Haya.

"Padahal aku gak merasa keberatan memberimu uang. Sungguh."

Tanpa merespon perkataan Aaron, Haya bertanya, "Aaron, jangan bilang kamu ada hubungan dengan pengusaha itu? Apa kamu mau pesta ganja di sini?"

Aaron tidak menyangka Haya tahu soal ganja. Pasti semua ini sudah direncanakan, batinnya.

"Aku gak ngerti apa maksudmu. Aku ke sini hanya untuk berlibur dan bersantai," jawab Aaron tenang. Dia tidak boleh terlihat mencurigakan di depan Haya.

Haya berkacak pinggang. "Jangan bohong. Aku melihat para anak buahmu di sini. Kalau kamu ke sini hanya untuk berlibur dan bersantai buat apa anak buahmu ada di sini juga, hah?"

Aaron tersenyum. "Tentu saja karena aku seorang Hades. Musuhku banyak, Haya. Aku harus sering membawa anak buahku kemana-mana."

Sekalipun perkataan Aaron masuk akal, Haya tidak lantas percaya. Dia masih curiga kalau Aaron ada hubungannya dengan pengusaha, pesta ganja dan misi kali ini.

"Kalau niatmu di sini hanya untuk liburan dan santai, aku sarankan kamu sebaiknya sembunyi di salah satu kamar di kapal ini," Haya menyarankan.

"Kenapa?"

Haya berpikir keras. Dia ragu memberi tahu Aaron yang sebenarnya. Lagipula Haya belum percaya pada Aaron sepenuhnya.

Sebelum Haya sempat menjawab, suara Ethan muncul di earphonenya. "Haya, dimana kamu? Kita lagi ada masalah di ballroom. Cepat ke sini."

"Baik," bisik Haya pelan. Lalu ia memandang Aaron lagi. "Sebaiknya aku segera pergi dari sini. Ingat, jangan berbuat yang aneh-aneh, Aaron."

Lalu Haya pergi dengan tergesa-gesa.

Aaron mengeluarkan ponselnya. "Arif, aku punya rencana lain."

….

Haya berlari kecil ke arah Ethan yang sedang menata kue-kue untuk para tamu di kapal pesiar.

"Ada apa, Ethan?" tanya Haya pada pria di sampingnya.

"Aku dapat kabar kalau pesta ganja itu batal," Ethan memberi tahu.

"Gimana mungkin? Bukankah mata-mata kita bilang akan ada pesta di sini?"

"Entahlah. Yang jelas, kita gak bisa menangkap orang-orang yang hendak pesta ganja di sini. Anggota lain sudah menggeledah tempat ini dan kita gak menemukan ganja di antara pengunjung. Bahkan pengusaha yang kita curigai, hanya menghabiskan waktu dengan para wanita penghibur aja."

Sungguh tidak masuk akal, batin Haya.

Tiba-tiba Haya mendengar suara tembakan. Di pikirannya langsung terlintas nama Aaron. Tanpa basa-basi Haya langsung berlari keluar ballroom.

"Haya, kamu mau kemana?" teriak Ethan. Sayangnya Haya tidak mengubris seniornya itu.

avataravatar
Next chapter