webnovel

Talak ketiga

Arkan pingsan. Stefi tampak cemberut karena kesal usahanya gagal. Tapi dia tak kehilangan akal. Dengan sigap perempuan itu melucuti semua pakaian Arkan dan pakaiannya lalu dia berbaring di samping Arkan.

*****

Arkan bangun dan mendapati Stefi tidur memeluknya, mereka ... entahlah, sulit dijelaskan. Yang jelas, melihat keadaan sekarang, Arkan dapat memastikan mereka telah melakukan sesuatu.

Arkan memunguti pakaiannya, tanpa membangunkan Stefi, pria itu berlalu meninggalkan kediaman kekasihnya itu.

******

Dini hari itu Arkan pulang ke rumah. Ada perasaan bersalah saat melihat Aisyah tertidur di ruang tamu. Sepertinya Istrinya ini menunggunya semalaman. Dengan ragu Arkan membelai pipi Aisyah.

"Mas, kamu baru pulang? " Tanya Aisyah begitu dia membuka mata. Aisyah melihat jam dinding. Pukul 4 pagi. Aisyah hanya diam. Tak berani untuk bertanya. Takut memicu pertengkaran yang berakibat fatal bagi keluarganya.

"Maaf! " Singkat, tak ada penjelasan apapun dari mulut pria ini.

Aisyah bersiap bangun meskipun tubuhnya sedikit kaku karena tidur di sofa ruang tamu. Membersihkan diri dan menyiapkan keperluan untuk mereka pagi harinya. Karena dia yakin meskipun suaminya pulang telat, suaminya akan kembali ke kantor pagi itu.

****

"Mas, sarapan dulu! " Aisyah meminta Arkan untuk sarapan ketika pria itu telah rapi dengan pakaian kantornya.

Arkan hanya berjalan mengikuti Aisyah ke meja makan. Sarapan dalam diam. Tak ada lagi kehangatan seperti dahulu.

*****

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Arkan semakin sering pulang larut. Hal ini dikarenakan Stefi selalu menahannya dengan berbagai alasan. Apalagi semenjak 2 minggu yang lalu Perempuan itu telah mengatakan kalau dia hamil anak Arkan dan Arkan mempercainya.

Semenjak Arkan mengetahui kehamilan kekasihnya ini, pria itu semakin perhatian. Seperti hari ini, demi bisa menemani kekasihnya itu, Arkan mengatakan kalau dia akan pergi ke Batam untuk beberapa hari terkait mengerjakan proyek di sana, padahal dia hendak bermaksud menginap demi memenuhi kebutuhan sang pujaan hati selama masa ngidamnya.

Padahal, dihari kepergian Arkan, Aisyah ingin menunjukkan hasil tes yang menyatakan kalau dia positif hamil. Kehamilannya yang sudah memasuki minggu ke 6 baru diketahuinya kemarin.

"Mas disana berapa hari? " tanya Aisyah sambil merapikan pakaian Arkan ke dalam travel bag nya.

"Belum bisa di pastikan. Nanti aku kabari ya! " jawab Arkan dengan senyuman mengembang. Rasa tak sabar memenuhi rongga dadanya, berperan sebagai seorang calon ayah untuk anak yang dikandung Stefi.

"Hati-hati di sana ya! Mmm ... apa Aku tak boleh ikut? Aku kan ga kerja lagi Mas, jadi bisa ikut kamu kemana aja sekarang. Lagian aku bosan jika di rumah sendirian. Aku ikut Ya! " Pinta Aisyah. Arkan tampak gelagapan. Dia berfikir bagaimana cara menolak permintaan Aisyah. Tidak mungkin juga dia langsung menolak begitu saja tanpa alasan yang logis.

"Untuk kali ini tidak usah ya! kerjaan aku banyak. Kamu akan sering ditinggal sampai. malam nantinya. Lagian cuma beberapa hari kok. Ga papakan? ditinggal sendirian? Atau gini aja, kamu nginap di rumah ibu aja dulu.

Aisyah tak banyak komentar. Perempuan itu hanya mengangguk menuruti permintaan suaminya. Arkan tersenyum lega dan mengecup kening Aisyah.

"Aku pergi dulu!"

"Hati-hati di jalan!" jawab Aisyah sambil mengambil tangan Arkan dan mencium nya. Ada sesuatu yang terasa ngilu di hati Arkan. Sebuah penyesalan, namun segera ditepis rasa itu.

*********

hari berganti bahkan minggupun berlalu. Tak ada kabar dari suami tercinta membuat Aisyah resah.

Akhirnya pada minggu ini Aisyah berniat mengunjungi rumah sekretaris suaminya, hendak menanyakan alamat suaminya di Batam. Namun pemandangan yang dilihatnya membuat dadanya bergemuruh hebat.

Arkan yang tengah duduk memeluk Stefi di ruang keluarga itu tak kalah kaget melihat Aisyah yang tengah berdiri mematung di dekat pintu. Arkanpun mengutuki kebodohannya karena lupa menutup pintu rumah Stefi sehabis pulang mencari sarapan untuk mereka.

"Jadi di sini Batamnya?. Ini kelaluan kamu sesungguhnya. Dasar cowok tak pernah bisa setia. Aku berusaha memperbaiki rumah tangga kita yang hampir hancur, tapi kamu malah lebih menghancurkannya lagi. Aku berjuang sendirian, sementara kamu ... "Aisyah menarik nafas, hatinya amat hancur, terlebih saat matanya melihat perut selingkuhan suaminya yang mulai membesar, Aisyah yakin jika Stefi juga hamil.

"Dan Kau ... " tunjuk Aisyah ke wajah Stefi, tapi Arkan langsung menarik Stefi kebelakangnya memberi perlindungan. Melihat itu Aisyah meradang dan meminta Arkan memilih diantara mereka.

"Aku memilih Stefi!" Jawabqn Arkan meruntuhkan dunia Aisyah.

"Dan mulai hari ini, kau bukan istriku lagi. Pergilah!" Hampir saja Aisyah terduduk mendengar kata talak dari suaminya. Hal yang matia-matian Ia hindari selama ini.

Dengan menguatkan diri, Aisyah meninggalkan rumah tersebut. Tak ada gunanya dia berada di sini lagi dan memohon agar Arkan mencabut talak yabg terucap.

Melihat Aisyah pergi dalam diam, Arkan hendak mengejar, namun egonya melarang.

******

Aisyah meninggalkan rumah itu, rumah yang penuh kenangan semenjak mereka menikah hampir dua tahun yang lalu. Tak mungkin lagi dia akan bertahan di sini karena hubungan mereka tak akan mungkin diperbaiki lagi. Tak akan mungkin.

Aisyah juga akan mengajukan permohonan cerai esok hari ke Pengadilan Agama agar suaminya bisa menikah dengan perempuan iti agar mereka tidak selalu melakukan dosa.

Permohonan Aisyah diterima, tanpa mediasi mereka akan sidang pertama 2 minggu lagi. Hal ini karena keterangan Aisyah bahwa suaminya telah menjatuhkan talak pada dirinya sebanyak tiga kali, dan dia tak akan menuntut nafkah ataupun harta dari mantan suaminya itu.

*******

Sidang berjalan lancar. Aisyah tak mendapat kesulitan dalam persidangan ini. Arkanpun juga tak mempersulit jalannya sidang karena Ia juga mempunyai keinginan yang sama.

Bahkan Arkan tak pernah pulang semenjak kata talak yang dijatuhinya beberapa minggu lalu, sehingga dia juga tidak mengetahui jikalau Aisyah sudah tak berada lagi di sana.

*********

Aisyah? Ini benar-benar kamu? "Seorang Pria bule menghampiri Aisyah dengan ekspresi tak percaya. Dia hampir saja memeluk wanita itu, tapi saat dia melihat pakaian yang menutup seluruh tubuh Aisyah, dia menahan keinginannya.

Laki-laki itu Julian, Sahabat Aisyah diwaktu SMP. Julian akhirnya malah tertawa, dia tak menyangka gadis tomboy dahulu sekarang bisa menjadi gadis lembut seperti sekarang.

"Kenapa tertawa? " tanya Aisyah kesal.

"Sejak kapan kau jadi perempuan? " tanya Julian tersenyum geli. Aisyah mendelik kesal dan langsung menendangnya.

"Ouw ... ternyata masih sama, hanya tukar kesing saja! " kata Julian sambil mengusap kakinya yang sakit. Sementara Aisyah kembali menatapnya kesal.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aisyah penasaran. Tiba-tiba saja wajah Julian berubah sedih.

" Aku mengurus perceraian ku! " Air matanya hampir saja mengalir di sudut matanya? Aisyah menatap Julian dengan tatapan bingung.

"Apa kamu tak ingin berpisah? " tanya Aisyah lembut.

"Aku jatuh cinta padanya setelah kehilangannya, dia tak ingin kembali lagi padaku! " jawab Julian dengan nada tercekat.

"Apa yang terjadi dengan kalian? "

"Ceritanya panjang. Lain waktu aku akan cerita. Boleh minta kontak mu? " tanya Julian tersenyum lembut berusaha menahan sebak di dadanya. Aisyah memberikan nomor nya pada sahabat masa kecilnya itu.

"Kamu sendiri, apa yang kau lakukan di sini?" Julian balik bertanya.

"Hari ini sidang perceraian ku! " Jawab Aisyah tersenyum kecut.

Julian menatap sedih sahabatnya itu.

"Hm.. kita punya nasib yang sama! " Katanya tersenyum miris.

"Ya..., kita punya nasib yang sama! " Jawab Aisyah sedih.

"Apa kamu juga masih mencintainya? " Tanya Julian sambil menatap sahabatnya itu.

"Tidak lagi, setelah semua perlakuannya padaku. Kami tak akan mungkin kembali lagi karena dia telah menceraikanku sebanyak tiga kali. Meskipun... Aku tengah mengandung anaknya. Aku mungkin tidak bisa menjadi istrinya yang baik!" Jawab Aisyah tersenyum kecut.

"Apa dia menjatuhkan talak saat kau hamil? Aku tak yakin ini semua kesalahanmu! Walau bagaimana pun kejamnya dirimu, tapi kau gadis yang baik dan berhati lembut. Aku tau itu karena kita sangat dekat waktu kecil! " jawab Julian menatap Aisyah lembut. Aisyah hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Dia tak tau kalau aku hamil. " jawab Aisyah tersenyum miris. "Oh ya, Aku ingin mendengar semua kisahmu! Hanya saja aku harus kembali bekerja! " kata Aisyah lagi dengan ceria seolah olah dia tak saja habis bersedih.

"Lain kali kita ketemu lagi!" Kata Julian tersenyum.

Mereka akhirnya berpisah.

********

Hari ini, Arkan menemani Stefi melihat perlengkapan bayi mereka. Ya, meskipun kelahiran sang bayi masih beberapa bulan lagi namun Arkan sudah tak sabaran. Selintas dia melihat sesosok pria yang mirip Julian, sahabatnya sewaktu SMU. Tapi pria itu segera berlalu tanpa menemuinya. 'Ah, barangkali bukan dia. Jika itu Julian, dia pasti akan menemuiku, ' batin Arkan.

Next chapter