21 Di depan teman, di belakang lawan

Secara diam-diam Andien mengambil ponselnya dan memotret kebersamaan Bianca bersama dengan Nick. Kekesalannya itu membuat dia melakukan hal tak terduga. Beberapa gambar pun berhasil dia ambil, mulai di saat Nick sedang memeluk tubuhnya Bianca, saling bercerita, dan tertawa bersama.

Seperti tidak terjadi apapun dengannya, Andien juga bersikap biasa saja. Meskipun hatinya terasa sangat panas melihat kedatangan Bianca. Dengan wajahnya yang berpura-pura ceria, Andien pun bertanya. "Kok lama banget sih? Kamu tadi ngapain aja di toilet? Tidur di sana?"

"Ah enggak kok, soalnya tadi perutku sakit jadinya ya harus lama di toilet. Oh ya, Nick di mana? Dia sudah pulang lebih dulu ya?" tanya Bianca dengan berpura-pura tidak tahu.

Di saat Bianca bertanya, Nick pun datang menghampiri. Pria itu segera duduk di sampingnya Bianca sembari berkata. "Aku tadi baru saja ke parkiran soalnya dompetku ketinggalan. Kamu pikir aku akan langsung pulang, Bianca. Oh ya, makanan di sini enak ya, dan musiknya juga begitu menyenangkan."

"Oh pantesan kamu tidak enggak ada di sini. Aku pikir, kenapa Andien sendirian di sini," sahut Bianca sembari tersenyum.

Mendengar percakapan mereka membuat Andien hanya bisa tersenyum kecil, sembari batinnya berkata. "Lihatlah kalian berdua saling tidak tahu satu sama lain. Bisa-bisanya kalian membohongiku padahal aku sudah jelas-jelas melihat semua yang kalian lakukan. Ternyata, kamu menusukku dari belakang, Bianca. Temanmu sendiri, tapi tidak mengapa aku akan pastikan kamu akan menyesal sudah membuatku marah. Lihat saja apakah kamu masih mau memperlihatkan wajahmu padaku, Bianca."

Dengan sengaja Nick tidak menatap kearah Andien, walaupun sejak tadi mantan kekasihnya itu terus saja curi pandang melihatnya. Namun, Nick dengan senang hati menatap kearah Bianca. Hari pun sudah begitu larut, dan mereka bertiga sudah begitu lama berad di club malam itu. Saat itu Andien segera mengajak Bianca untuk pulang. Sepulang dari mereka membuat Nick sangat senang setelah bertemu dengan Bianca.

Di dalam rumah, dia tidak berhenti untuk terus tersenyum ketika mengingat wajahnya Bianca. Berbeda dengan Bianca yang merasa jika sikap temannya berbeda dari sebelum mereka pergi ke club. Andien hanya terdiam selama berada di dalam mobil, berlangsung sampai ke rumahnya.

Belum sempat Bianca masuk ke dalam rumahnya tiba-tiba saja Andien berdiri di depan pintu sampai menghalangi Bianca yang ingin masuk ke dalam. Hal itu membuat Bianca sedikit kebingungan.

"Um, ada apa, Andien? Apa ada sesuatu yang terjadi? Aku ingin masuk," tanya Bianca dalam keheranannya.

"Ah tidak ada, Bianca. Hanya saja aku merasa kalau sebaiknya besok malam kamu pulang saja. Aku takut majikan mu sibuk mencari mu atau karena kesulitan menjaga anaknya. Lagipula kamu pasti tidak mau kan kalau sampai dipecat? Cari pekerjaan sekarang susah loh, apalagi kamu juga sudah berhenti dari pekerjaan yang dulu," ucap Andien dengan tiba-tiba, dan secara halus ingin mengusir Bianca.

Membuat Bianca terheran terhadap temannya itu, bahkan dia kebingungan, Bianca pun berkata. "Tapi, bukannya kemarin kamu yang memperbolehkan aku untuk menginap di sini? Kenapa tiba-tiba kamu seperti ingin aku cepat-cepat pergi? Apa aku sudah berbuat salah, Andien?"

"Tidak seperti itu, Bianca. Mana mungkin aku menginginkan kalau temanku ini pulang. Hanya saja aku ingin memberikan kamu solusi supaya bisa kembali berbaikan dengan majikan mu itu. Apalagi dalam urusan anak, dan kamu juga belum pernah berpengalaman dalam bidang anak. Jadi, sebagai teman yang baik aku menyarankan supaya kamu meminta maaf, dan menurunkan sedikit ego supaya bisa mendapatkan maaf, terutama uang. Bianca, percayalah ini bukan yang seperti kamu duga," jelas Andien sembari tersenyum manis.

Membuat Bianca menghembuskan nafasnya dengan perlahan, lalu ia berkata. "Aku memang ingin kembali, tapi aku takut, Andien. Kamu tidak tahu masalahnya, dan aku tidak bisa cerita detail denganmu. Tapi, bolehkah kalau aku meminta izin untuk tinggal di sini dua hari lagi? Jujur saja aku takut pulang kalau baru sehari. Pastinya tidak lucu kan?"

"Bagaimana ya? Apa aku harus mengizinkan Bianca tinggal di sini beberapa hari lagi? Tapi, aku juga tidak suka melihatnya sekarang. Terlebih karena dia begitu dekat dengan Nick, dan itu membuat aku tidak dapat mengambil hatinya Nick kembali," batinnya Andien.

Dengan perlahan Andien pun mengelengkan kepalanya. Meskipun ia dengan sengaja ingin mengusir Bianca dengan cara yang halus, tapi raut wajahnya terlihat sedih hingga membuat Bianca tidak berpikir aneh-aneh dengan temannya itu.

"Bianca, ini demi dirimu dan juga pekerjaanmu. Jika memang kamu takut ya sudah tidak apa-apa. Biarkan aku yang berbicara langsung kepada majikan mu itu. Bahwa tindakannya sudah berlebihan apalagi jika sampai menurunkan seorang gadis di tengah jalan. Itu memang sudah tidak masuk akal lagi. Katakan di mana rumah majikan mu itu?" Terlihat Andien sangat ingin membantu.

"Wah .... Gawat kalau sampai Andien tahu siapa majikan ku yang sebenarnya. Bisa-bisa membuat Pak Benny malu kalau mengetahui aku hanyalah istri bayaran bukan istri berlian yang seperti wanita-wanita lain di banggakan oleh suaminya," batinnya Bianca.

"Tidak perlu lakukan hal itu, Bianca. Baiklah aku akan mencoba memikirkan hal ini malam ini, dan jika memang aku harus pulang ke rumah majikan ku. Baiklah aku akan pulang. Hanya saja aku tidak bisa janji, Andien. Apa tidak apa-apa?" tanya Bianca dengan raut wajahnya yang terlihat cemas.

"Tentu saja, Bianca. Tidak apa, dan aku hanya ingin kamu tetap bekerja. Jadi, bersabarlah walaupun banyak rintangan di dalam pekerjaanmu itu. Baiklah kalau begitu aku lelah sekali, dan ingin langsung," sahut Andien dengan terpaksa, walaupun berusaha terlihat ikhlas.

"Terima kasih banyak, bestie. Kamu memang teman terbaikku. Aku akan masuk sebentar lagi, jadi tidurlah dulu. Sebab, aku masih ingin menghirup udara segar malam ini," jawab Bianca seraya tersenyum manis.

"Ah baiklah kalau begitu."

Andien segera memasuki rumahnya dengan berjalan pelan-pelan. Berbeda dengan Bianca yang justru membalikkan tubuhnya demi mendapatkan angin segar di malam hari. Tepat di saat Bianca tidak melihat temannya itu, tiba-tiba saja Andien mengejek Bianca dari belakang. Bahkan menatap dengan tatapan penuh dendam. Kebenciannya terhadap Bianca pun sudah semakin berat hingga membuatnya menjadi teman yang jahat.

Setiba di dalam kamarnya, Andien segera mengeluarkan ponselnya, dan meminta kepada salah seorang teman untuk menyebarkan semua foto yang diam-diam ia ambil. Momen di saat Bianca bersama dengan Nick berduaan. Dengan begitu cepat semua foto-foto milik Bianca pun tersebar bahkan dengan kejelasan bahwa Bianca sedang berduaan bersama dengan kekasih dari teman baiknya. Dalam sekejap, nama Bianca menjadi tercemar dikalangan semua perempuan. Dia bahkan disebut sebagai perusak dan perebut milik orang lain.

Ditambah ada beberapa video rekaman milik Andien yang sengaja dibagikan kepada temannya. Video rekaman yang diambil saat Andien baru saja putus cinta, tapi seolah-olah rekaman itu terlihat karena ulah Bianca yang sudah merebut milik orang lain. Tanpa Bianca ketahui, sudah beribu-ribu komentar buruk tentang dirinya.

avataravatar
Next chapter