1 Aku 'Terpilih'

Nama ku Pranadita, aku lahir pada tahun 1600 M. jika kalian tahu aku lahir di kerajaan yang mana di Indonesia yang luas ini, kalian hebat. Sekarang aku berumur 17 tahun, disini aku hidup dengan normal. dari kecil aku sudah terbiasa dalam membantu kedua orang tua ku. aku sering membantu ibu ku untuk mengumpulkan kayu sebagai bahan bakar untuk menanak nasi. Di umur ku yang sekarang ini, aku sudah mulai membantu bapak ku. aku membantu beliau untuk bertani kadang kala juga berburu atau memancing. Jadi saat muda aku menghabiskan banyak waktu ku dengan ibu ku, sedangkan saat usia ku remaja menghabiskan waktu dengan bapak ku.

aku juga diajari cara membaca dan beragama dari bapak ku, bapak ku juga menceritakan tentang kerajaan dan rahasianya. Ibu ku mengajari ku dalam sopan santun dan mengharagai orang lain termasuk membantu mereka jika dalam kesulitan dan kita mampu untuk membantu. Ibu dan bapak ku adalah orang yang biasa, sampai suatu saat aku tahu kalau bapak ku adalah orang yang berbeda. Aku tahu itu karena pada jaman itu, hanya orang yang bermartabat tinggi yang bisa belajar. Orang biasa seperti kami sangat sulit untuk bisa belajar, kalau beruntung bisa bertemu dengan orang berilmu yang baik. Yang mau mengajarkan orang biasa seperti kami untuk membaca dan berhitung. Sedangkan aku sudah bisa membaca tulisan sejak umur ku 7 tahun.

Lalu pada saat umur ku sudah 20 tahun, lelaki di desa kami di paksa untuk bekerja. Meskipun pada saat itu bapak ku sakit, dia tetap harus bekerja secara paksa. Aku yang melihat perlakuan orang asing itu sangat kesal sekali. tapi bapak ku tidak memperbolehkan aku melakukan apa-apa. Semakin hari sakit bapak ku semakin parah. Di desa kami juga harus membayar pajak yang tidak bisa di wajarkan jumlahnya. Jika kami tidak bisa membayar maka tanah atau sawah kami harus di serahkan, sangat tidak rasional sekali.

Pada suatu malam bapak dan ibu ku merencanakan untuk kabur dari desa itu. Kami pun kabur dari desa itu pada saat tengah malam, meninggalkan rumah dan sawah. Hanya membawa pakaian dan makanan seadanya.

"bapak , ibu kita mau kemana?" kata ku bertanya ke bapak.

"kita akan ke goa di gunung itu" sambil bapak ku menunjuk ke gunung itu.

"kita ngapain kesana pak, bu?"

"kamu akan tahu anak ku, saat disana tolong kamu menurut sama kami" kata ibu dengan suaranya yang menandakan dia sudah lelah.

"iya ibu, iya" sambil aku menggandeng tangan ibu ku.

Kami berjalan selama 3 hari, sebentar makan sebentar pula tidur. Bapak dan ibu tidak mau menceritakan tujuan kita harus ke goa itu. Saat sampai disana, tiba-tiba aku melihat sekelebat bayangan hitam dan putih yang lewat. Lalu aku mendengarkan suara ramai sekali, di goa itu. Aku hanya bisa menahannya dengan menutup telinga ku lalu duduk.

"anak ku kamu kenapa nak?" kata ibu ku yang samar-samar suaranya aku dengar.

"benar istri ku ini memang sudah menjadi takdirnya" kata bapak ku yang membalas perkataan ibu.

"takdir apa? Kenapa aku tidak di kasih tahu? Ini suara apa sih ramai sekali sampai membuat ku sangat pusing" kata ku dalam hati, aku tidak bisa konsentrasi sama sekali karena hal itu.

Lalu tidak lama aku pingsan, saat terbangun sudah ada bapak dan ibu tertidur di depan ku. saat aku ingin melihat mereka tiba-tiba aku melihat mahkluk aneh tinggi besar memiliki bayangan hitam.

"siapa kamu? Kenapa datang ke goa ini?" katanya kepada ku yang tidak tahu apa-apa.

"aku hanya beristirahat disini, mungkin besok aku akan pergi" kata ku tiba-tiba.

"sepertinya memang benar kata bapak mu, kamu tidak tahu apa-apa"

"memang kenapa?"

"kamu tidak takut saat melihat ku"

"aku tidak takut, selama kamu bisa berbicara"

"hahahahaha…..bagus juga mental mu. sebaiknya kamu segeralah beribadah, lalu tidur. Besok kita akan bertemu lagi"

Lalu dia menjadi cahaya hitam pergi ke dalam goa. Aku bingung harus berkata apa. Aku merasa aneh karena kau tidak takut, tapi disisi lain aku tidak tahu tadi mahkluk apa. Di dekat goa itu ada danau, di situ tadinya aku tidak melihat ada hal yang aneh. Lalu tiba-tiba aku mendengar hal-hal yang seharusnya tidak aku dengar. Suara ketawa, jeritan kesakitan, minta tolong dan lain-lain. Sampai aku pusing di buatnya, aku segera bersuci disana. Setelah aku membasuh telinga ku, suara itu berangsur-angsur mereda. Begitu juga dengan kepala ku, saat aku kepala bagian atas. Pusing ku perlahan mereda, lalu saat aku akan berjalan pergi. Aku merasa ada dorongan yang membuat ku untuk menengok ke danau itu lagi. Aku melihat banyak sekali perempuan dengan muka dan badan tidak beraturan bentuknya, aku terkejut tapi tidak ketakutan. Aku hanya diam saat di tatap oleh mereka, lalu aku berbalik badan akan ke goa.

Ternyata aku malah terbangun dari tidur ku. aku melihat bapak dan juga ibu ku membakar ikan untuk makan malam. Ibu ku menunjukkan raut wajah senangnya saat melihat ku.

"anak ku kamu sudah bangun…." Sambil ibu memeluk ku erat.

"ibu, aku sudah tidur berapa lama?" tanya ku kepadanya, karena aku merasa ibu ku akan menangis.

"kamu sudah tidur selama 7 hari nak, membuat ibu sangat khawatir" kata ibu lirih, yang membuat ku semakin yakin jika ibu akan menangis.

"nak, akhirnya kamu bangun. Ayo kita makan..!" kata bapak dengan semangat karena tahu aku sudah bangun dari tidur panjang ku.

"sebenarnya kita kenapa ada disini bapak?"

"kita disini, karena bapak harus meneruskan tugas ke kamu nak. Ini sudah menjadi takdir mu.."

"takdir? Tugas apa pak?"

"kamu akan bapak latih di gua ini"

"di latih untuk?"

"untuk memenuhi tugas dan takdir mu.."

"kok muter-muter sih pak…maksudnya bagaimana?"

"kamu akan tahu, jika sudah bertemu dengan si hitam"

"si hitam? Aku sudah bertemu dengannya"

"ternyata dia lebih ceoat dari dugaan bapak"

"hmmm?"

"sudah lah, kamu makan dulu. Besok sehabis mandi kita masuk ke dalam goa."

"nak, apakah berarti kamu sudah bisa melihat mereka?" kata ibu tiba-tiba yang membuatku sedikit terkejut.

"ibu, kamu jangan membuat takut anak kita. Biar dia melewati prosesnya pelan-pelan" kata bapak yang mengkhawatirkan kondisi ku.

"iya bu, pak aku sudah bisa. Sekarang saja aku melihat mereka" kata ku.

"apa?" kata ibu lalu dia memeluk ku erat.

"apakah kamu tidak kaget atau ketakutan nak?" kata bapak cemas dengan ku.

"itu juga pak, yang ta juga bingung. Ta tidak tahu juga alasannya saat bertemu dengan si hitam, aku tidak takut".

"ahhh… memang sudah takdir mu kalau begitu nak. Apapun yang terjadi kamu harus janji dengan bapak jangan bersedih suatu hari ini."

"iya nak, karena ibu sama bapak memang sudah di takdirkan menjadi orang tua mu. kami sudah sangat di buat bangga oleh mu nak" kata ibu menambahkan kata-kata bapak.

"apa maksud bapak sama ibu?" kata ku sambil memakan ikan.

"sambil kamu makan, bapak akan ceritakan masa lalu bapak. Bapak adalah salah satu manusia terpilih yang harus menjaga rahasia di bumi ini. seharusnya bapak tidak bisa untuk mencintai seseorang, tapi takdir tidak ada yang tahu. Bapak ketemu sama ibu kamu dan bisa menikah dengannya, ibu kamu manusia biasa, ibu kamu menjadi bisa melihat mereka karena dia menjadi istri bapak"

"tadinya ibu ketakutan sekali, tapi saat bapak kamu menceritakan segalanya. Ibu menjadi mengerti dan bisa mengontrol emosi ibu"

"nak, tugas itu juga akan menjadi manusia lain. Tapi takdir kamu yang menjadi penerus bapak, bukan manusia lain. Kamu besok hanya harus mengssingkan diri disini. kamu tahu semedi?"

"iya sering mendengar, tapi bapak mau mengajarkan ta itu?"

"iya untuk meneruskan tugas bapak, kamu akan tahu semuanya lewat semedi mu itu. Jadi tenang sajalah"

"baik pak"

"kamu tidur saja, besok akan bapak bangunkan"

"baik pak"

Setelah makan-makan aku pun tidur lebih cepat dari bapak dan ibu. karena di goa itu hanya ada 1 makhluk yaitu si hitam, tidak terlalu berisik untuk ku tidur disana. Besoknya aku terbangun lebih awal dari pada bapak dan ibu ku. aku berjalan pelan keluar masih dengan rasa penasaran ku, takdir dan tugas apa yang sedang menungguku. Saat aku berada di luar goa, aku melihat banyak sekali mahkluk yang bentuknya berbeda-beda. Lalu telinga ku mendengar lagi suara berisik itu, saat aku menutup telinga ku dan melihat ke bawah. Ada bayangan hitam mendekat ke arah ku, ku kira itu bapak atau ibu ternyata itu yang namanya si hitam.

"kamu masih belom boleh keluar dari sini"

"apa?" karena aku kesulitan mendengarnya. Lalu aku merasa badan ku di tarik untuk masuk agak dalam ke dalam goa.

"kamu, terlalu cepat untuk mendapatkan itu. kamu tidak boleh keluar dari dalam goa sampai kamu siap" lalu aku merasa di berjalan pergi. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena rasa pusing ku membuat ku hanya melihat kebawah. Tetapi aku bisa mendengar suaranya.

Aku disadarkan dengan ibu yang menepuk punggung ku.

"kamu kenapa nak?"

"bu, apa tugas dan takdirnya ta sebenarnya…? Apakah benar menjaga rahasia? "

"kamu nanti akan tahu, kamu mandi dulu saja"

"maaf bu, ta tidak bisa"

"kenapa?"

"saat akan keluar tadi, ta mendengar segalanya yang ada di hutan ini. ta tidak bisa fokus hanya dengan 1 suara sampai membuat kepala ku pusing bu."

"sekarang masih pusing?"

"sudah tidak, tadi ta di bantu sama si hitam. Ta di tarik agak dalam ke goa" lalu ibu memeluk ku lagi.

Ayah yang ternyata sudah bangun dan berada di belakang ibu. langsung menghampiri ku lalu memeluk ku pula.

"ayo nak, kita masuk saja ke dalam. Akan bapak kasih tahu caranya, jika kamu sudah bisa kamu tidak akan pusing lagi."

"beneran pak?"

"benar, ayo masuk ke dalam"

Saat sudah berjalan cukup lama, aku dan bapak menemukan ruangan di goa itu. bapak mengajarkan ku untuk selalu tetap tenang apapun yang terjadi nantinya. Harus fokus untuk mengontrol emosi, tidak boleh terganggu meskipun apapun bentuk gangguannya. Bapak ku selalu mengingatkan hal-hal itu.

"bapak aku boleh membuka mata sampai kapan?"

"sampai kamu sudah merasa harus membuka mata mu"

"hah….kok begitu. Mana bisa aku tahu"

"kalau dulu bapak merasa ada orang yang membutuhkan bapak, saat itu bapak sadar. Setiap orang berbeda-beda petunjuknya. Saat kamu mulai kamu fokus saja dengan ketenangan, lama-lama kamu pasti bisa membedakan antara gangguan dengan petunjuk itu"

"baik kalau begitu"

"bapak dan ibu akan selalu disini untuk menunggu mu, tenang saja"

"iya pak, Pranadita pasti bisa"

"ingat harus fokus dengan ketenangan sama kumpulkan sebanyak-banyak rahasia di bumi ini"

"siap pak"

Saat aku mulai bersemedi,entah untuk berapa lama. Aku merasa jika ada yang memanggil nama ku dengan suara bapak atau ibu ku. anehnya aku bisa tahu jika itu bukan mereka, aku malah semakin fokus. Tenang tidak ada suara dan aku semakin bahagia, untuk yang kedua kalinya gangguan itu datang dengan menyentuh badan ku. aku yang ingat pesan bapak, membuat ku untuk mengabaikan hal itu. hal itu berlangsung lebih lama dari gangguan yang pertama. Ada juga suara pisau, teriakan minta tolong, teriakan kesakitan dan macam-macam.

Sampai suatu waktu aku mulai di berikan gambaran, tapi aku berasumsi jika itu gambaran mimpi. Dari semua cerita yang pernah bapak ceritakan padaku, ada semua dalam mimpi itu. hanya saja di mimpi ini aku bisa melihat dengan jelas alasan mereka, seluk beluk dari kerajaan, masalah yang mereka hadapi, rahasia yang tetap menjadi rahasia, lalu yang terakhir alasan harus adanya penjaga seperti bapak. Aku juga memimpikan wajah dan nama orang-orang yang memiliki tugas yang sama dengan bapak. Yang membuat ku kaget ternyata orang-orang seperti mereka sudah berusia kisaran 100 sampai 10.000 tahun bahkan masih ada yang sampai sekarang hidup.

Aku ditunjukkan berbagai alasan mereka meninggal, termasuk bapak ku. di situ konsentrasi ku perlahan mulai turun. Saat turun rasangan badan ku kesakitan dan panas, seperti halnya di rasakan oleh orang terpilih yang akan mati karena mereka mulai egois. Beberapa alasan yang seharusnya mereka hidup lama tetapi malah mati cepat karena nafsu akan dunia seperti kekayaan, kekuasaan dan wanita. Kami yang terpilih tidak boleh memliki nafsu seperti itu. jika mempunyai salah satunya maka harus merelakan usia kami pendek seperti manusia biasa. Anehnya aku merasa berat dengan tanggung jawab ini tapi aku masih tenang akan hal ini. bertambah rahasia dunia yang aku ketahui, aku merasa semakin aku bisa melakukannya. Dan aku di beritahu jika aku berbeda karena aku berasal dari bapak ku yang terpilih dan ibu ku yang manusia biasa. Seharusnya aku tidak terpilih, tapi aku di pilih oleh dunia itu sendiri membuat ku semakin yakin jika ini memang sudah jalan takdir ku.

avataravatar
Next chapter